BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Menyimak merupakan aspek kebahasaan yang sangat penting
untuk dikembangkan. keterampilan menyimak
Pada dasarnya adalah kegiatan
mendengarkan dengan penuh perhatian dan pemahaman untuk memperoleh
informasi yang disampaikan secara lisan. Menyimak merupakan salah satu bentuk
kegiatan yang fugsional. Fungsionalnya kegiatan menyimak ini karena mempunyai
peranan yang sangat pentig dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari baik di kelas maupun di luar
kelas siswa lebih banyak mendapatkan keterampilan menyimak di bandingkan
kegiatan kebahasaan lainnya.
Setiap manusia
memiliki keterampilan menyimak, akan tetapi tidak semua memiliki
keterampilan menyimak yang baik. Pada dasarnya setiap siswa dituntut untuk
memiliki keterampilan menyimak yang baik karena keterampilan menyimak yang baik
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajaranya. Memiliki keterampilan
menyimak yang baik sangat berfmanfaat untuk setiap siswa. Pada umumnya segala
informasi yang bersifat ilmu atau ide
dapat diterima siswa melalui proses menyimak. Dengan demikian siswa
harus dilatih dan diberi tugas-tugas yang bersangkutan dengan menyimak.
Siswa yang
sudah terlatih dengan baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak,
disertai kondisi fisik dan mental yang prima, hanya dapat menangkap isi simakan
maksimal 50 % (Tarigan, 1986: 4.19). Padahal diharapkan siswa memiliki
bekal dalam menyerap ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, di samping kemampuan
berbicara, membaca dan menulis, kemampuan menyimak pun sangat penting dimiliki
dalam upaya menyerap informasi (Chamdiah
dkk, 1987:5).
Kemampuan menyimak yang dimiliki siswa saat ini masih
tergolong rendah karena pembelajaran menyimak kurang mendapatkan perhatian
penuh dari guru, selain itu guru juga tidak menguji keterampilan menyimak
siswa. Bahkan pada kasus ini kegiatan menyimak tidak pernah diterapkan.
Sehingga siswa tidak mengerti menyimak itu harusnya bagaimana dan manfaat dari
menyimak itu sendiri untuk apa. . Dalam kenyataan yang terjadi di
kelas, guru menghadapi siswa yang sulit memahami materi pelajaran yang sudah
dijelaskan.
Salah satu faktor yang diindikasikan
menjadi penyebabnya adalah sebagian siswa didik masih mengalami kesulitan dalam
menyimak. Dampak dari masalah tersebut membuat kegiatan belajar mengajar
terhambat.
Masalah keterampilan mnyimak yang
ada hendaknya diminimalisir dengan latihan menyimak yang baik. Pembelajaran untuk keterampilan
menyimak seharusnya mendapat perhatian yang sama dengan keterampilan berbahsa
lainnya dan harus dilaksanakan secara terpadu. Untuk
memotivasi siswa dalam menyimak hendaknya menggunakan bahan simakan yang yang
membuat belajar siswa menjadi menyenangkan, seperti menyimak sebuah cerpen.
Di dalam kurikulum Bahasa Indonesia
yang berlaku ada meteri khusus tentang pengajaran mendengar. Dengan demikian
mendengar perlu diujikan karena mendengar merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang menuntut siswa
dapat menangkap bunyi/ pernyataan tertentu dari orang lain pendengarannya sendiri. Oleh karena itu
pengukurannya pun harus didasarkan pada tingkat dan kedalaman pembelajaran serta tujuan pengajarannya.
Berdasarkan latar
belakang masalah yang dikemukakan , maka penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul kemampuan menyimak cerpen siswa
MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013.
1.2
Identifikasi
Masalah
Berdasarakan
latar belakang diatas dapat diidentifikasi Masalah Sebagai Berikut :
1.
Kemampuan menyimak cerpen siswa MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji
Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013
yang perlu ditingkatkan.
