Wednesday, 17 April 2019

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI BAHASA INDONESIA kemampuan menyimak cerpen c siswa MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013 OLEH MITA FRAKUSA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Menyimak merupakan aspek kebahasaan yang sangat penting untuk dikembangkan. keterampilan menyimak  Pada dasarnya adalah kegiatan  mendengarkan dengan penuh perhatian dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan secara lisan. Menyimak merupakan salah satu bentuk kegiatan yang fugsional. Fungsionalnya kegiatan menyimak ini karena mempunyai peranan yang sangat pentig  dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari baik di kelas maupun di luar kelas siswa lebih banyak mendapatkan keterampilan menyimak di bandingkan kegiatan kebahasaan lainnya.
Setiap manusia  memiliki keterampilan menyimak, akan tetapi tidak semua memiliki keterampilan menyimak yang baik. Pada dasarnya setiap siswa dituntut untuk memiliki keterampilan menyimak yang baik karena keterampilan menyimak yang baik dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajaranya. Memiliki keterampilan menyimak yang baik sangat berfmanfaat untuk setiap siswa. Pada umumnya segala informasi yang bersifat ilmu atau ide  dapat diterima siswa melalui proses menyimak. Dengan demikian siswa harus dilatih dan diberi tugas-tugas yang bersangkutan dengan menyimak.




Siswa yang sudah terlatih dengan baik dan sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima, hanya dapat menangkap isi simakan maksimal 50 % (Tarigan, 1986: 4.19).  Padahal diharapkan siswa memiliki bekal dalam menyerap ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, di samping kemampuan berbicara, membaca dan menulis, kemampuan menyimak pun sangat penting dimiliki dalam upaya  menyerap informasi (Chamdiah dkk, 1987:5).

Kemampuan menyimak yang dimiliki siswa saat ini masih tergolong rendah karena pembelajaran menyimak kurang mendapatkan perhatian penuh dari guru, selain itu guru juga tidak menguji keterampilan menyimak siswa. Bahkan pada kasus ini kegiatan menyimak tidak pernah diterapkan. Sehingga siswa tidak mengerti menyimak itu harusnya bagaimana dan manfaat dari menyimak itu sendiri untuk apa. . Dalam kenyataan yang terjadi di kelas, guru menghadapi siswa yang sulit memahami materi pelajaran yang sudah dijelaskan.
Salah satu faktor yang diindikasikan menjadi penyebabnya adalah sebagian siswa didik masih mengalami kesulitan dalam menyimak. Dampak dari masalah tersebut membuat kegiatan belajar mengajar terhambat.
Masalah keterampilan mnyimak yang ada hendaknya diminimalisir dengan latihan menyimak yang baik. Pembelajaran untuk keterampilan menyimak seharusnya mendapat perhatian yang sama dengan keterampilan berbahsa lainnya dan harus dilaksanakan secara terpadu. Untuk memotivasi siswa dalam menyimak hendaknya menggunakan bahan simakan yang yang membuat belajar siswa menjadi menyenangkan, seperti menyimak sebuah cerpen.
Di dalam kurikulum Bahasa Indonesia yang berlaku ada meteri khusus tentang pengajaran mendengar. Dengan demikian mendengar perlu diujikan karena mendengar merupakan salah satu keterampilan  berbahasa yang menuntut siswa dapat menangkap bunyi/ pernyataan tertentu dari orang lain  pendengarannya sendiri. Oleh karena itu pengukurannya pun harus didasarkan pada tingkat dan kedalaman  pembelajaran serta tujuan pengajarannya.
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan , maka penulis ingin mengadakan penelitian  dengan judul kemampuan menyimak cerpen siswa MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013.
1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarakan latar belakang diatas dapat diidentifikasi Masalah Sebagai Berikut :
1.      Kemampuan menyimak  cerpen siswa MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013    yang perlu ditingkatkan.
2.      Pengetahuan tentang menyimak cerpen Siswa MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu Kelas Viii Tahun Pelajaran 2012/2013 Masih Kurang.
3.       Minat terhadap kegiatan menyimak cerpen siswa MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013 yang masih kurang.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas ditetapkan satu butir permasalahan , yaitu  kemampuan menyimak cerpen c siswa MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013  perlu ditingkatkan.
1.4  Perumusan Masalah
1.      Bagaimana tingkat  kemampuan menyimak cerpen siswa kelas  VIII MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu?
2.      Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam menyimak cerpen siswa MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu kelas VIII tahun pelajaran 2012/2013?

