Tuesday, 23 April 2013

Naskah Drama berjudul "Penyesalan"



Pemeran :
1.      Ibu
2.      Santy
3.      Bu. Murni
4.      Dokter

Setting :
Di dalam sebuah rumah, Santy sedang asik dimeja belajarnya.

Ibu       : “Uhuk, Uhuk, Uhuk..” (suara batuk beberapa kali terdengar).
Santy    : “Ah, ibu ini berisik sekali si dari tadi. Aku jadi nggak konsentrasi nih belajarnya.”
Ibu          : “Uhuk, Uhuk,, maafkan ibu nak, ibu tak kuasa lagi menahan rasa batuk ini.”
Santy      : “Ih, ya ibu kan bisa diam saja. Kalau begitu terus lama-lama kepala saya jadi pusing.”

Tak berapa lama kemudian, ibu mendatangi kamar belajar  Santy, anaknya dengan tertatih-tatih.
Ibu          : “Santy, tolong belikan ibu obat ke apotik pak Mahfud nak. Ini resepnya. Obat ibu sudah habis” (Sambil memberikan sebuah resep pada Santy)
Santy      : Ah ibu ini nggak tau ya saya lagi sibuk. Bukan hanya belajar, tapi saya juga lagi online. Jadi nggak bisa ditinggal.
Ibu          : “Tolonglah ibu nak, ibu tak kuat untuk berjalan ke apotik.”
Santy      : (berdiri dan membentak ibunya) ibu selalu saja mengganggu aktivitas Santy, mulai pagi sampai malam masih saja tetap mengganggu.
               ( santy lantas mengambil resep yang ibu bawa lalu menyobeknya)
               “Sudahlah tak usah pake resep-resep segala. Cuma menghambur-hamburkan uang. Selalu saja ke apotiklah, berobatlah. Nanti juga sembuh sendiri. Mending duitnya buat saya, buat beli pulsa, jadi bisa online, bisa melihat perkembangan dunia, pengetahuannya jadi luas.
Ibu          : (dengan tidak berdaya, menitikkan air mata). Ya sudah kalau ibu menggangumu.
               (sambil terbatuk-batuk, ibu menangis tersedu-sedu).

Akhirnya ibu terpaksa berjalan menuju ke apotik yang jaraknya lumayan jauh.
Diperjalanan, batuknya menjadi semakin parah hingga mengeluarkan darah. Namun sang ibu tetap melanjutkan berjalan kaki. Hingga rasa pusing tak dapat ditepis lagi. Ibu pingsan di pinggir jalan.
Orang-orang berkerumunan dan memapah ibu membawanya ke puskesmas.
Setelah siuman, ibu diminta untuk tetap beristirahat.
Salah seorang tetangga yang mengatarkan ibu ke puskesmas segera mendatangi rumah ibu tersebut untuk mengabarkan kepada Santy.
Bu. Murni        : San, Santy, ibumu sekarang di puskesmas. Tadi ditemukan dijalanan ibumu tergelerak pingsan.
Santy               : (Kaget) Apa? Ah ibu bukannya selalu merepotkan Santy.
Bu. Murni        : “Santy, kamu tidak boleh seperti itu kepada ibumu. Dia selama ini berjuang melawan penyakitnya agar tetap bekerja itu semua hanya karena kamu. Karena ingin membahagiakanmu, mencukupi kebutuhan hidupmu.”
Santy               : “Ah bu. Murni tau apa tentang ibuku”.
Bu. Murni        : “Ibu tau banyak tentang ibumu San. Dari dulu sejak kamu kecil, ibumu memang sudah menderita penyakit paru-paru. Tapi ibu selalu saja hanya berobat di apotik karena jika harus ke rumah sakit dan berobat di sana, pasti butuh biaya banyak sedangkan kamu akan tumbuh menjadi dewasa sangat membutuhkan biaya untuk sekolah.”
Santy               : Jadi ibu sudah punya penyakit itu sejak dulu?