2.
Pengetahuan tentang
menyimak cerpen Siswa MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu Kelas Viii Tahun
Pelajaran 2012/2013 Masih Kurang.
3.
Minat terhadap kegiatan menyimak cerpen siswa MTs
Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013 yang
masih kurang.
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi
masalah di atas ditetapkan satu butir permasalahan , yaitu kemampuan menyimak cerpen c siswa MTs
Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013 perlu ditingkatkan.
1.4
Perumusan
Masalah
1.
Bagaimana tingkat kemampuan menyimak cerpen siswa kelas VIII MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu?
2.
Faktor-faktor apakah
yang menjadi penghambat dalam menyimak cerpen siswa MTs Al-Hikamus Salafiyah
Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013?
1.5
Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
1.5.1
Tujuan
Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui
dan mendeskripsikan :
1. Kemampuan
menyimak cerpen siswa kelas VIII MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu.
2. Alternatif pemecahan
permasalah tingkat kemampuan menyimak cerpen MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH
Muji Rahayu.
1.5.2
Kegunaan
Penelitian
Penelitian
ini dimaksudkan untuk :
1. Masukan
bagi siswa kelas VIII MTs Al-Hikamus Salafiyah tahun pelajaran 2012/2013 dalam aspek menyimak khususnya menyimak
cerpen dapat melakukan perbaikan dalam belajar, sehingga kemampuan dalam aspek
ini meningkat.
2. Memberi
informasi bagi guru khususnya guru
bidang studi bahasa Indonesia dalam meningkatan kemampuan dan keterampilan
menyimak cerpen seerta mengetahui apakah yang sudah diajarkan sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa.
3. Sebagai
informasi pada pihak pimpinan sekolah di MTs Al-Hikamus Salafiah Muji Rahayu
terhadap kemampuan menyimak cerpen dan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana pembelajaran
selanjutnya.
1.6
Ruang
Lingkup
1.6.1
Objek
Penelitian
Objek
penelitian ini adalah kemampuan menyimak cerpen kelas VIII MTs AL-HIKAMUS
SALAFIYAH Muji Rahayu tahun pelajaran 2012/2013.
1.6.2
Subjek
Penelitian
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu
tahun pelajaran 2012/2013.
1.6.3
Tempat
Penelitian
Tempat penelitian ini
adalah MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu.
1.6.4 Waktu
Penelitian
Waktu penelitian pada semester genap
tahun 2012/2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Menyimak
Menurut
Tarigan (1993: 20) mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut:Menyimak
adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh
perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh
informasi, menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si
pembicara melalui ucapan atau bahasa lisan.
Selain itu
Andreson, 1972:68 juga membatasi menyimak sebagai proses besar mendengarkan,
mengenal serta menginterprestasikan lambang-lambang lisan. Dengan demikian
menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta
apresiasi (russel & russell 1954:69).
Berdasarkan
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses mendengarkan
dengan penuh perhatian dan pemahaman informasi lisan yang disampaikan.
2.2 Taha-tahap Menyimak
Dari pengamatan terhadap kegiatan
menyimak Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak,
kesembilan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Menyimak
berkala, yang terjadi saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam
pembicaraan mengenai dirinya.
2. Menyimak
dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya
selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.
3. Setengah
menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk
mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang
anak.
4. Menyimak
serapan karena sang anak keasyikan menyerap hal-hal yang kurang penting, hal
ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.
5. Menyimak
sekali-sekali, menyimpan sebentar apa yang disimak, perhatian secara seksama
diganti dengan kesyikan yang lain, dan hanya memperhatikan kata-kata pembicara
yang menarik hatinya saja.
6. Menyimak
asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang
mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberi reaksi terhadap pesan yang disampaikan pembicara.
7. Menyimak
dengan reaksi berkala terhadapa pembicara dengan membuat komentar ataupun
mengajukan pertanyaan.
