Showing posts with label Materi Bahasa Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Materi Bahasa Indonesia. Show all posts

Wednesday, 17 April 2019

KAPITA SELEKTA BAHASA INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Empat Aspek Keterampilan Berbahasa dalam Dua kelompok kemampuan yaitu: (1) keterampilan yang bersifat menerima (reseptif) yang meliputi keterampilan membaca dan menyimak, (2) keterampilan yang bersifat mengungkap (produktif) yang meliputi ketrampilan menulis dan berbicara (Muchlisoh, 1992: 119).
1.2. Rumusan Masalah
1.      Strategi dia tampan untuk membaca permulaan
2.      Diagnosis kesulitan membaca permulaan
3.      Diagnosis kesulitan membaca permulaan pada pra- akademik dan akademik
4.      Lesson study pada pembelajaran membaca permulaan

1.3. Tujuan Pembuatan Makalah
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan membaca permulaan.
2.      Mengetahui Diagnosis kesulitan yang ada pada membaca permulaan.
3.      Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam membaca permulaan
4.      Mengetahui cara menerapkan membaca permulaan kepada peserta didik

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Strategi dia tampan untuk membaca permulaan
Salah satu strategi membaca yang diperkenalkan dalam pembelajaran membaca permulaan adalah strategi membaca dia tampan. Nama ini diajukan karena dalam pengajaran membaca permulaan, huruf-huruf yang pertama diajarkan adalah huruf d, n, t, p, m.
Pembelajaran membaca permulaan dengan strategi dia tampan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1.    Mengenal huruf dengan lagu ABC / Alfabet
2.    Mengenal cara memegang pensil
3.     Menggoreskan pensil ///// ||||| – – – – – ooooo
4.    Memperhatikan urutan pengenalan huruf
5.    Memperhatikan asosiasi huruf, misalnya a seperti ayam, i seperti lilin (titik), u seperti sumur, e seperti helm , dst.
6.    Membaca huruf vokal dan konsonan (sesuai urutan)
7.     Membaca suku kata
8.    Membaca kata
9.    Membaca kalimat pendek kreasi pengajar

Pelajaran membaca dengan strategi dia tampan ini didasarkan pada urutan pengenalan huruf (langkah keempat) sebagai berikut :
No. Jenis Huruf
1.     Vokal                :  a, i, u, e
2.    Konsonan I        :  d, n, t, p m
3.    Konsonan II      : c, g, j, y, w
4.     Konsonan III    : b, h, k, l
5.     Konsonan IV    : s, r
6.     Konsonan V      : f, q, v, x, z
Pembagian huruf terutama huruf konsonan didasarkan pada kemiripan huruf. Dengan begitu, urutan pembelajaran bukanlah dari a, b,n c, d, e, ... sampai z. Pembagian huruf seperti ini memungkinkan untuk pelajaran menulis huruf pisah dan menulis tegak bersambung.
Jadi strategi dia tampan menggunakan huruf d, n, t, p, m dalam pengajaran membaca permulaan. Uraian dari strategi dia tampan itu adalah sebagai berikut.
d→ada
dada
didi
dudu
dede
dodo
ada dadi
ada dodi
ada dadu
ada didu
ada duda
ada dida
ada ida

ada dodi di dada ida

n → ini
ini nana
ini nani
ini noni
ini nini
ini nina
ini nani

t → itu
itu tati
itu tuti
itu tita
itu tia
itu toti
itu titu
itu teti

p → apa
apa ini
apa itu

apa ini nina
apa itu tuti
apa ini papa
apa ini pipa
apa ini popo
apa ini popi
apa ini pepi
apa ini pipo

m → mana
mana nana
mana nani
mana nina
mana noni
mana nini
mana mama
mana mami
mana mumi
mana momo
Dari huruf-huruf d, n, t, p, m muncul kata-kata awal yaitu ada, ini, itu, apa, dan mana. Dari kata-kata itu, huruf  lainnya dapat diajarkan. Huruf lainnya misalnya c, g, j, y, w, kemudian b, h, k, l, kemudian s, dan r.