Selanjutnya Santy meminta diantarkan Bu. Murni untuk ke puskesmas.
Ketika sampai di puskesmas, dia bertanya kepada Dokter yang menangani ibunya.
Santy               : “Dok, saya Santy, dimana ibuku, bagaimana keadaanya”.
Bu. Murni        : “Iya dok, ini putri dari wanita yang saya antarkan tadi”.
Dokter             : “Ibu Anda ada di ruang Melati paling kanan.
                        (Diam sejenak) maafkan saya Nak, berdo’alah mudah-mudahan ada keajaiban untuk ibumu.”
Santy               : “Maksud dokter apa?”
Dokter             : “Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong ibu Anda, tapi sepertinya paru-paru ibu Anda sudah terlalu lama sakit dan dibiarkan saja tanpa mendapat perawatan secara cepat dari medis.
                        Sekali lagi maafkan pihak kami San”.
Santy               : (Berlari memasuki ruangan ibunya yang tengah di rawat)
                        “Ibu, ibu,”
Ibu                   : (Terkulai lemas tak bisa menjawab, bahkan nafasnya tersengkal-sengkal).
Santy               : “Ibu, bangun bu”
Ibu                   : (Dengan sekuat tenaga mencoba terbangun meski dibantu oleh berbagai peralatan medis).
                        “Maafkan ibu San, bila nanti ibu tidak bisa menemanimu lagi meraih cita-citamu” (dengan nada cukup rendah dan tersengkal-sengkal).
Santy               : Nggak bu, ibu nggak boleh seperti itu. Ibu harus menemani Santy selamanya. Ibu pasti sembuh. Ibu, maafkan Santy selama ini tidak peduli dengan penyakit ibu. Maafkan Santy bu. (sambil menangis tersedu-sedu).
Ibu                   : (dengan badan yang terkulai lemas, menutup mata untuk selama-lamanya)
Santy               : “ibu, ibu, ibu,” (mengkoyak-koyak badan ibunya)
                        “Dokter, dokter, tolongin ibu saya”
Dokter             : (memeriksa keadaan ibu Santy)
                        “Yang sabar ya San.” (Dokter tak kuasa mengatakan bahwa ibunya telah pergi untuk selama-lamanya.
Santy               : (menangis dengan haru biru, dan sangat merasa bersalah)

Mulai saat itu, Santy menyesali perbuatannya dan mencoba untuk berubah menjadi anak yang lebih baik dengan hidup mandiri.

Ø  Judul         : Penyesalan (oleh : Afriasinta)
Ø  Babak atau adegan :
Drama “Penyesalan” ini terdiri atas empat babak, yaitu yang pertama drama antara ibu dan Santy di dalam rumah, selanjutnya Bu. Murni dan Santy di dalam rumah, ketiga, berada di rumah sakit antara Santy, Mu. Murni dan Doker, dan keempat antara ibu, Santy di ruangan puskesmas.
Adegan pertama diperankan oleh ibu dan Santy, dilanjutkan Santy dan Bu. Murni, lalu adegan Dokter, Santy dan Bu Murni, dan terakhir adegan Santy, dan Ibunya dilanjutkan muncul sosok dokter.
Ø  Tema :
Anak yang durkaha pada ibunya akhirnya menyesal.
Ø  Tipe atau jenis drama :
Drama ini ditinjau dari segi pelaku, maka tergolong jenis drama remaja dengan bimbingan orang tua.
Ditinjau dari isinya, maka jenis drama ini adalah pendidikan moral karena mengajarakan untuk selalu hormat pada ibunya.
Sedangkan dari sifatnya, drama ini termasuk dari drama tragedi, karena menyiratkan rasa kesedihan di akhir adegan.
Ø  Amanat :
·        Jangan membentak orang tua terutama ibu,
·        Jangan membantah perintah orang tua, terutama ibu,
·        Tetap menghormati orang tua, terutama ibu,
·        Dan perhatian selalu kepada kondisi kesehatan sang ibu.
Ø  Penokohan atau Perwatakan :
Santy          : Keras kepala, tidak perhatian dengan ibunya terutama tentang kondisi ibunya, tidak menghormati ibunya, namun akhirnya sadar perbuatannya salah.
Ibu              : Penyabar, sayang kepada anaknya.
Bu. Murni   : tetangga yang baik hati, perhatian dengan tetangga yang membutuhkannya.
Dokter        : Bijaksana.
Ø  Plot            : Maju
Ø  Setting       : Di rumah dan di puskesmas.
Ø  Point Of View      :
Sudut pandang dialog atau percakapan tersebut adalah orang pertama.
Ø  Konflik      :
·        Antara ibu dan Santy saat di rumah,
·        Antara Santy dan bu. Murni saat memberitahu ibunya ada di puskesmas.

No comments:

Post a Comment