8. Menyimak
secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikutu jalan pikiran sang pembicara.
9. Menyimak
secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan
sang pembicara.
2.3 Ragam Menyimak
1. Menyimak
ekstensif (extensive listening)
Menyimak
ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal
lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah
bimbingan langsung seorang guru.
Pada umunya,
sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat
guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan
sebagainya.
a. Menyimak sosial (social listening)
Menyimak
sosial atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun
menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam
situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik
perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat
respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan
memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan
oleh seorang rekan.
b. Menyimak sekunder (secondary
listening)
Menyimak
sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif
(casual listening dan extensive listening) misalnya, menyimak
pada musik yang mengiringi tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup
sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau menikmati musik sementara
ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis,
pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan
tangan.
c. Menyimak estetik (aesthetic
listening)
Menyimak
estetik yang juga disebut menyimak apresiatif (apreciational listening)
adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk ke
dalam menyimak ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi,
membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau
rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan
lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.
d. Menyimak pasif (passive
listening)
Menyimak
pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai
upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal
luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak
pasif adalah penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal
ini dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah bahasa tersebut
beberapa lama dan memberikan kesempatan yang cukup bagi otak mereka menyimak
bahasa itu.
2. Menyimak intensif (intensive
listening)
Menyimak
intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi,
dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu
pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari
program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas
bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh
para murid.
a.
Menyimak kritis (critical listening)
Menyimak
kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat
kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta
ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar
mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.
b. Menyimak konsentratif (consentrative
listening)
Menyimak
konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang
merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif
antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak
urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat.
c. Menyimak kreatif (Creative listening)
Menyimak
kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau
rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi,
visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang
disarankan oleh apa-apa didengarnya.
d. Menyimak introgatif (introgative
litening)
Menyimak
introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena sipenyimak
harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini
si penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan
informasi atau mengenai jalur khusus.
e. Menyimak esplorasif (exploratory listening)
Menyimak
penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih
singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan
perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi
tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
f. Menyimak selektif (selective
listening)
Menyimak
selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak
pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh
karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif,
tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik tersebut.
Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat
bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan .
2.4.
Tujuan Menyimak
Tujuan umum
menyimak adalah memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna
komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran.
Selain itu tujuan menyimak sesuatu itu
beraneka ragam , antara lain :
a. Menyimak
untuk belajar.
b. Menyimak
untuk menikmati.
c. Menyimak
untuk mengevaluasi.
d. Menyimak
untuk mengapresiasi.
e. Menyimak
untuk mengkomunikasikan ide-ide.
f. Menyimak
untuk membedakan bunyi-bunyi.
g. Menyimak
untuk memecahkan masalah.
h. Menyimak
untuk menyakinkan.
2.5 Proses
Menyimak
Menyimak adalah
suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun terdapat
tahap-tahap, antara lain:
1. Tahap
mendengar.
2. Tahap
memahami
3. Tahap
menginterpretasi
4. Tahap
mengevaluasi
5. Tahap
menaggapi.
2.6 Faktor-faktor yang Memengaruhi
Menyimak
Menurut
Tarigan (1993: 48) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan
kemampuan menyimak antara lain: “(1) faktor keterbatasan sarana, (2) faktor
kebahasaan, (3) faktor biologis, (4) faktor lingkungan, (5) faktor guru, (6)
faktor metodologi, (7) faktor kurikulum, dan (8) faktor-faktor tambahan.”
1. Keterbatasan
Sarana
Keterbatasan sarana yang dimaksudkan di sini
adalah belum tersedianya buku-buku dan alat-alat lainnya yang memadai, kondisi
ruangan belajar yang belum kondusif turut pula mempengaruhi pengajaran menyimak
dan jumlah murid yang terlalu banyak di kelas serta masih kurangnya sekolah
yang memiliki laboratorium bahasa.
