Saturday, 22 October 2016

Orang Pintar VS Orang Bodoh

Ada sebagian orang beranggapan begini: orang pintar lebih mudah mendapatkan pekerjaan dibandingkan orang bodoh. Orang pintar lebih mudah diterima dalam hal pekerjaan daripada orang bodoh. Akhirnya, orang pintar menjadi karyawan. Sementara orang bodoh, memutar otak untuk membuat lapangan pekerjaan sendiri. Lambat laun, usaha dari orang bodoh tersebut menjadi maju dan butuh tenaga lain dalam hal ini karyawan. Kesimpulannya, orang bodohlah yang justru mempekerjaan orang pintar. Orang bodoh bisa jadi bos sementara orang pintar hanya sebagai karyawan.
Anggapan ini menurutku sungguh miris. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Ada hal yang perlu dikaji ulang.
Aku bukan orang yang menyetujui stigma tersebut tetapi juga bukan orang yang tidak menyetujuinya. Aku hanya ingin sedikit merubah pandangan masyarakat dengan kalimat yang lebih halus agar stigma itu tidak lagi menjadi hal yang dianggap berlebihan atau fenomenal.
Menurutku, tidak ada orang pintar dan orang bodoh. Pintar apa indikatornya? Bodoh apa alasannya? Kata siapa kamu pintar? Siapa yang bilang kamu bodoh?
Berlebihan sekali dengan kata pintar hingga menyombongkan diri. Keterlaluan pula dengan kata bodoh atas ketidaktahuannya akan beberapa hal.
Orang pintar dan orang bodoh adalah output. Itu hanya sebuah akibat dari perbuatan yang berkepanjangan. Tak selamanya orang pintar terus menjadi pintar dan tak seterusnya bodoh menjadi bodoh. Orang pintar adakalanya menjadi bodoh dan begitu sebaliknya, orang bodoh bisa menjadi pintar dalam hal tertentu.
Inputnya adalah rajin dan malas. Pengganti kata orang pintar dan bodoh adalah orang yang rajin dan malas.
Orang pintar bisa saja menjadi pemalas dan orang bodoh bisa menjadi orang yang rajin. Hasilnya, orang pintar menjadi lupa akan kebisaannya sementara orang bodoh bisa menjadi pintar karena ketekunan dan keuletannya.
Kita ambil contoh ketika sekolah. Orang yang rajin belajar maka akan menjadi pintar. Orang yang malas belajar akan menjadi bodoh.
Orang rajin menjadi pintar memperoleh nilai yang tinggi. Orang malas nilainya rendah. Orang yang memiliki nilai tinggi lebih mudah mendapatkan pekerjaan daripada yang nilainya rendah.
Orang yang malas tadi akhirnya sadar bahwa sifatnya itu membuatnya sulit mendapatkan pekerjaan. Kemudian, dia memperbaiki diri menjadi pribadi yang rajin sehingga dapat meraih harapannya.
Dari ulasan ini, mari kita cocokkan dengan stigma di awal bahasan?
apakah orang yang jadi bos itu orang bodoh? apakah karyawan tersebut orang pintar?
Karyawan itu adalah orang yang rajin di sekolah atau perkuliahan hingga memudahkannya mendapat pekerjaan. Sementara bos adalah orang rajin pula yang sempat hilaf menjadi pemalas di masa lalunya yang kini merubah diri menjadi tekun dan ulet karena pernah kesusahan mendapat pekerjaan akibat sifat buruk yang pernah ada.
Sekali lagi ditegaskan tidak ada orang pintar dan bodoh. Tetapi, orang rajin dan pemalas. Tergantung anda ingin menjadi pribadi yang bagaimana. Pilihannya hanya dua. akibatnya juga ada dua.

No comments:

Post a Comment