1.5  Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.5.1        Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk  mengetahui dan mendeskripsikan  :
1.      Kemampuan menyimak cerpen siswa kelas VIII MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu.
2.      Alternatif  pemecahan  permasalah tingkat kemampuan menyimak cerpen MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu.
1.5.2        Kegunaan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk :
1.      Masukan bagi siswa kelas VIII MTs Al-Hikamus Salafiyah tahun pelajaran 2012/2013  dalam aspek menyimak khususnya menyimak cerpen dapat melakukan perbaikan dalam belajar, sehingga kemampuan dalam aspek ini meningkat.
2.      Memberi informasi bagi guru  khususnya guru bidang studi bahasa Indonesia dalam meningkatan kemampuan dan keterampilan menyimak cerpen seerta mengetahui apakah yang sudah diajarkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang disampaikan kepada siswa.
3.      Sebagai informasi pada pihak pimpinan sekolah di MTs Al-Hikamus Salafiah Muji Rahayu terhadap kemampuan menyimak cerpen dan sebagai bahan pertimbangan  untuk menyusun rencana pembelajaran selanjutnya.

1.6  Ruang Lingkup
1.6.1        Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kemampuan menyimak cerpen kelas VIII MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu tahun pelajaran 2012/2013.
1.6.2        Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu tahun pelajaran 2012/2013.
1.6.3        Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah MTs AL-HIKAMUS SALAFIYAH Muji Rahayu.
1.6.4    Waktu Penelitian
            Waktu penelitian pada semester genap tahun 2012/2013.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Pengertian Menyimak
Menurut Tarigan (1993: 20) mengemukakan pengertian menyimak sebagai berikut:Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi, serta interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap serta, memahami makna komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa lisan.
Selain itu Andreson, 1972:68 juga membatasi menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal serta menginterprestasikan lambang-lambang lisan. Dengan demikian menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (russel & russell 1954:69).
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses mendengarkan dengan penuh perhatian dan pemahaman informasi lisan yang disampaikan.

2.2       Taha-tahap Menyimak
Dari pengamatan terhadap kegiatan menyimak Ruth G. Strickland menyimpulkan adanya sembilan tahap menyimak, kesembilan  tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Menyimak berkala, yang terjadi saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.

2.      Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan.


3.      Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak.

4.      Menyimak serapan karena sang anak keasyikan menyerap hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.


5.      Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar apa yang disimak, perhatian secara seksama diganti dengan kesyikan yang lain, dan hanya memperhatikan kata-kata pembicara yang menarik hatinya saja.

6.      Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberi reaksi  terhadap pesan yang disampaikan pembicara.


7.      Menyimak dengan reaksi berkala terhadapa pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan.

8.      Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikutu jalan pikiran sang pembicara.


9.      Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara.
2.3       Ragam Menyimak
1.   Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru.
Pada umunya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari siaran radio, televisi, dan sebagainya.
a.   Menyimak sosial (social listening)
Menyimak sosial atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan.

b.   Menyimak sekunder (secondary listening)
Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif (casual listening dan extensive listening) misalnya, menyimak pada musik yang mengiringi tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan tangan.
c.   Menyimak estetik (aesthetic listening)
Menyimak estetik yang juga disebut menyimak apresiatif (apreciational listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada  radio atau rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.

d.    Menyimak pasif (passive listening)
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa asing. Hal ini dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah bahasa tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan yang cukup bagi otak mereka menyimak bahasa itu.

2.   Menyimak intensif (intensive listening)
Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid.
a.        Menyimak kritis (critical listening)
Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.

b.   Menyimak konsentratif (consentrative listening)
Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat.
c.   Menyimak kreatif (Creative listening)
Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya.
d.   Menyimak introgatif (introgative litening)
Menyimak introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena sipenyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus.
e.   Menyimak esplorasif  (exploratory listening)
Menyimak penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
f.    Menyimak selektif (selective listening)
Menyimak selektif berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif  hendaknya tidak menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk menginterpretasikan .


2.4.     Tujuan Menyimak
Tujuan umum menyimak adalah memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran.
      Selain itu tujuan menyimak sesuatu itu beraneka ragam , antara lain :
a.       Menyimak untuk belajar.
b.      Menyimak untuk menikmati.
c.       Menyimak untuk mengevaluasi.
d.      Menyimak untuk mengapresiasi.
e.       Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide.
f.       Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi.
g.      Menyimak untuk memecahkan masalah.
h.      Menyimak untuk menyakinkan.
 2.5      Proses Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Dalam proses menyimak pun terdapat tahap-tahap, antara lain:
1.      Tahap mendengar.
2.      Tahap memahami
3.      Tahap menginterpretasi
4.      Tahap mengevaluasi
5.      Tahap menaggapi.