2. Kebahasaan
Kendala utama di dalam pengajaran
menyimak adalah faktor yang bersifat kebahasaan yaitu mulai dari mengenal bunyi
di tingkat fonologis, kata, kalimat, dan ujaran wacana sampai kepada menangkap,
menyimpan isi ujaran serta kemampuan menyimpan hasil simakan. Di samping
faktor-faktor ini masih ada faktor lain misalnya tanda baca serta tanda-tanda
suprasegmental antara lain; tekanan, aksen, jeda, dan intonasi yang juga
merupakan masalah bagi murid, terutama di dalam mempelajari bahasa asing.
3. Biologis
Murid yang pendengarannya kurang
baik, karena mungkin ada organ-organ pendengarannya tidak berfungsi dengan
baik, sudah pasti akan mengalami kesulitan dalam menyimak.
Dengan
demikian dalam pengelolaan kelas seorang guru harus jeli memerhatikan keadaan
muridnya. Murid yang kurang tajam pendengarannya, sebaiknya didudukkan di
bangku paling depan atau murid yang kurang baik pendengarannya di sebelah kiri
jangan di tempatkan paling kanan ruangan kelas, demikian pula sebaliknya.
4. Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud di sini adalah di
mana sekolah itu berada. Kalau lingkungan sekolah atau kelas itu penuh dengan
suara kegaduhan, kebisingan, kehiruh-pikukan bunyi kendaraan lalu lintas di
sekelilingnya, maka sudah pasti hasilnya tidak akan sebaik apabila pengajaran
menyimak itu dilaksanakan di dalam suasana kondusif atau lingkungan yang
tenang.
5.
Guru
Guru yang penampilannya simpatik, terampil
menyajikan materi pengajaran dan menguasai bahan pengajaran akan lebih berhasil
di dalam mengajar menyimak daripada guru yang mempunyai sifat-sifat yang
berlawanan dari sifat-sifat yang dikemukakan di atas. Jelasnya kemampuan
professional berupa penguasaan bidang pengajaran yang disajikan, kemampuan
personal berupa sikap mental atau akhlak pribadi yang terpuji, misalnya suka
membantu murid, membimbing murid, memuji keberhasilan murid, menghargai hasil
karya murid, bersifat bersahabat dengan murid serta mempunyai kemampuan sosial
berupa pendekatan secara kemasyarakatan baik kepada murid-murid, maupun
terhadap guru-guru lain dan juga orangtua murid. Kesemuanya ini akan turut
menentukan keberhasilan pengajaran menyimak khususnya dan pengajaran-pengajaran
lainnya di sekolah.
6. Metodologi yang Digunakan
Guru yang kurang
menguasai sesuatu metode yang digunakannya pasti kurang berhasil di dalam
mengajar, demikian pula guru yang hanya mengetahui dan menggunakan hanya satu
metode, sudah barang tentu hasilnya akan kurang dibandingkan dengan guru yang
menguasai dan menggunakan banyak metode mengajar menyimak yang lebih baik.
7
Kurikulum
Kurikulum yang disusun dengan
baik dan jelas, akan sangat membantu guru-guru dalam mengajar menyimak. Materi
menyimak di dalam kurikulum yang tidak terlalu padat atau berbelit-belit dan diorganisasikan
dengan baik akan memudahkan guru mengajar menyimak. Begitu pula tingkat
kesulitan bahan pengajaran menyimak dalam kurikulum hendaknya disesuaikan
dengan perkembangan murid, baik perkembangan kebahasaan maupun perkembangan
kematangan psikologis. Bahan pengajaran yang terlalu sukar dapat memprustasikan
murid dan sebaliknya bahan pengajaran yang terlalu mudah dapat membosankan
murid. Tingkat kesukaran materi penyajian sebaiknya berada pada tingkat yang
biasa, disebut teacheable (tingkat dapat diajarkan), artinya tingkat kesukaran
dan kemudahannya sesuai dengan perkembangan kebahasaan dan psikologis murid.
