BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Membaca
permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar
kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai
teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. oleh karena itu
guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu
menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Empat Aspek Keterampilan Berbahasa
dalam Dua kelompok kemampuan yaitu: (1) keterampilan yang bersifat menerima (reseptif)
yang meliputi keterampilan membaca dan menyimak, (2) keterampilan yang bersifat
mengungkap (produktif) yang meliputi ketrampilan menulis dan berbicara
(Muchlisoh, 1992: 119).
1.2. Rumusan Masalah
1. Strategi dia tampan untuk membaca permulaan
2. Diagnosis kesulitan membaca permulaan
3. Diagnosis kesulitan membaca permulaan pada pra-
akademik dan akademik
4. Lesson study pada pembelajaran membaca permulaan
1.3. Tujuan Pembuatan
Makalah
Makalah ini disusun
dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan membaca
permulaan.
2. Mengetahui Diagnosis kesulitan yang ada pada membaca
permulaan.
3. Mengetahui
hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam membaca permulaan
4. Mengetahui
cara menerapkan membaca permulaan kepada peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Strategi dia tampan untuk membaca
permulaan
Salah satu strategi membaca yang diperkenalkan
dalam pembelajaran membaca permulaan adalah strategi membaca dia tampan. Nama
ini diajukan karena dalam pengajaran membaca permulaan, huruf-huruf yang
pertama diajarkan adalah huruf d, n, t, p, m.
Pembelajaran
membaca permulaan dengan strategi dia tampan dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
1. Mengenal huruf dengan lagu ABC /
Alfabet
2. Mengenal cara memegang pensil
3. Menggoreskan pensil ///// ||||| – – – – – ooooo
4. Memperhatikan urutan pengenalan huruf
5. Memperhatikan asosiasi huruf,
misalnya a seperti ayam, i
seperti
lilin (titik), u seperti sumur, e seperti helm , dst.
6. Membaca huruf vokal dan konsonan (sesuai urutan)
7. Membaca
suku kata
8. Membaca kata
9. Membaca kalimat pendek kreasi
pengajar
Pelajaran
membaca dengan strategi dia tampan ini didasarkan pada urutan pengenalan huruf
(langkah keempat) sebagai berikut :
No.
Jenis Huruf
1. Vokal :
a, i, u, e
2. Konsonan
I :
d, n, t, p m
3. Konsonan
II : c, g, j, y, w
4. Konsonan III
: b, h, k, l
5. Konsonan IV
: s, r
6. Konsonan V : f, q, v, x, z
Pembagian
huruf terutama huruf konsonan didasarkan pada kemiripan huruf. Dengan begitu,
urutan pembelajaran bukanlah dari a, b,n c, d, e, ... sampai z. Pembagian huruf
seperti ini memungkinkan untuk pelajaran menulis huruf pisah dan menulis tegak
bersambung.
Jadi
strategi dia tampan menggunakan huruf d, n, t, p, m dalam pengajaran membaca
permulaan. Uraian dari strategi dia tampan itu adalah sebagai berikut.
d→ada
dada
didi
dudu
dede
dodo
dada
didi
dudu
dede
dodo
ada dadi
ada dodi
ada dadu
ada didu
ada duda
ada dida
ada ida
ada dodi di dada ida
n → ini
ini nana
ini nani
ini noni
ini nini
ini nina
ini nani
ada dodi
ada dadu
ada didu
ada duda
ada dida
ada ida
ada dodi di dada ida
n → ini
ini nana
ini nani
ini noni
ini nini
ini nina
ini nani
t → itu
itu tati
itu tuti
itu tita
itu tia
itu toti
itu titu
itu teti
itu tati
itu tuti
itu tita
itu tia
itu toti
itu titu
itu teti
p → apa
apa ini
apa itu
apa ini nina
apa itu tuti
apa ini papa
apa ini pipa
apa ini popo
apa ini popi
apa ini pepi
apa ini pipo
m → mana
mana nana
mana nani
mana nina
mana noni
mana nini
apa ini
apa itu
apa ini nina
apa itu tuti
apa ini papa
apa ini pipa
apa ini popo
apa ini popi
apa ini pepi
apa ini pipo
m → mana
mana nana
mana nani
mana nina
mana noni
mana nini
mana mama
mana mami
mana mumi
mana momo
mana mami
mana mumi
mana momo
Dari
huruf-huruf d, n, t, p, m muncul kata-kata awal yaitu ada, ini, itu, apa, dan
mana. Dari kata-kata itu, huruf
lainnya dapat diajarkan. Huruf lainnya misalnya c, g, j, y, w, kemudian
b, h, k, l, kemudian s, dan r.
