Showing posts with label Esai. Show all posts
Showing posts with label Esai. Show all posts

Friday, 28 October 2016

Cara Bijak agar Hemat Belanja Online

Kini toko-toko online makin menjamur di dunia maya. Mulai dari website hingga media sosial, semua dijadikan lapak berdagang. Ada yang sekadar iseng-iseng ikut jualan, ada yang ambisius, ada pula yang tipu-tipu. Ini yang perlu kita kenali, kita waspadai.

Sebenarnya, sah-sah saja orang berdagang dengan cara mereka masing-masing. Justru itu bisa menghasilkan uang tambahan. Sekarang, barulah kita yang melihat fenomena itu musti bijak.dalam menanggapi. Salah satunya saat tertarik dengan produk jualan mereka.

Kita tidak bisa menutup mata begitu saja bukan? Setiap kali membuka media sosial selalu saja ada iklan menawarkan dagangannya. Bukan tidak mungkin bahwa yang mereka tawarkan adalah produk yang sedang kita cari atau kita inginkan. Terlebih, bila yang berjualan adalah orang yang kita kenal. Kita rasanya ingin segera keep produk itu.

Tapi tunggu dulu. Coba pertimbangkan dulu beberapa hal berikut ini.
1. Seberapa penting produk itu untuk kita.
Terkadang kita hanya sekadar ingin saja, tanpa memikirkan apakah akan berguna atau hanya buang uang saja. Sebagai orang bijak, kita harus bisa memilih dan memilah mana yang dianggap penting dan mana yang tidak perlu.
2. Kenali Penjualnya
Jangan sampai kita tertipu dengan penjual bodong. Setelah transfer, penjualnya menghilang. Ini kan merugikan sekali. Kalaupun penjualnya kita kenali, lalu apakah benar dia punya background seorang penjual atau hanya ikut-ikutan saja. Bisa saja dia hanyalah reseller dari tangan yang kesekian sehingga harganya relatif lebih mahal
3. Cek Toko Onlinenya
Biasanya, toko online yang baik akan mempunyai website yang resmi dan menjual berbagai macam produk yang sejenis. Di sinilah letaknya kita bisa berhemat jika ingin belanja lainnya karena satu paketan dan otomatis biaya ongkos kirim lebih murah. Kalau toko onlinenya masih tidak jelas, lebih baik urungkan dulu niatnya.
4. Bandingkan Harga
Kadang kita lupa satu hal bahwa saat ini banyak sekali reseller yang mengambil keuntungan dengan selisih harga. Jika kita pengguna internet, apa salahnya kalau kita searching lagi penjual produk yang sama dengan toko yang berbeda akan memunculkan selisih harga yang berbeda pula.
5. Lihat Komentar Konsumen
Hal ini juga dianggap perlu agar menghindari tipuan menjual online abal-abal.
6. Cek Ongkos Kirim
Kadang kita lupa akan hal ini. Melihat harga yang dibandrol lumayan murah sehingga kita lupa diri kalau masih ada ongkos kirimnya. Kalau jauh lebih mahal lagi kan sama saja bohong. Lebih baik belanja di sekitar tempat tinggal kita yang sudah real barangnya.
Kalau memang perlu, kita bisa patungan dengan teman kita untuk membeli produk dari toko online yang sama sehingga akan irit di ongkir (ongkos kirim)

Itulah cara bijak agar hemat saat belanja online. Happy Shopping, semoga tidak tertipu dengan pedagang fiktif ya.

Kecanduan Media Sosial

Saat ini, kita berada pada era modernisasi. Semua serba ada dengan berbagai kecanggihan teknologi. Segala informasi menjadi sangat mudah kita dapatkan. Akses internet sepertinya sudah menjadi teman sehari-hari. Dikesempatan santai, hampir kebanyakan orang sibuk dengan memainkan gadget terbarunya dengan fitur-fitur yang super canggih. Kebanyakan orang juga jadi mulai narsis mengabadikan momen foto bersama keluarga, teman atau kolega kerja.
Inilah yang terjadi di dunia ini. Tak perlu mengamati dengan sesamapun kebanyakan akan setuju bahwa saat ini masyarakat lebih asik berlama-lama atau mengulur-ukur waktu demi menainkan gadget kesayangannya. Hari jadi terasa semakin cepat berlalu tanpa makna berarti. Lebih banyak menatap layar, mengotak-atik gambar hingga jadi postingan menarik, melihat-lihat status orang lain, dan mungkin ada sebagian yang bermain game online.

Hal di atas, tidak serta merta dengan mudahnya kita salahkan karena memang inilah kenyataan yang ada saat ini. Semua orang hampir kecanduan media sosial baik facebook, bbm, line, twitter, instagram, path, Whatshapp dan lain sebagainya. sah-sah saja kalau masih pada batas yang wajar.
Kecanduan media sosial jelas akan menghasilkan dua dampak, yaitu negatif dan positif. Jadi, kita bisa mempertimbangkan dampak mana yang paling dominan. Bila dominan positif, berarti kita masih bijak dalam penggunaan media sosial. Sedangkan dominan negatif, maka sepatutnya kita kurangi aktivitas bermain media sosial.
Lalu, dampak seperti apa yang dikatakan positif?