Dengan demikian pengajaran
menyimak akan berhasil dengan baik.
8
Faktor-faktor tambahan
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi variabel-variabel yang dapat berpengaruh terhadap pemahaman dari
hasil pendengaran (listening comprehension). faktor-faktor tersebut
(Sutari, 1998: 68) adalah sebagai berikut:
a.
Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara
ilmiah;
b.
Tak banyak mengenal validitas dan reliabilitas tes mendengar yang diterapkan
dalam penelitian;
c. Karena sebagian besar penelitian belum terkoordinir dengan baik.
2.7 Kemampuan menyimak
Kemampuan
menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap, memahami, dan menanggapi pesan
bahasa lisan(Nurgiantoro, 2012: 355). Dengan demikian kemampuan menyimak adalah
kemampuan menangkap bunyi-bunyi dari pembicaraan disertai dengan pemahaman.
2.8 Pengertian Cerpen
Cerita Menurut
Nugroho Notosusanto dalam tarigan
(2011:180) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita yang panjangnya
sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto sepasi rangkap yang terpusat
dan lengkap pada dirinya sendiri.
Menurut kosasih
(2012:34) cerita pendek merupakan cerita yang wujud fisiknya berbentuk pendek,
jumlah katanya sekitar 500-5000 kata dan cerita yang habis dibaca sekitar
sepuluh menit atau setengah jam.
Cerita pendek adalah salah satu cerita rekaan atau fiksi yang sudah tua
usianya (Purba, 2010: 49)
Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa
cerpen adalah cerita tentang kehidupan seseorang yang disampikan dalam bentuk
yang terbatas atau pendek.
2.9 Unsur-unsur Cerpen
Menurut
kosasih (2012: 34- 41) cerpen dibangun oleh unsur-unsur berikut:
1. Alur
Alur
merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.
2. Penokohan
Penokohan
merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh
dalam cerita.
3. Latar
Latar
atau setting merupakan tempat dan waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita.
4. Tema
Tema
adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerpen menyangkut
segala persoalan, baik berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang,
kecemburuan dan sebagainya
5. Amanat
Amanat
merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang
kepada pembaca melalui karyanya.
2.10 Ciri-ciri Cerpen
Ciri-ciri
khas sebuah cerita pendek adalah sebagai berikut:
a. Singkat,
padu dan intensif.
b. Adegan,
tokoh dan gerak.
c. Bahasanya
tajam, sugestif dan menarik perhatian.
d. Cerpen
harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai
kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
e. Cerpen
harus menimbulkan suatu efek dalam
pikiran pembaca.
f. Cerpen
harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama
menarik perasaan, dan baru kemudian menarik pikitran.
g. Cerpen
mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang terpilih dengan sengaja, dan
yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaaan dalam pikiran pembaca.
h. Dalam
sebuah cerpen sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
i.
Mempunyai pelaku utama.
j.
Mempunyai efek atau
kesan yang menarik.
k. Bergantung
pada situasi.
l.
Memberi impresi
tunggal.
m. Memberi
suatu kebulatan efek.
n. Menyajiakan
satu emosi
o. Jumlah
katanya dibawah 10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata atau kira-kira
33 halaman kuarto sepasi rangkap.
2.11
Kemampuan
Menyimak Cerpen
Keterampilan mendengar/ menyimak dalam
berbahasa Indinesia dapat diukur melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan di
kelas. Misalnya seperti kegiatan mendengarkan : pesan/ pesan berantai,
penjelasan, pembicaraan, diskusi, nyanyian/lagu, deklamasi, pengumuman,
permintaan, petunjuk, cerita/dongeng, pendapat, percakapan, pidati/ceramah,
laporan, radio/tv/kaset (Safari, 2002:61).
Dengan demikian peneliti menggunakan cerita pendek untuk digunakan dalam
penelitian menyimak.