2.2. Diagnosis Kesulitan Membaca Permulaan
Mencermati definisi dan uraian di
atas tampak beberapa karakteristik utama yang mempengaruhi kesulitan peserta
didik untuk belajar membaca permulaan,
yaitu:
1. Gangguan Internal
Penyebab
kesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam anak
itu sendiri. Anak ini mengalami gangguan pemusatan perhatian,sehingga kemampuan
perseptualnya terhambat. Kemampuan perseptual yangterhambat tersebut meliputi
persepsi visual (proses pemahaman terhadap objek yang dilihat), persepsi
auditoris (proses pemahaman terhadap objek yangdidengar) maupun persepsi
taktil-kinestetis (proses pemahaman terhadap objek yang diraba dan
digerakkan). Faktor-faktor internal tersebut menjadi penyebabkesulitan belajar,
bukan faktor eksternal (yang berasal dari luar anak), sepertifaktor lingkungan
keluarga, budaya, fasilitas, dan lain-lain.
2. Kesenjangan antara Potensi dan
Prestasi
Anak
berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan/inteligensi normal,
bahkanbeberapa diantaranya di atas rata-rata. Namun demikian, pada kenyataannyamereka
memiliki prestasi akademik yang rendah. Dengan demikian, merekamemiliki
kesenjangan yang nyata antara potensi dan prestasi yangditampilkannya.
Kesenjangan ini biasanya terjadi pada kemampuan belajarakademik yang spesifik,
yaitu pada kemampuan membaca (disleksia), menulis(disgrafia), atau berhitung
(diskalkulia).
3. Tidak Adanya Gangguan Fisik
dan/atau Mental
Anak
berkesulitan belajar merupakan anak yang tidak memiliki gangguan
fisik dan/atau mental.Kondisi kesulitan belajar berbeda dengan kondisi
masalah belajar berikut ini:
a.
Tunagrahita (Mental Retardation)
Anak tunagrahita memiliki inteligensi antara 50-70. Kondisi
tersebutmenghambat prestasi akademik dan adaptasi sosialnya yang bersifat
menetap.
b.
Lamban Belajar (Slow Learner)
Slow learner adalah anak yang memiliki keterbatasan
potensi kecerdasan,sehingga proses belajarnya menjadi lamban. Tingkat
kecerdasan mereka sedikit dibawah rata-rata dengan IQ antara 80-90. Kelambanan
belajar mereka merata padasemua mata pelajaran.
Slow
learner disebut anak border line (”ambang batas”),yaitu berada di
antara kategori kecerdasan rata-rata dan kategori mentalretardation
(tunagrahita).
c.
Problem Belajar (Learning Problem)
Anak dengan problem belajar (bermasalah dalam belajar)
adalah anak yangmengalami hambatan belajar karena faktor eksternal. Faktor
eksternal tersebutberupa kondisi lingkungan keluarga, fasilitas belajar di
rumah atau di sekolah, danlain sebagainya. Kondisi ini bersifat
temporer/sementara dan mempengaruhiprestasi belajar.
2.3. Diagnosis Peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar dalam membaca permulaan
1. Diagnosis kesulitan Belajar Perkembangan (Pra-akademik)
Kesulitan
yang bersifat perkembangan meliputi:
a. Gangguan Perkembangan Motorik
(Gerak)
Gangguan
pada kemampuan melakukan gerak dan koordinasi alat gerak.Bentuk-bentuk gangguan
perkembangan motorik meliputi; motorik kasar(gerakan melimpah, gerakan
canggung), motorik halus (gerakan jari jemari),penghayatan tubuh, pemahaman
keruangan dan lateralisasi (arah).
b. Gangguan Perkembangan Sensorik
(Penginderaan)
Gangguan
pada kemampuan menangkap rangsang dari luar melalui alat-alatindera. Gangguan
tersebut mencakup pada proses: Penglihatan., Pendengaran . Perabaan, Penciuman,
dan Pengecap.
c. Gangguan Perkembangan Perseptual
(Pemahaman atau apa yang diinderai)
Gangguan
pada kemampuan mengolah dan memahami rangsang dari prosespenginderaan sehingga
menjadi informasi yang bermakna. Bentuk-bentuk gangguan tersebut meliputi:
1.