2.2. Diagnosis Kesulitan Membaca Permulaan
Mencermati definisi dan uraian di atas tampak beberapa karakteristik utama yang mempengaruhi kesulitan peserta didik untuk  belajar membaca permulaan, yaitu:
1. Gangguan Internal
Penyebab kesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam anak itu sendiri. Anak ini mengalami gangguan pemusatan perhatian,sehingga kemampuan perseptualnya terhambat. Kemampuan perseptual yangterhambat tersebut meliputi persepsi visual (proses pemahaman terhadap objek yang dilihat), persepsi auditoris (proses pemahaman terhadap objek yangdidengar) maupun persepsi taktil-kinestetis (proses pemahaman terhadap objek yang diraba dan digerakkan). Faktor-faktor internal tersebut menjadi penyebabkesulitan belajar, bukan faktor eksternal (yang berasal dari luar anak), sepertifaktor lingkungan keluarga, budaya, fasilitas, dan lain-lain.

2. Kesenjangan antara Potensi dan Prestasi
Anak berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan/inteligensi normal, bahkanbeberapa diantaranya di atas rata-rata. Namun demikian, pada kenyataannyamereka memiliki prestasi akademik yang rendah. Dengan demikian, merekamemiliki kesenjangan yang nyata antara potensi dan prestasi yangditampilkannya. Kesenjangan ini biasanya terjadi pada kemampuan belajarakademik yang spesifik, yaitu pada kemampuan membaca (disleksia), menulis(disgrafia), atau berhitung (diskalkulia).




3. Tidak Adanya Gangguan Fisik dan/atau Mental
Anak berkesulitan belajar merupakan anak yang tidak memiliki gangguan fisik dan/atau mental.Kondisi kesulitan belajar berbeda dengan kondisi masalah belajar berikut ini:
a.      Tunagrahita (Mental Retardation)
Anak tunagrahita memiliki inteligensi antara 50-70. Kondisi tersebutmenghambat prestasi akademik dan adaptasi sosialnya yang bersifat menetap.
b.      Lamban Belajar (Slow Learner)
Slow learner  adalah anak yang memiliki keterbatasan potensi kecerdasan,sehingga proses belajarnya menjadi lamban. Tingkat kecerdasan mereka sedikit dibawah rata-rata dengan IQ antara 80-90. Kelambanan belajar mereka merata padasemua mata pelajaran.
Slow learner  disebut anak  border line (”ambang batas”),yaitu berada di antara kategori kecerdasan rata-rata dan kategori mentalretardation (tunagrahita).
c.       Problem Belajar (Learning Problem)
Anak dengan problem belajar (bermasalah dalam belajar) adalah anak yangmengalami hambatan belajar karena faktor eksternal. Faktor eksternal tersebutberupa kondisi lingkungan keluarga, fasilitas belajar di rumah atau di sekolah, danlain sebagainya. Kondisi ini bersifat temporer/sementara dan mempengaruhiprestasi belajar.

2.3. Diagnosis Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dalam membaca permulaan

1. Diagnosis  kesulitan Belajar Perkembangan (Pra-akademik)
Kesulitan yang bersifat perkembangan meliputi:
a. Gangguan Perkembangan Motorik (Gerak)
Gangguan pada kemampuan melakukan gerak dan koordinasi alat gerak.Bentuk-bentuk gangguan perkembangan motorik meliputi; motorik kasar(gerakan melimpah, gerakan canggung), motorik halus (gerakan jari jemari),penghayatan tubuh, pemahaman keruangan dan lateralisasi (arah).
b. Gangguan Perkembangan Sensorik (Penginderaan)
Gangguan pada kemampuan menangkap rangsang dari luar melalui alat-alatindera. Gangguan tersebut mencakup pada proses: Penglihatan., Pendengaran . Perabaan, Penciuman, dan Pengecap.

c. Gangguan Perkembangan Perseptual (Pemahaman atau apa yang diinderai)
 Gangguan pada kemampuan mengolah dan memahami rangsang dari prosespenginderaan sehingga menjadi informasi yang bermakna. Bentuk-bentuk gangguan tersebut meliputi:
1.      Gangguan dalam Persepsi Auditoris, berupa kesulitan memahami objek yang didengarkan.
2.      Gangguan dalam Persepsi Visual, berupa kesulitan memahami objek yangdilihat.
3.      Gangguan dalam Persepsi Visual Motorik, berupa kesulitan memahamiobjek yang bergerak atau digerakkan.
4.      Gangguan Memori, berupa ingatan jangka panjang dan pendek.
5.      Gangguan dalam Pemahaman Konsep.
6.      Gangguan Spasial, berupa pemahaman konsep ruang.

d. Gangguan Perkembangan Perilaku
Gangguan pada kemampuan menata dan mengendalikan diri yang bersifatinternal dari dalam diri anak. Gangguan tersebut meliputi:
1.      ADD ( Attention Deficit Disorder ) atau gangguan perhatian
2.      ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder ) atau gangguan perhatianyang disertai hiperaktivitas.