Kemampuan menyimak
cerpen adalah kemampuan menangkap, memahami, dan menanggapi cerita tentang kehidupan seseorang
yang disampikan dalam bentuk yang terbatas atau pendek.
Dalam hal ini penulis akan menilai kemampuan menyimak cerpen berdasarkan alur, latar, penokohan, tema, dan amanat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metode Penelitian
Medote penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif, karena untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan menyimak cerpensiswa kelas VIII MTs Al-Hikamus
Salafiah .
3.2
Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini hanya satu variabel yakni “
Kemampuan menyimak cerpen siswa kelas VIII semester genap MTs Al-Hikamus
Salafiyah Muji Rahayu tahun pelajaran 2012/2013.
3.2.1
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional penelitian ini yaitu kemampuan menyimak cerpen. Yang di maksud kemampuan
menyimak cerpen dalam penelitian ini adalah
kesanggupan atau kemampuan siswa VIII
semester genap MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu dalam menyimak cerpen. Hal ini ditandai dengan indikator
sebagai berikut: alur, latar, penokohan, tema dan amanat. Berdasarkan indikator
tersebut, pengujiannya menggunakan tes esai yang diwujudkan dalam bentuk skor.
3.2.2
Pengukuran Variabel
pengukuran kemampuan menyimak siswa kelas VIII MTs Al-Hikamus
Salafiyah tahun pelajaran 2012/2013 dilakukan dengan cara memberikan tes kepada
siswa.
Tes yang
diberikan berbentuk tes esai. Siswa
menyimak sebuah cerpen dengan memperhatikan indikator alur, latar, penokohan, tema dan
amanat. Setelah menyimak siswa diberi tes esai sesuai dengan indikator
tersebut.
3.3 Populasi,
Sampel dan Teknik Sampling
3.3.1
Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII
MTs-Al Hikamus Salafiyah Muji Rahayu tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri
dari dua kelas seperti yang tertera di bawah ini:
Tabel 1
Siswa Kelas VIII MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu
Tahun Pelajaran 2012/2013
No
|
Kelas
|
Putra
|
Putri
|
Jumlah
|
1
|
VIII A
VIII B
|
9
11
|
14
9
|
23
20
|
2
|
||||
Jumlah
|
43
|
|||
Sumber : Data Sekolah
3.2.2
Sampel
Cara menentukan besar sampel dalam penelitian ini, penulis mengacu pada pendapat Arikunto
(2006:134) menyatakan bahwa jika populasi kurang dari 100 lebih baik
diambil semua, apabila subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau
20-25% atau lebih. Mengacu pada pendapat di atas, maka sampel dalam penelitian
ini adalah seluruh populasi atau total sampling yang berjumlah 43 siswa.
3.2.3
Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling,
karena populasi kurang dari 100 siswa. Dengan demikian dalam penelitian
ini sebanyak 43 siswa.
3.4
Teknik Pengumpulan Data
teknik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penugasan. Teknik ini
digunakan untuk memperoleh data variabel kemampuan siswa dalam menyimak cerpen dan digunakan
beberapa teknik pelengkap sebagai teknik penunjang.
3.4.1
Teknik Pokok
Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
teknik tes penugasan yang terdiri dari
lima soal yang berkenaan dengan menyimak
cerpen, meliputi alur, latar, penokohan, tema, dan amanat.
3.4.2
Teknik Pelengkap
Tujuan teknik ini adalah untuk melengkapi data yang tidak dapat diungkapkan pada teknik pokok.
Teknik yang digunakan sebagai berikut :
3.4.2.1
Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan belajar
mengajar di kelas VII semester genap MTs Al-Hikamus Salafiah tahun pelajaran
2012/2013.
3.4.2.2 Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan digunakan untuk mengkaji teori-teori
yang mendukukng penelitian, agar mencapai tujuan yang diharapkan.