Gangguan
dalam Persepsi Auditoris, berupa kesulitan memahami objek yang
didengarkan.
2.
Gangguan
dalam Persepsi Visual, berupa kesulitan memahami objek yangdilihat.
3.
Gangguan
dalam Persepsi Visual Motorik, berupa kesulitan memahamiobjek yang bergerak
atau digerakkan.
4.
Gangguan
Memori, berupa ingatan jangka panjang dan pendek.
5.
Gangguan
dalam Pemahaman Konsep.
6.
Gangguan
Spasial, berupa pemahaman konsep ruang.
d. Gangguan Perkembangan Perilaku
Gangguan
pada kemampuan menata dan mengendalikan diri yang bersifatinternal dari dalam
diri anak. Gangguan tersebut meliputi:
1.
ADD
( Attention Deficit Disorder ) atau gangguan perhatian
2.
ADHD
(Attention Deficit Hyperactivity Disorder ) atau gangguan perhatianyang
disertai hiperaktivitas.
2. Diagnosis Kesulitan Belajar
Akademik
Kesulitan
belajar akademik terdiri atas:
1.
Disleksia atau Kesulitan Membaca
Disleksia atau kesulitan
membaca adalah kesulitan untuk memaknai simbol,huruf, dan angka melalui
persepsi visual dan auditoris. Hal ini akanberdampak pada kemampuan membaca
pemahaman. Adapun bentuk-bentuk kesulitan membaca di antaranya berupa:
a. Penambahan ( Addition)
Menambahkan
huruf pada suku kata
Contoh
: suruh → disuruh
bula →
gulka
buku →
bukuku
b. Penghilangan (Omission)
Menghilangkan huruf pada suku
kata
Contoh
: Kelapa
→ lapa
Kompor → kopor
Kelas
→ kela
c. Pembalikan kiri-kanan (Inversion)
Membalikkan
bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik kiri-kanan.
Contoh : buku → duku
Palu
→ Lupa
d. Pembalikan atas-bawah (
Reversal )
Membalikkan bentuk huruf, kata,
ataupun angka dengan arah terbalik atas-bawah.
Contoh : m → w , n → u
nana →
uaua
mama → wawa
e. Penggantian ( Substitusi)
Mengganti huruf atau angka.
Contoh : mega → meja
nanas →
mamas
2.
Disgrafia natau Kesulitan Menulis
Disgrafia
adalah kesulitan yang melibatkan proses menggambar simbol-simbol bunyi menjadi
simbol huruf atau angka.Kesulitan menulis tersebut terjadi pada beberapa tahap
aktivitas menulis,yaitu: Mengeja, yaitu aktivitas memproduksi urutan huruf yang
tepat dalamucapan atau tulisan dari suku kata/kata. Kemampuan yang
dibutuhkanaktivitas mengeja antara lain (1) Decoding atau kemampuanmenguraikan kode/simbol visual; (2) Ingatan
auditoris dan visual atauingatan atas objek kode/simbol yang sudah diurai tadi;
untuk (3)Divisualisasikan dalam bentuk tulisan.
Menulis Permulaan (Menulis cetak dan Menulis
sambung) yaitu aktivitasmembuat gambar simbol tertulis. Sebagian anak
berkesulitan belajarumumnya lebih mudah menuliskan-huruf- cetak yang
terpisah-pisahdaripada menulis-huruf-sambung. Tampaknya, rentang perhatian
yangpendek menyulitkan mereka saat menulis-huruf-sambung.
Dalammenulis-huruf-cetak, rentang perhatian yang dibutuhkan mereka
relatif pendek, karena mereka menulis ”per huruf”. Sedangkan saat
menulis-huruf-sambung rentang perhatian yang dibutuhkan relatif lebih
panjang,karena mereka menulis ”per kata”.Kesulitan yang kerap muncul dalam
proses menulis permulaan antaralain :
1.
Ketidakkonsistenan
bentuk/ukuran/proporsi huruf
2.
Ketiadaan
jarak tulisan antar-kata
3.
Ketidakjelasan
bentuk huruf
4.