2. Diagnosis Kesulitan Belajar Akademik 
Kesulitan belajar akademik terdiri atas:
1.      Disleksia atau Kesulitan Membaca
 Disleksia atau kesulitan membaca adalah kesulitan untuk memaknai simbol,huruf, dan angka melalui persepsi visual dan auditoris. Hal ini akanberdampak pada kemampuan membaca pemahaman. Adapun bentuk-bentuk kesulitan membaca di antaranya berupa: 
a.       Penambahan ( Addition)
 Menambahkan huruf pada suku kata
Contoh :       suruh              →        disuruh
 bula                →        gulka
 buku               →        bukuku

b.      Penghilangan (Omission)
 Menghilangkan huruf pada suku kata
Contoh  :     Kelapa             →        lapa
Kompor           →       kopor
Kelas               →        kela

c.       Pembalikan kiri-kanan (Inversion)
 Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik kiri-kanan.
Contoh :   buku → duku
Palu → Lupa

d.      Pembalikan atas-bawah (  Reversal )
Membalikkan bentuk huruf, kata, ataupun angka dengan arah terbalik atas-bawah.
Contoh :       m → w , n → u
 nana    →        uaua
mama   →       wawa

e.       Penggantian ( Substitusi)
 Mengganti huruf atau angka.
Contoh :      mega    →        meja
nanas   →        mamas

           
2.      Disgrafia natau Kesulitan Menulis
Disgrafia adalah kesulitan yang melibatkan proses menggambar simbol-simbol bunyi menjadi simbol huruf atau angka.Kesulitan menulis tersebut terjadi pada beberapa tahap aktivitas menulis,yaitu: Mengeja, yaitu aktivitas memproduksi urutan huruf yang tepat dalamucapan atau tulisan dari suku kata/kata. Kemampuan yang dibutuhkanaktivitas mengeja antara lain (1)  Decoding atau kemampuanmenguraikan kode/simbol visual; (2) Ingatan auditoris dan visual atauingatan atas objek kode/simbol yang sudah diurai tadi; untuk  (3)Divisualisasikan dalam bentuk tulisan.

 Menulis Permulaan (Menulis cetak dan Menulis sambung) yaitu aktivitasmembuat gambar simbol tertulis. Sebagian anak berkesulitan belajarumumnya lebih mudah menuliskan-huruf- cetak yang terpisah-pisahdaripada menulis-huruf-sambung. Tampaknya, rentang perhatian yangpendek menyulitkan mereka saat menulis-huruf-sambung. Dalammenulis-huruf-cetak, rentang perhatian yang dibutuhkan mereka relatif pendek, karena mereka menulis ”per huruf”. Sedangkan saat menulis-huruf-sambung rentang perhatian yang dibutuhkan relatif lebih panjang,karena mereka menulis ”per kata”.Kesulitan yang kerap muncul dalam proses menulis permulaan antaralain :
1.      Ketidakkonsistenan bentuk/ukuran/proporsi huruf 
2.      Ketiadaan jarak tulisan antar-kata
3.      Ketidakjelasan bentuk huruf 
4.      Ketidakkonsistenan posisi huruf pada garis


Dalam disgrafia terdapat bentuk-bentuk kesulitan yang juga terjadi padakesulitan membaca, seperti :
a.        penambahan huruf/suku kata
b.      penghilangan huruf/suku kata
c.       pembalikan huruf ke kanan-kiri
d.      pembalikan huruf ke atas-bawah
e.       penggantian huruf/suku kata