Pertama, terjalinnya kembali hubungan tali silaturahmi terhadap teman/sahabat/saudara/dll yang barangkali sudah jarang bertemu.

Kedua, dapat memperkaya wawasan.

Ketiga, dapat digunakan untuk membagi pengalaman hidup atau sekedar berbagi kebahagiaan via gambar atau video

Keempat, bisa digunakan untuk memperoleh teman, kolega kerja, pekerjaan atau bahkan bisa untuk menghasilkan uang.
Kemudian, bagaimana dengan dampak negatifnya?

Tentu dapat membuang-buang waktu berharga kita karena terlalu lama bermain media sosial.

Menjadi cuek dengan teman disekitar.

Menjadi malas belajar/bekerja atau bahkan malas mandi loh. Sebagai contoh di pagi hari. sudah dipastikan lebih dulu mengecek media sosialnya dibandingkan bergegas mandi dan menjalankan rutinitas. Seolah hidup kita sudah dikendalikan oleh ponsel pintar yang tau segalanya baik dari informasi terkini hingga hal yang dianggap tabu juga tersaji dengan gamblang.

Selanjutnya, pengeluaran bulanan juga makin bertambah karena untuk membeli kuota data.

Dan masih banyak lagi.

Tapi inilah gaya hidup saat ini yang sudah menjadi kebutuhan. Asal kita bijak dalam menggunakannya, tentu kecanduan akan mendatangkan faedah. Sementara kita salah dalam menggunakannya, yang ada hanyalah banyak mudharatnya.

Sunday, 23 October 2016

Menghadapi Tetangga yang Suka Mengumpat

Beberapa waktu yang lalu, saya sering sekali mendengar curhatan saudara tentang tetangga yang telah memfitnah dirinya. Hatiku tersenyum di dalam hati. Masih adakah orang demikian? Seperti kurang kerjaan saja mengulik pribadi dan kehidupan orang lain. Tapi, itulah ragam manusia yang diciptakan memang banyak macamnya dengan karakter yang saling berlainan pula.
Kita sebagai makhluk sosial memanglah sangat membutuhkan orang lain. Kita tidak bisa hidup sendiri. Itulah mengapa kita perlu bertetangga. Namun, adakalanya kita mampu mandiri sendiri tanpa campur tangan tetangga. Kita memang harus ramah pada tetangga tapi harus tetap jaga jarak. Semua ada batasan-batasan tertentu.
Tetangga mempunyai karakter yang berbeda-beda. Ada yang acuh dan ada pula yang tak acuh. Ada yang sombong ada yang ramah. Ada yang selalu ingin tahu, ada yang cuek melulu. Ada yang bisa menyimpan rahasia kita, ada yang justru mengumbarnya. Ada yang ingin selalu membantu, ada pula yang pura-pura tidak tahu. Ada yang tulus, ada pula yang pamrih.

Oleh sebab itu, perlu kiat khusus untuk menghadapinya.
Pertama, pahami karakter orangnya. Ini penting untuk kita belajar bersikap dihadapannya.

Kedua, tetap berusaha ramah. Dimanapun kita berpapasan, cobalah untuk tetap ramah. Bila kita pasang raut wajah sombong, sudah pasti kita akan jadi bahan pergunjingan.

Ketiga, jangan mudah percaya. Hal ini menjadikan kita untuk paham bahwa tak semua yang dikatakan adalah benar. Bisa jadi cerita itu sudah dibumbu-bumbui sedimikian rupa untuk menghasilkan sebuah bahan pergunjingan yang menarik.

Keempat, jangan suka curhat sembarang orang. Ada kalanya, kita menyimpan permasalahan untuk sementara waktu sebelum menemukan teman yang cocok untuk diajak curhat. Bisa jadi kalau kita salah curhat malah isi curahan hati kita diceritakan pada orang lain.

Kelima, rajin membantu. Ini juga diperlukan karena kita makhluk sosial tak bisa hidup sendiri. Kalau kita menyadari hal itu, maka kita harus rajin membantu tetangga yang membutuhkan bantuan kita (tentu dengan kemampuan kita, baik finansial maupun tenaga).

& Keenam adalah perpenampilan sewajarnya saja. Sebab bila kita perpenampilan yang aneh dan terlalu mencolok, barang tentu akan jadi bahan umpatan mereka.
Itulah keenam saran untuk menghadapi tetangga yang kadang suka ikut campur urusan kita. Semoga dapat membantu.