2.6       Faktor-faktor yang Memengaruhi Menyimak
Menurut Tarigan (1993: 48) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan kemampuan menyimak antara lain: “(1) faktor keterbatasan sarana, (2) faktor kebahasaan, (3) faktor biologis, (4) faktor lingkungan, (5) faktor guru, (6) faktor metodologi,  (7) faktor kurikulum, dan (8) faktor-faktor tambahan.”
1.      Keterbatasan Sarana
 Keterbatasan sarana yang dimaksudkan di sini adalah belum tersedianya buku-buku dan alat-alat lainnya yang memadai, kondisi ruangan belajar yang belum kondusif turut pula mempengaruhi pengajaran menyimak dan jumlah murid yang terlalu banyak di kelas serta masih kurangnya sekolah yang memiliki laboratorium bahasa.
2.      Kebahasaan
Kendala utama di dalam pengajaran menyimak adalah faktor yang bersifat kebahasaan yaitu mulai dari mengenal bunyi di tingkat fonologis, kata, kalimat, dan ujaran wacana sampai kepada menangkap, menyimpan isi ujaran serta kemampuan menyimpan hasil simakan. Di samping faktor-faktor ini masih ada faktor lain misalnya tanda baca serta tanda-tanda suprasegmental antara lain; tekanan, aksen, jeda, dan intonasi yang juga merupakan masalah bagi murid, terutama di dalam mempelajari bahasa asing.

3.      Biologis
Murid yang pendengarannya kurang baik, karena mungkin ada organ-organ pendengarannya tidak berfungsi dengan baik, sudah pasti akan mengalami kesulitan dalam menyimak.


Dengan demikian dalam pengelolaan kelas seorang guru harus jeli memerhatikan keadaan muridnya. Murid yang kurang tajam pendengarannya, sebaiknya didudukkan di bangku paling depan atau murid yang kurang baik pendengarannya di sebelah kiri jangan di tempatkan paling kanan ruangan kelas, demikian pula sebaliknya.
4.      Lingkungan
 Lingkungan yang dimaksud di sini adalah di mana sekolah itu berada. Kalau lingkungan sekolah atau kelas itu penuh dengan suara kegaduhan, kebisingan, kehiruh-pikukan bunyi kendaraan lalu lintas di sekelilingnya, maka sudah pasti hasilnya tidak akan sebaik apabila pengajaran menyimak itu dilaksanakan di dalam suasana kondusif atau lingkungan yang tenang.
5.      Guru
 Guru yang penampilannya simpatik, terampil menyajikan materi pengajaran dan menguasai bahan pengajaran akan lebih berhasil di dalam mengajar menyimak daripada guru yang mempunyai sifat-sifat yang berlawanan dari sifat-sifat yang dikemukakan di atas. Jelasnya kemampuan professional berupa penguasaan bidang pengajaran yang disajikan, kemampuan personal berupa sikap mental atau akhlak pribadi yang terpuji, misalnya suka membantu murid, membimbing murid, memuji keberhasilan murid, menghargai hasil karya murid, bersifat bersahabat dengan murid serta mempunyai kemampuan sosial berupa pendekatan secara kemasyarakatan baik kepada murid-murid, maupun terhadap guru-guru lain dan juga orangtua murid. Kesemuanya ini akan turut menentukan keberhasilan pengajaran menyimak khususnya dan pengajaran-pengajaran lainnya di sekolah.



6.   Metodologi yang Digunakan
Guru yang kurang menguasai sesuatu metode yang digunakannya pasti kurang berhasil di dalam mengajar, demikian pula guru yang hanya mengetahui dan menggunakan hanya satu metode, sudah barang tentu hasilnya akan kurang dibandingkan dengan guru yang menguasai dan menggunakan banyak metode mengajar menyimak yang lebih baik.
7        Kurikulum
  Kurikulum yang disusun dengan baik dan jelas, akan sangat membantu guru-guru dalam mengajar menyimak. Materi menyimak di dalam kurikulum yang tidak terlalu padat atau berbelit-belit dan diorganisasikan dengan baik akan memudahkan guru mengajar menyimak. Begitu pula tingkat kesulitan bahan pengajaran menyimak dalam kurikulum hendaknya disesuaikan dengan perkembangan murid, baik perkembangan kebahasaan maupun perkembangan kematangan psikologis. Bahan pengajaran yang terlalu sukar dapat memprustasikan murid dan sebaliknya bahan pengajaran yang terlalu mudah dapat membosankan murid. Tingkat kesukaran materi penyajian sebaiknya berada pada tingkat yang biasa, disebut teacheable (tingkat dapat diajarkan), artinya tingkat kesukaran dan kemudahannya sesuai dengan perkembangan kebahasaan dan psikologis murid. Dengan demikian pengajaran
menyimak akan berhasil dengan baik.
8        Faktor-faktor tambahan
  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi variabel-variabel yang dapat berpengaruh terhadap pemahaman dari hasil pendengaran (listening comprehension). faktor-faktor tersebut (Sutari, 1998: 68) adalah sebagai berikut:
a.   Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah;
b.   Tak banyak mengenal validitas dan reliabilitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian;
            c.   Karena sebagian besar penelitian belum terkoordinir dengan baik.
2.7       Kemampuan menyimak
Kemampuan menyimak diartikan sebagai kemampuan menangkap, memahami, dan menanggapi pesan bahasa lisan(Nurgiantoro, 2012: 355). Dengan demikian kemampuan menyimak adalah kemampuan menangkap bunyi-bunyi dari pembicaraan disertai dengan pemahaman.