Ketidakkonsistenan
posisi huruf pada garis
Dalam
disgrafia terdapat bentuk-bentuk kesulitan yang juga terjadi padakesulitan
membaca, seperti :
a. penambahan huruf/suku kata
b. penghilangan huruf/suku kata
c. pembalikan huruf ke kanan-kiri
d. pembalikan huruf ke atas-bawah
e. penggantian huruf/suku kata
2.4. Penilaian Kemampuan Membaca
Permulaan
a. Penilaian secara Abstrak
Salah
satu aspek pengajaran Bahasa
Indonesia di sekolah yang memegang peran penting adalah membaca,
khususnya membaca permulaan. Pada sisi lain, pentingnya pengajaran membaca
permulaan pada anak diberikan sejak usia dini ini juga bertolak dari kenyataan
bahwa masih terdapat sebelas juta anak Indonesia dengan usia 7 – 8 tahun
tercatat masih buta huruf (Infokito, 2007).
b. Melalui Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu bentuk penelitian
praktis yang dilaksanakan oleh guru untuk menemukan solusi dari permasalahan
yang timbul di kelasnya agar dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran
di kelas (Dasna, 2007:2). Bisa juga dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama
(Arikunto, 2007:3). Penetapan jenis pendekatan ini didasarkan pada tujuan bahwa
peneliti ingin mendeskripsikan kompetensi siswa di kelas, terutama deskripsi
tentang peningkatan kemampuan membaca permulaan.
Penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas dengan alasan (1) penelitian ini berupaya untuk
melakukan inovasi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, (2) pelaksanaan
penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang guru, (3)
penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan
tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas. Kegiatan penelitian ini
dimulai dengan kegiatan orientasi dan observasi terhadap latar penelitian yang
meliputi latar sasaran, guru, siswa dan kegiatan belajar mengajar membaca
permulaan di sekolah tersebut. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini secara
garis besar dilaksanakan dalam empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) r efleksi (Arikunto,
2007:16). Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus
atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri
utama dari penelitian tindakan kelas. Dengan demikian, penelitian tindakan
kelas tidak terbatas dalam satu kali intervensi saja, tetapi berulang hingga
mencapai ketuntasan yang diharapkan (Arikunto, 2007).
Data dalam penelitian ini berupa data
kualitatif dan data kuantitaif. Data kualitatif berupa catatan lapangan, hasil
wawancara, dan foto, sedangkan data kuantatif
berupa skor yang diperoleh siswa. Adapun sumber data adalah peneliti,
guru dan siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa RPP,
lembar kerja siswa, lembar obsevasi, dan instrumen pengukuran kemampuan membaca
permulaan siswa. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan melalui tiga
tahap, yaitu pengolahan data, paparan data, dan penyimpulan data. Pengolahan
data dilakukan dengan cara mengelompokkan data menjadi dua kelompok, yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan cara
memprosentase, kemudian hasil prosentase dinyatakan atau dipaparkan dalam
kalimat kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan cara membuat skor
terhadap item-item yang perlu diberi skor. Kemudian memprosentase, hasil
prosentase ditafsirkan dalam bentuk kalimat kuantitatif dan disimpulkan ke
dalam bentuk kalimat deskriptif.
c.
Hasil Penilaian
Sebagai langkah awal (sebelum
melakukan tindakan) peneliti bersama guru merencanakan pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan mengembangkan aspek keterampilan membaca. Kegiatan diawali
dengan memilih, menata, dan merepresentasikan materi pelajaran membaca dengan
menggunakan metode. Pemilihan tema sesuai dalam KTSP,
Langkah kedua, pembelajaran, guru
dan peneliti menyiapkan tulisan di sekitar yang sering dijumpai di stasiun.
Guru juga mempertimbangkan tulisan yang dipilih adalah tulisan yang menggunakan
ejaan Bahasa Indonesia.
Langkah ketiga, siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik dari tahap ke tahap. Mereka sangat antusias
dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Siswa tidak ada yang mengeluh
dengan tulisan yang mereka jumpai. Hampir semua siswa dapat membaca kata-kata
yang ditemukan. Mereka tampak gembira ketika mendapat satu kata dari guru saat
mereka bisa melafalkan kata yang ditemuinya.
2.5. Lesson
study
pada pembelajaran membaca permulaan
Seperti
yang sudah diabahas diatas , Strategi membaca permulaan dia tampan diperkenalkan
pada awal pembelajaran untuk memudahkan pelajaran membaca. Strategi dia tampan
mendahulukan huruf-huruf d, n, t p, m.
Huruf-huruf
itu akan membentuk masing-masing lima kata yaitu ada, ini, itu, apa dan mana.