2.4. Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan
a.      Penilaian secara Abstrak
Salah satu aspek pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah  yang memegang peran penting adalah membaca, khususnya membaca permulaan. Pada sisi lain, pentingnya pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini ini juga bertolak dari kenyataan bahwa masih terdapat sebelas juta anak Indonesia dengan usia 7 – 8 tahun tercatat masih buta huruf (Infokito, 2007).

b.      Melalui Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu bentuk penelitian praktis yang dilaksanakan oleh guru untuk menemukan solusi dari permasalahan yang timbul di kelasnya agar dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran di kelas (Dasna, 2007:2). Bisa juga dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2007:3). Penetapan jenis pendekatan ini didasarkan pada tujuan bahwa peneliti ingin mendeskripsikan kompetensi siswa di kelas, terutama deskripsi tentang peningkatan kemampuan membaca permulaan.


Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas dengan alasan (1) penelitian ini berupaya untuk melakukan inovasi terhadap kegiatan pembelajaran di kelas, (2) pelaksanaan penelitian tindakan kelas tidak mengganggu tugas pokok seorang guru, (3) penelitian tindakan kelas sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelas. Kegiatan penelitian ini dimulai dengan kegiatan orientasi dan observasi terhadap latar penelitian yang meliputi latar sasaran, guru, siswa dan kegiatan belajar mengajar membaca permulaan di sekolah tersebut. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini secara garis besar dilaksanakan dalam empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) r efleksi (Arikunto, 2007:16). Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan kelas. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas tidak terbatas dalam satu kali intervensi saja, tetapi berulang hingga mencapai ketuntasan yang diharapkan (Arikunto, 2007).
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitaif. Data kualitatif berupa catatan lapangan, hasil wawancara, dan foto, sedangkan data kuantatif  berupa skor yang diperoleh siswa. Adapun sumber data adalah peneliti, guru dan siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa RPP, lembar kerja siswa, lembar obsevasi, dan instrumen pengukuran kemampuan membaca permulaan siswa. Analisis data penelitian ini dilakukan dengan melalui tiga tahap, yaitu pengolahan data, paparan data, dan penyimpulan data. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengelompokkan data menjadi dua kelompok, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan cara memprosentase, kemudian hasil prosentase dinyatakan atau dipaparkan dalam kalimat kuantitatif. Data kualitatif dianalisis dengan cara membuat skor terhadap item-item yang perlu diberi skor. Kemudian memprosentase, hasil prosentase ditafsirkan dalam bentuk kalimat kuantitatif dan disimpulkan ke dalam bentuk kalimat deskriptif.
c.       Hasil Penilaian
Sebagai langkah awal (sebelum melakukan tindakan) peneliti bersama guru merencanakan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan mengembangkan aspek keterampilan membaca. Kegiatan diawali dengan memilih, menata, dan merepresentasikan materi pelajaran membaca dengan menggunakan metode. Pemilihan tema sesuai dalam KTSP,
Langkah kedua, pembelajaran, guru dan peneliti menyiapkan tulisan di sekitar yang sering dijumpai di stasiun. Guru juga mempertimbangkan tulisan yang dipilih adalah tulisan yang menggunakan ejaan Bahasa Indonesia.
Langkah ketiga, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dari tahap ke tahap. Mereka sangat antusias dari awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Siswa tidak ada yang mengeluh dengan tulisan yang mereka jumpai. Hampir semua siswa dapat membaca kata-kata yang ditemukan. Mereka tampak gembira ketika mendapat satu kata dari guru saat mereka bisa melafalkan kata yang ditemuinya.

2.5.  Lesson study pada pembelajaran membaca permulaan
Seperti yang sudah diabahas diatas , Strategi membaca permulaan dia tampan diperkenalkan pada awal pembelajaran untuk memudahkan pelajaran membaca. Strategi dia tampan mendahulukan huruf-huruf d, n, t p, m.
Huruf-huruf itu akan membentuk masing-masing lima kata yaitu ada, ini, itu, apa dan mana. Dengan begitu adal lima pelajaran berkenaan dengan huruf d, n, t, p, m.
1.      Pelajaran pertama berkenaan dengan huruf d akan memuat kalimat :
ada dada,
ada didi,
ada dudu,
ada dede,
ada dodo,
ada dodi
ada dedi
ada duda
ada ida
ada adi.