3.4.2.3 Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
seperti jumlah siswa, guru, pimpinan sekolah, serta data tentang
sarana dan prasarana sekolah.
3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dan diberikan dalam penelitian ini adalah soal esai. Soal
esai tersebut terdiri dari indikator : penokohan, tema, amanat, sudut pandang,
alur, latar, dan gaya bahasa.
Instrumen penelitian ini dikerjakan oleh siswa kelas VII
semester genap MTs Al-Hikamus Salafiyah dalam waktu 45 menit. Dengan instrumen
penelitian ini akan diketahui kemampuan menyimak cerpen.
Instrumen Tes
Kemampuan menyimak cerpen “”
Kelas VII Semester
Genap MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu Tahun Pelajaran 2012/2013.
Waktu : 45 menit
Petunjuk:
1.
Tulislah nama, kelas, dan mata pelajaran pada sudut kanan
atas lembar jawaban!
2.
Simaklah
cerpen “”!
3.
Jawablah
pertanyaan dengan benar!
1. bagaimanakah jalan cerita (alur) dari cerpen yang telah
diperdengarkan?
2.dimanakah dan kapankah cerita tersebut terjadi ?
3. bagaimanakah sifat (penokohan) dari para tokoh yang ada
dalam cerpen tersebut ?
4.apakah tema dari cerita tersebut ?
5. apakah pesan yang terkandung dalam cerpen tersebut?
3.6
Teknik Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Lembar kerja siswa dikumpulkan,
kemudian dikoreksi berdasarkan indikator yang telah ditentukan.
2. Indikator penilaian sebagai berikut
:
Tabel 2
Indikator
Penilaian
Indikator
|
Skor
|
Deskripsi
|
1. Tema
|
20
sangat tepat
15 tepat
10 cukup tepat
5
kurang tepat
|
Baik
sekali
Baik
Cukup
Kurang
|
2. Alur
|
20
sangat tepat
15 tepat
10 cukup tepat
5
kurang tepat
|
Baik
sekali
Baik
Cukup
Kurang
|
3. Latar
|
20
sangat tepat
15 tepat
10 cukup tepat
5
kurang tepat
|
Baik
sekali
Baik
Cukup
Kurang
|
4. Penokohan
|
20
sangat tepat
15 tepat
10 cukup tepat
5
kurang tepat
|
Baik
sekali
Baik
Cukup
Kurang
|
5. Amanat
|
20
sangat tepat
15 tepat
10 cukup tepat
5
kurang tepat
|
Baik
sekali
Baik
Cukup
Kurang
|
Sumber
: Nurgiantoro, 2012 : 253
3. setelah dikoreksi berdasarkan
indikator penilaian, maka skor yang diperoleh setiap indikator dijumlah.
4. Kemudian nilainya dibagi dengan
jumlah skor maksimal yang ditentukan, kemudian dikalikan 100% dengan rumus :
5. Dari hasil perhitungan data tingkat
kemampuan siswa tersebut, kemudian dicocokkan kedalam nilai pada tabel.
Tabel 3
Tolok ukur penilaian
Angka 100
|
Huruf
|
Keterangan
|
80 – 100
|
A
|
Baik sekali
|
66 – 79
|
B
|
Baik
|
56 – 65
|
C
|
Cukup
|
40 – 55
|
D
|
Kurang
|
30 – 39
|
E
|
Sangat kurang
|
Sumber : Arikunto, 2002: 251
DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersasatra.
Bandung: Yrama Widya.
Tarigan, H.G. 2011. Prinsip-prinsip dasar sastra. Bandung:
Angkasa.
Purba, A. 2010. Sastra
Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Safari. 2002. Pengujian
Dan Penilaian Bahasa Dan Sastra Indonesia. Jakarta: Cv. Roda Pengetahuan.
Suharsimi Arikunto.2002.
Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.
Yoyakarta: Bumi Aksara.
Nurgiantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE
No comments:
Post a Comment