Dengan begitu adal lima pelajaran berkenaan dengan huruf d, n, t, p, m.
1. Pelajaran
pertama berkenaan dengan huruf d akan memuat kalimat :
ada
dada,
ada
didi,
ada
dudu,
ada
dede,
ada
dodo,
ada
dodi
ada
dedi
ada
duda
ada
ida
ada
adi.
2. Pelajaran
ke dua berkenaan dengan huruf n akan memuat kalimat :
ini
nana
ini nini
ini
nunu
ini nene
ini nono
ini noni
ini neni
ini
nuni
ini ina
ini
ani
ini ana
3. Pelajaran ke tiga berkenaan dengan
huruf t akan memuat kalimat :
itu
tata,
itu titu
itu
tutu
itu tete
itu toto
itu toti
itu teti
itu tuti,
itu ita
itu ati
itu ata.
4. Pelajaran ke empat berkenaan dengan
huruf p akan memuat kalimat :
apa ini papa,
apa
ini pipi
apa
ini pupu,
apa
ini pepe
apa
ini popo
apa
itu popi
apa
itu pepi
apa itu papi,
apa
ada ipa
apa
ada api.
5. Pelajaran ke lima berkenaan dengan huruf m
maka memuat kalimat :
mana
mama
mana mimi
mana mumu,
mana
meme
mana momo
mana
momi
mana memi
mana mumi
mana ima
mana ami
mana
ama.
Strategi
dia tampan merupakan salah satu strategi yang efektif dalam pembelajaran
membaca permulaan. Strategi dia tampan dilakukan dengan urutan huruf-huruf d,
n, t, p, m dan kalimat berikut :
1.
d
– D n – N
da di
du de do na ni nu ne no
dada didi dudu dede dodo nana nini nunu nene nono
ada dada ada
dadi ini nana ini nani
ada
didi ada dodi ini nini I ni noni
ada
dudu ada dudi ini nunu ini nuni
ada
dede ada adi ini nene ini ani
ada
dodo ada ida ini nono ini ina
2.
t
– T p – P
ta
ti
tu te to pa pi
pu pe po
tata titi tutu tete
toto papa pipi pupu pepe
popo
itu
tata itu tati apa
ini papa
apa itu papi
itu
titi itu
toti apa
ini pipi
apa itu popi
itu
tutu itu tuti
apa ini pupu apa itu pupi
itu
tete itu ati apa ini pepe apa ada
api
itu
toto itu ita apa ini popo apa ada
ipa
3.
m
– M
ma
mi mu me mo
mama
mimi
mumu
meme
momo
mana
mama mana mami
mana
mimi mana momi
mana
mumu mana mumi
mana
meme mana ami
mana
momo mana ima
Strategi
membaca permulaan dia tampan diperkenalkan pada awal pembelajaran untuk
memudahkan pelajaran membaca. Strategi dia tampan mendahulukan
huruf-huruf d, n, t p, m. Sekalipun begitu, setelah huruf d biasanya
tidak langsung diperkenalkan huruf p karena pembaca
khawatir
bertukar. Demikian pula setelah huruf n biasanya tidak langsung
diperkenalkan huruf m karena pembaca khawatir bertukar. Setelah strategi
dia tampan disampaikan, huruf berikutnya akan lebih mudah diajarkan
seperti contoh berikut :
c
ci
- ci
cici
ada
cici
ini
cica
itu
cece
apa
itu cuci
mana
cucu
Selebihnya berkenaan dengan membaca kata atau kalimat
pendek kreasi pengajar, Bila pengajar menggunakan buku membaca permulaan,
pengajar mesti memperhatikan bahwa penguasaan satu halaman atau satu baris
tidaklah mutlak. Bila pembelajar tidak bisa membaca satu baris atau satu
halaman,
halaman atau baris yang tidak bisa dibaca itu bisa dilewat. Pembelajar membaca
baris atau halaman berikutnya yang dapat dibaca. Dengan begitu, pembelajar
tidak dipaksa untuk mengenal huruf atau bacaan. Halaman yang tidak dapat dibaca
dapat diperkenalkan pengajar
pada
kesempatan lain. Pembelajaran membaca permulaan didasarkan pada pengenalan. Huruf.
Bila pembelajar mengenal huruf j maka
ia bisa membaca suku kata ju. Berdasarkan pengenalan pada huruf u, pembelajar juga bisa membaca suku kata ku atau tu. Dengan
demikian, bila pembelajar tidak bisamembaca suku kata ku, padahal
pembelajar itu mengenal huruf k, pengajar dapat mengingatkannya dan
kembali pada halaman ju atau du.