2.      Pelajaran ke dua berkenaan dengan huruf n akan memuat kalimat :
ini nana
 ini nini
ini nunu
 ini nene
 ini nono
 ini noni
 ini neni
ini nuni
 ini ina
ini ani
 ini ana

3. Pelajaran ke tiga berkenaan dengan huruf t akan memuat kalimat :
 itu tata,
 itu titu
            itu tutu
 itu tete
 itu toto
itu toti
 itu teti
 itu tuti,
itu ita
 itu ati
itu ata.

4. Pelajaran ke empat berkenaan dengan huruf  p akan memuat kalimat :
 apa ini papa,
apa ini pipi
apa ini pupu,
apa ini pepe
apa ini popo
apa itu popi
apa itu pepi
 apa itu papi,
apa ada ipa
apa ada api.

5.  Pelajaran ke lima berkenaan dengan huruf m maka memuat kalimat :
 mana mama
 mana mimi
 mana mumu,
mana meme
mana momo
            mana momi
 mana memi
 mana mumi
mana ima
mana ami
            mana ama.

Strategi dia tampan merupakan salah satu strategi yang efektif dalam pembelajaran membaca permulaan. Strategi dia tampan dilakukan dengan urutan huruf-huruf d, n, t, p, m dan kalimat berikut :




1.    d – D n – N

da        di          du       de         do        na       ni         nu         ne       no
dada    didi      dudu    dede     dodo  nana      nini      nunu  nene      nono
ada  dada        ada  dadi          ini nana            ini nani
ada didi           ada dodi          ini nini I          ni noni
ada dudu         ada dudi          ini nunu           ini nuni
ada dede         ada adi            ini nene            ini ani
ada dodo         ada ida           ini nono          ini ina

2.    t – T p – P

ta         ti          tu        te         to        pa        pi         pu       pe        po
tata      titi       tutu      tete     toto     papa    pipi      pupu    pepe     popo
itu tata             itu tati            apa ini             papa apa                     itu papi
itu titi             itu toti            apa ini             pipi apa                        itu popi
itu tutu                       itu tuti             apa ini             pupu apa                      itu pupi
itu tete             itu ati              apa ini              pepe apa                      ada api
itu toto                        itu ita              apa ini              popo apa                     ada ipa

3.    m – M
ma mi mu me mo
mama
mimi
mumu
meme
momo
mana mama mana mami
mana mimi mana momi
mana mumu mana mumi
mana meme mana ami
mana momo mana ima
Strategi membaca permulaan dia tampan diperkenalkan pada awal pembelajaran untuk memudahkan pelajaran membaca. Strategi dia tampan mendahulukan huruf-huruf d, n, t p, m. Sekalipun begitu, setelah huruf d biasanya tidak langsung diperkenalkan huruf p karena pembaca
khawatir bertukar. Demikian pula setelah huruf n biasanya tidak langsung diperkenalkan huruf m karena pembaca khawatir bertukar. Setelah strategi dia tampan disampaikan, huruf berikutnya akan lebih mudah diajarkan seperti contoh berikut :
c

ci - ci
cici
ada cici
ini cica
itu cece
apa itu cuci
mana cucu

Selebihnya  berkenaan dengan membaca kata atau kalimat pendek kreasi pengajar, Bila pengajar menggunakan buku membaca permulaan, pengajar mesti memperhatikan bahwa penguasaan satu halaman atau satu baris tidaklah mutlak. Bila pembelajar tidak bisa membaca satu baris atau satu
halaman, halaman atau baris yang tidak bisa dibaca itu bisa dilewat. Pembelajar membaca baris atau halaman berikutnya yang dapat dibaca. Dengan begitu, pembelajar tidak dipaksa untuk mengenal huruf atau bacaan. Halaman yang tidak dapat dibaca dapat diperkenalkan pengajar
pada kesempatan lain. Pembelajaran membaca permulaan didasarkan pada pengenalan. Huruf. Bila pembelajar mengenal huruf  j maka ia bisa membaca suku kata ju. Berdasarkan pengenalan pada huruf  u, pembelajar juga bisa membaca  suku kata ku atau tu. Dengan demikian, bila pembelajar tidak bisamembaca suku kata ku, padahal pembelajar itu mengenal huruf k, pengajar dapat mengingatkannya dan kembali pada halaman ju atau du.
Biasanya pembelajar merasa ketakutan dengan halaman yang penuh dengan kalimat. Karena itu bagi pembelajar tidak perlu membaca seluruh halaman. Bila pembelajar merasa ketakutan (ngeri atau malas) pengajar cukup mengajarkan beberapa kalimat dalam halaman itu dalam
satu sesi yang dapat dilanjutkan pada sesi berikutnya.