Memberikan Barang Bekas

saya selalu ingat pesan ibunda. jangan memberikan barang bekas kepada orang lain. Pamali. kalau mau memberi ya barang baru. kalau belum mampu ya jangan belaga udah mampu. wew,,

kenyataannya saat aku sudah dewasa, itulah yang melekat dalam pikiranku. jadi suka heran sama orang ya suka pinjam barang orang, dll. saya ambil contoh misalnya baju. terkadang orang kok mau ya memakai baju orang lain semisal teman. padahal belum tentu baju itu bersih dari penyakit.siapa tau si empunya baju punya penyakit kulit.hiiii... jadi kejauhan mikirnya. tapi ada juga lho orang yang malah jadi hobi, mendarah daging dan menjadi sifat suka pinjam.
kembali lagi pada topik bahasan. ya yang berhubungan dengan barang bekas misal baju tadi. kata ibundaku yang mendapat pesan dari simboknya. baju adalah harga diri. jadi mau sejelek apapun dan semurah apapun ya itulah jati diri kita. jangan kasihkan ke orang lain. sama halnya dengan barang milik kita lainnya.

timbul lagi sebuah permasalahan. bagaimana kalau barang itu sudah tak terpakai tapi masih bagus.,(jual aja di toko online xxx). eittt,,, jawab si nenek kan masih bisa disimpan. boro-boro dijual. dikasihkan aja nggak boleh!

kalau masih sekandung seayah seibu masih boleh. jadi simpen barang tak terpakai buat adek. contoh mainan, buku pelajaran, pakaian, dll. jangan diberikan yang tidak ada hubungan darah dengan kita yaa,,,. kalau mampu, belikan yang baru saja.

Saturday, 22 October 2016

Orang Pintar VS Orang Bodoh

Ada sebagian orang beranggapan begini: orang pintar lebih mudah mendapatkan pekerjaan dibandingkan orang bodoh. Orang pintar lebih mudah diterima dalam hal pekerjaan daripada orang bodoh. Akhirnya, orang pintar menjadi karyawan. Sementara orang bodoh, memutar otak untuk membuat lapangan pekerjaan sendiri. Lambat laun, usaha dari orang bodoh tersebut menjadi maju dan butuh tenaga lain dalam hal ini karyawan. Kesimpulannya, orang bodohlah yang justru mempekerjaan orang pintar. Orang bodoh bisa jadi bos sementara orang pintar hanya sebagai karyawan.
Anggapan ini menurutku sungguh miris. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ada hal yang perlu dikaji ulang.
Aku bukan orang yang menyetujui stigma tersebut tetapi juga bukan orang yang tidak menyetujuinya. Aku hanya ingin sedikit merubah pandangan masyarakat dengan kalimat yang lebih halus agar stigma itu tidak lagi menjadi hal yang dianggap berlebihan atau fenomenal.
Menurutku, tidak ada orang pintar dan orang bodoh. Pintar apa indikatornya? Bodoh apa alasannya? Kata siapa kamu pintar? Siapa yang bilang kamu bodoh?
Berlebihan sekali dengan kata pintar hingga menyombongkan diri. Keterlaluan pula dengan kata bodoh atas ketidaktahuannya akan beberapa hal.
Orang pintar dan orang bodoh adalah output. Itu hanya sebuah akibat dari perbuatan yang berkepanjangan. Tak selamanya orang pintar terus menjadi pintar dan tak seterusnya bodoh menjadi bodoh. Orang pintar adakalanya menjadi bodoh dan begitu sebaliknya, orang bodoh bisa menjadi pintar dalam hal tertentu.
Inputnya adalah rajin dan malas. Pengganti kata orang pintar dan bodoh adalah orang yang rajin dan malas.
Orang pintar bisa saja menjadi pemalas dan orang bodoh bisa menjadi orang yang rajin. Hasilnya, orang pintar menjadi lupa akan kebisaannya sementara orang bodoh bisa menjadi pintar karena ketekunan dan keuletannya.
Kita ambil contoh ketika sekolah. Orang yang rajin belajar maka akan menjadi pintar. Orang yang malas belajar akan menjadi bodoh.
Orang rajin menjadi pintar memperoleh nilai yang tinggi. Orang malas nilainya rendah. Orang yang memiliki nilai tinggi lebih mudah mendapatkan pekerjaan daripada yang nilainya rendah.
Orang yang malas tadi akhirnya sadar bahwa sifatnya itu membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan. Kemudian, dia memperbaiki diri menjadi pribadi yang rajin sehingga dapat meraih harapannya.
Dari ulasan ini, mari kita cocokkan dengan stigma di awal bahasan?
apakah orang yang jadi bos itu orang bodoh? apakah karyawan tersebut orang pintar?
Karyawan itu adalah orang yang rajin di sekolah atau perkuliahan hingga memudahkannya mendapat pekerjaan. Sementara bos adalah orang rajin pula yang sempat hilaf menjadi pemalas di masa lalunya yang kini merubah diri menjadi tekun dan ulet karena pernah kesusahan mendapat pekerjaan akibat sifat buruk yang pernah ada.
Sekali lagi ditegaskan tidak ada orang pintar dan bodoh. Tetapi, orang rajin dan pemalas. Tergantung anda ingin menjadi pribadi yang bagaimana. Pilihannya hanya dua. akibatnya juga ada dua.