Biasanya
pembelajar merasa ketakutan dengan halaman yang penuh dengan kalimat. Karena
itu bagi pembelajar tidak perlu membaca seluruh halaman. Bila pembelajar merasa
ketakutan (ngeri atau malas) pengajar cukup mengajarkan beberapa kalimat dalam
halaman itu dalam
satu
sesi yang dapat dilanjutkan pada sesi berikutnya.
2.6. Penerapan Lesson Study pada membaca permulaan
a. Metode
Pengulangan d, n, t, p, m (dia tampan)
Beberapa
kata sakti dalam pembelajaran membaca permulaan dapat diulang-ulang. Kata-kata
sakti itu di antaranya kata ada, ini, itu, apa, dan mana.
Kata sakti lainnya ialah nama-nama seperti cica atau dodi.
b. Pelajaran
yang Terintegrasi
Istilah
pelajaran yang terintegrasi sangat berkaitan dengan kurikulum terpadu,
pembelajaran bahasa terpadu atau integrated language teaching. Pembelajaran
membaca bisa terintegrasi dengan menulis. Pembelajaran membaca permulaan dengan
strategi dia tampan
dapat
dilakukan secara terintegrasi dengan pembelajaran menulis. Bila seseorang
berupaya membaca huruf d, maka sebagai selingan pelajaran membaca d ini,
pengajar bisa menginstruksikan pembelajar untuk menulis huruf d (misalnya
sebanyak satu atau lima baris).
Pelajaran
membaca sebenarnya terkait dengan pelajaran menulis. Lebih lanjut pelajaran
membaca juga terkait dengan menyimak (mendengarkan) karena pembelajar menyimak
perkataan pengajar ketika mengatakan, “d”. Pelajaran membaca juga terkait
dengan berbicara
karena
ketika pembelajar menyimak perkataan “d” dari pengajar, pembelajar harus membeo
dan mengatakan, “d” seperti ucapan pengajar. Dengan begitu, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran membaca terkait dengan menulis, menyikat, dan berbicara.
c. Dahulukan
dan Utamakan Huruf Nonkapital
Pembelajaran
membaca permulaan harus mengutamakan huruf nonkapital. Dengan demikian, nama
orang pun bisa saja dimulai dengan huruf nonkapital misalnya dodo, dodi, dudi.
Tetapi bila ada pembelajar bernama dodi, maka pembelajar harus diajari untuk
menulis namanya
dengan
benar sehingga tulisannya Dodi. Di mana pun ia menulis namanya harus seperti
itu. Dengan begitu pembelajar tidak akan salah menulis namanya, misalnya DoDi
atau dOdi.
d. Kebakuan
Dalam
pembelajaran membaca kadang-kadang ada pengajar terpaksa memberikan kata-kata
yang mudah misalnya aga dan bukan agak. Pembelajar mesti
diingatkan bahwa kata aga di atas tidak baku, mestinya agak.
Mesti diperhatikan agar pembelajar tidak terbiasa
menggunakan
kata yang tidak baku. Kebakuan lainnya ialah kelengkapan imbuhan. Dalam
pembelajaran membaca permulaan imbuhan dihilangkan untuk memudahkan pelajaran.
Pada
pembelajaran membaca dan menulis awal, kalimat, “jaja juga gaji juju” merupakan
kalimat yang dibolehkan. Kalimat itu seharusnya berbunyi, “Jaja juga menggaji
juju.” Pembelajar mesti diingatkan bahwa salah satu ciri kebakuan adalah
kelengkapan imbuhan. Mesti diperhatikan
agar
pembelajar tidak terlanjur dengan penggunaan kata yang tidak baku.
Penjelasan-penjelasan
dapat diberikan pada pelajaran membaca dan menulis awal itu, misalnya geo maksudnya
adalah geografi atau pelajaran IPS atau bagian dari
pelajaran IPS. Dalam pelejaran membaca mungkin pula ada campur kode yaitu
memasukkan unsur bahasa lain (misalnya bahasa daerah) ke dalam bahasa
Indonesia. Kata hayu dalam kalimat, “hayu dede cuci baju” sebenarnya tidak
baku. Kata hayu dalam bahasa Sunda berarti ayo. Kata baku kakak, kakek
dan kakekku tidak digunakan. Sebagai gantinya digunakan kata kaka,
kake dan kakeku. Penggunaan kata-kata itu ditujukan untuk memudahkan
pelajaran membaca awal dan memotivasi pembelajar. Kata nene sebenarnya
berarti nenek. Penggunaan kata nene
ditujukan
untuk merinkas dan mempermudah bacaan. Kata ngenye berarti mengejek.