2.6. Penerapan Lesson Study pada membaca permulaan
a.      Metode Pengulangan d, n, t, p, m (dia tampan)
Beberapa kata sakti dalam pembelajaran membaca permulaan dapat diulang-ulang. Kata-kata sakti itu di antaranya kata ada, ini, itu, apa, dan mana. Kata sakti lainnya ialah nama-nama seperti cica atau dodi.

b.      Pelajaran yang Terintegrasi
Istilah pelajaran yang terintegrasi sangat berkaitan dengan kurikulum terpadu, pembelajaran bahasa terpadu atau integrated language teaching. Pembelajaran membaca bisa terintegrasi dengan menulis. Pembelajaran membaca permulaan dengan strategi dia tampan
dapat dilakukan secara terintegrasi dengan pembelajaran menulis. Bila seseorang berupaya membaca huruf d, maka sebagai selingan pelajaran membaca d ini, pengajar bisa menginstruksikan pembelajar untuk menulis huruf d (misalnya sebanyak satu atau lima baris).
Pelajaran membaca sebenarnya terkait dengan pelajaran menulis. Lebih lanjut pelajaran membaca juga terkait dengan menyimak (mendengarkan) karena pembelajar menyimak perkataan pengajar ketika mengatakan, “d”. Pelajaran membaca juga terkait dengan berbicara
karena ketika pembelajar menyimak perkataan “d” dari pengajar, pembelajar harus membeo dan mengatakan, “d” seperti ucapan pengajar. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca terkait dengan menulis, menyikat, dan berbicara.


c.       Dahulukan dan Utamakan Huruf Nonkapital
Pembelajaran membaca permulaan harus mengutamakan huruf nonkapital. Dengan demikian, nama orang pun bisa saja dimulai dengan huruf nonkapital misalnya dodo, dodi, dudi. Tetapi bila ada pembelajar bernama dodi, maka pembelajar harus diajari untuk menulis namanya
dengan benar sehingga tulisannya Dodi. Di mana pun ia menulis namanya harus seperti itu. Dengan begitu pembelajar tidak akan salah menulis namanya, misalnya DoDi atau dOdi.

d.      Kebakuan
Dalam pembelajaran membaca kadang-kadang ada pengajar terpaksa memberikan kata-kata yang mudah misalnya aga dan bukan agak. Pembelajar mesti diingatkan bahwa kata aga di atas tidak baku, mestinya agak. Mesti diperhatikan agar pembelajar tidak terbiasa
menggunakan kata yang tidak baku. Kebakuan lainnya ialah kelengkapan imbuhan. Dalam pembelajaran membaca permulaan imbuhan dihilangkan untuk memudahkan pelajaran.
Pada pembelajaran membaca dan menulis awal, kalimat, “jaja juga gaji juju” merupakan kalimat yang dibolehkan. Kalimat itu seharusnya berbunyi, “Jaja juga menggaji juju.” Pembelajar mesti diingatkan bahwa salah satu ciri kebakuan adalah kelengkapan imbuhan. Mesti diperhatikan
agar pembelajar tidak terlanjur dengan penggunaan kata yang tidak baku.
Penjelasan-penjelasan dapat diberikan pada pelajaran membaca dan menulis awal itu, misalnya geo maksudnya adalah geografi atau pelajaran IPS atau bagian dari pelajaran IPS. Dalam pelejaran membaca mungkin pula ada campur kode yaitu memasukkan unsur bahasa lain (misalnya bahasa daerah) ke dalam bahasa Indonesia. Kata hayu dalam kalimat, “hayu dede cuci baju” sebenarnya tidak baku. Kata hayu dalam bahasa Sunda berarti ayo. Kata baku kakak, kakek dan kakekku tidak digunakan. Sebagai gantinya digunakan kata kaka, kake dan kakeku. Penggunaan kata-kata itu ditujukan untuk memudahkan pelajaran membaca awal dan memotivasi pembelajar. Kata nene sebenarnya berarti nenek. Penggunaan kata nene
ditujukan untuk merinkas dan mempermudah bacaan. Kata ngenye berarti mengejek. Kata ngenye itu merupakan bentuk tidak baku dari kata mengejek. Penggunaan kata ngenye ini hanya digunakan sebagai pembelajaran membaca. Pada pelajaran umumnya penggunaan kata ini mesti dihindari.

e.       Pelajaran Moral
Pengajar juga mesti aktif dalam pelajaran moral. Pada kalimat yang mengandung kata judi, secara moral pengajar mesti mengajarkan bahwa judi adalah perbuatan haram yang mesti dihindari. Demikian pula kata- katayang “menggoda” seperti ma, mi, mu, me, mo.
Berkenaan dengan kata-kata yang “tabu” seperti tai, pengajar mesti arif mengajarkannya. Pengajaran dengan tema tertentu mesti disesuaikan dengan waktu dan tempat (situasi dan kondisi). Kearifan pengajarlah yang membuat pelajaran menjadi penting. Pada pelajaran membaca ini sejumlah kalimat diajarkan agar pembelajar dapat memahaminya dengan
baik. Pengajar pun mesti membedakan diftong dengan vokal rangkap. Kata nilai mengandung diftong ai, sedangkan ua pada kata semua bukanlah diftong. Kata nilai diurai menjadi dua suku kata yaitu ni-lai. Kata semua dapat diurai menjadi tiga suku kata yaitu se-mu-a.










BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
·         Strategi membaca yang diperkenalkan dalam pembelajaran membaca permulaan adalah strategi membaca dia tampan. Nama ini diajukan karena dalam pengajaran membaca permulaan, huruf-huruf yang pertama diajarkan adalah huruf d, n, t, p, m.

·         Pembelajaran membaca permulaan dengan strategi dia tampan dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
1.      Mengenal huruf dengan lagu ABC / Alfabet
2.      Mengenal cara memegang pensil
3.       Menggoreskan pensil ///// ||||| – – – – – ooooo
4.      Memperhatikan urutan pengenalan huruf
5.      Memperhatikan asosiasi huruf, misalnya a seperti ayam, i seperti lilin (titik), u seperti sumur, e seperti helm , dst.
6.      Membaca huruf vokal dan konsonan (sesuai urutan)
7.       Membaca suku kata
8.      Membaca kata
9.      Membaca kalimat pendek kreasi pengajar

·      Diagnosis Kesulitan Membaca Permulaan yaitu :
a.       Gangguan Internal
b.      Kesenjangan antara Potensi dan Prestasi
c.       Tidak Adanya Gangguan Fisik dan/atau Mental




·      Diagnosis Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dalam membaca permulaan yaitu :
1.      Diagnosis  kesulitan Belajar Perkembangan (Pra-akademik)
a.       Gangguan Perkembangan Motorik (Gerak)
b.      Gangguan Perkembangan Sensorik (Penginderaan)
c.       Gangguan Perkembangan Perseptual (Pemahaman atau apa yang diinderai)
d.      Gangguan Perkembangan Perilaku

2.      Diagnosis Kesulitan Belajar Akademik  yaitu :
a.       Penambahan ( Addition)
b.      Penghilangan (Omission)
c.       Pembalikan kiri-kanan (Inversion)
d.      Pembalikan atas-bawah (  Reversal )
e.       Penggantian ( Substitusi)

3.      Disgrafia atau Kesulitan Menulis yaitu :
a.       Decoding atau kemampuanmenguraikan kode/simbol visual;
b.      Ingatan auditoris dan visual atauingatan atas objek kode/simbol yang sudah diurai
c.       Divisualisasikan dalam bentuk tulisan.

·      Penerapan Lesson Study pada membaca permulaan
a.       Metode Pengulangan d, n, t, p, m (dia tampan)
b.      Pelajaran yang Terintegrasi
c.       Dahulukan dan Utamakan Huruf Nonkapital
d.      Kebakuan
e.       Pelajaran Moral




DAFTAR PUSTAKA



http://techonly13.wordpress.com/2009/08/26/membaca-permulaan-permainan-bahasa