Kata ngenye itu merupakan bentuk tidak baku dari kata mengejek.
Penggunaan kata ngenye ini hanya digunakan sebagai pembelajaran membaca.
Pada pelajaran umumnya penggunaan kata ini mesti dihindari.
e. Pelajaran
Moral
Pengajar
juga mesti aktif dalam pelajaran moral. Pada kalimat yang mengandung kata judi,
secara moral pengajar mesti mengajarkan bahwa judi adalah perbuatan haram yang
mesti dihindari. Demikian pula kata- katayang “menggoda” seperti ma, mi, mu,
me, mo.
Berkenaan
dengan kata-kata yang “tabu” seperti tai, pengajar mesti arif
mengajarkannya. Pengajaran dengan tema tertentu mesti disesuaikan dengan waktu
dan tempat (situasi dan kondisi). Kearifan pengajarlah yang membuat pelajaran menjadi
penting. Pada pelajaran membaca ini sejumlah kalimat diajarkan agar pembelajar
dapat memahaminya dengan
baik.
Pengajar pun mesti membedakan diftong dengan vokal rangkap. Kata nilai mengandung
diftong ai, sedangkan ua pada kata semua bukanlah diftong.
Kata nilai diurai menjadi dua suku kata yaitu ni-lai. Kata semua
dapat diurai menjadi tiga suku kata yaitu se-mu-a.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Strategi membaca yang diperkenalkan dalam pembelajaran
membaca permulaan adalah strategi membaca dia tampan. Nama ini diajukan karena
dalam pengajaran membaca permulaan, huruf-huruf yang pertama diajarkan adalah
huruf d, n, t, p, m.
·
Pembelajaran membaca permulaan dengan
strategi dia tampan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1. Mengenal huruf dengan lagu ABC /
Alfabet
2. Mengenal cara memegang pensil
3. Menggoreskan pensil ///// ||||| – – – – – ooooo
4. Memperhatikan urutan pengenalan huruf
5. Memperhatikan asosiasi huruf,
misalnya a seperti ayam, i
seperti
lilin (titik), u seperti sumur, e seperti helm , dst.
6. Membaca huruf vokal dan konsonan (sesuai urutan)
7. Membaca
suku kata
8. Membaca kata
9. Membaca kalimat pendek kreasi
pengajar
· Diagnosis Kesulitan Membaca
Permulaan yaitu :
a. Gangguan Internal
b. Kesenjangan antara Potensi dan
Prestasi
c. Tidak Adanya Gangguan Fisik dan/atau
Mental
· Diagnosis Peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar dalam membaca permulaan yaitu :
1.
Diagnosis kesulitan Belajar Perkembangan (Pra-akademik)
a. Gangguan Perkembangan Motorik
(Gerak)
b. Gangguan Perkembangan Sensorik
(Penginderaan)
c. Gangguan Perkembangan Perseptual
(Pemahaman atau apa yang diinderai)
d. Gangguan Perkembangan Perilaku
2.
Diagnosis
Kesulitan Belajar Akademik yaitu :
a. Penambahan ( Addition)
b. Penghilangan (Omission)
c. Pembalikan kiri-kanan (Inversion)
d. Pembalikan atas-bawah (
Reversal )
e. Penggantian ( Substitusi)
3.
Disgrafia
atau Kesulitan Menulis yaitu :
a.
Decoding atau kemampuanmenguraikan
kode/simbol visual;
b.
Ingatan
auditoris dan visual atauingatan atas objek kode/simbol yang sudah diurai
c.
Divisualisasikan
dalam bentuk tulisan.
· Penerapan
Lesson Study pada membaca permulaan
a.
Metode
Pengulangan d, n, t, p, m (dia tampan)
b.
Pelajaran yang
Terintegrasi
c.
Dahulukan dan
Utamakan Huruf Nonkapital
d.
Kebakuan
e.
Pelajaran
Moral
DAFTAR PUSTAKA
http://techonly13.wordpress.com/2009/08/26/membaca-permulaan-permainan-bahasa