2.8       Pengertian Cerpen
Cerita Menurut Nugroho Notosusanto dalam tarigan  (2011:180) mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto sepasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Menurut kosasih (2012:34) cerita pendek merupakan cerita yang wujud fisiknya berbentuk pendek, jumlah katanya sekitar 500-5000 kata dan cerita yang habis dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam.
Cerita pendek adalah salah  satu cerita rekaan atau fiksi yang sudah tua usianya (Purba, 2010: 49)
Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah cerita tentang kehidupan seseorang yang disampikan dalam bentuk yang terbatas atau pendek.
2.9       Unsur-unsur Cerpen
            Menurut kosasih (2012: 34- 41) cerpen dibangun oleh unsur-unsur berikut:
1.      Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab akibat.
2.      Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita.
3.      Latar
Latar atau setting merupakan tempat dan waktu berlangsungnya kejadian dalam cerita.
4.      Tema
Tema adalah gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Tema suatu cerpen menyangkut segala persoalan, baik berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya
5.      Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya.
2.10     Ciri-ciri Cerpen
            Ciri-ciri khas sebuah cerita pendek adalah sebagai berikut:
a.       Singkat, padu dan intensif.
b.      Adegan, tokoh dan gerak.
c.       Bahasanya tajam, sugestif dan menarik perhatian.
d.      Cerpen harus mengandung interprestasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
e.       Cerpen harus menimbulkan suatu efek  dalam pikiran pembaca.
f.       Cerpen harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa jalan ceritalah yang pertama menarik perasaan, dan baru kemudian menarik pikitran.
g.      Cerpen mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang terpilih dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-pertanyaaan dalam pikiran pembaca.
h.      Dalam sebuah cerpen sebuah insiden yang terutama menguasai jalan cerita.
i.        Mempunyai pelaku utama.
j.        Mempunyai efek atau kesan yang menarik.
k.      Bergantung pada situasi.
l.        Memberi impresi tunggal.
m.    Memberi suatu kebulatan efek.
n.      Menyajiakan satu emosi
o.      Jumlah katanya dibawah 10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata atau kira-kira 33 halaman kuarto sepasi rangkap.

2.11  Kemampuan Menyimak Cerpen
Keterampilan mendengar/ menyimak dalam berbahasa Indinesia dapat diukur melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan di kelas. Misalnya seperti kegiatan mendengarkan : pesan/ pesan berantai, penjelasan, pembicaraan, diskusi, nyanyian/lagu, deklamasi, pengumuman, permintaan, petunjuk, cerita/dongeng, pendapat, percakapan, pidati/ceramah, laporan, radio/tv/kaset (Safari, 2002:61).  Dengan demikian peneliti menggunakan cerita pendek untuk digunakan dalam penelitian menyimak.
Kemampuan menyimak cerpen adalah kemampuan menangkap, memahami, dan menanggapi cerita tentang kehidupan seseorang yang disampikan dalam bentuk yang terbatas atau pendek.
Dalam hal ini penulis akan menilai kemampuan menyimak  cerpen berdasarkan  alur, latar, penokohan, tema, dan amanat.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian
Medote penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena untuk mendeskripsikan tingkat  kemampuan  menyimak cerpensiswa kelas VIII MTs Al-Hikamus Salafiah  .
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini hanya satu variabel yakni “ Kemampuan menyimak cerpen siswa kelas VIII semester genap MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu tahun pelajaran 2012/2013.
3.2.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional penelitian ini yaitu kemampuan  menyimak cerpen. Yang di maksud kemampuan menyimak cerpen  dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kemampuan siswa  VIII semester genap MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu dalam menyimak  cerpen. Hal ini ditandai dengan indikator sebagai berikut: alur, latar, penokohan, tema dan amanat. Berdasarkan indikator tersebut, pengujiannya menggunakan tes esai yang diwujudkan dalam bentuk skor.
3.2.2 Pengukuran Variabel
pengukuran kemampuan menyimak siswa kelas VIII  MTs Al-Hikamus Salafiyah tahun pelajaran 2012/2013 dilakukan dengan cara memberikan tes kepada siswa.
Tes yang diberikan berbentuk tes esai.  Siswa menyimak sebuah cerpen dengan memperhatikan indikator alur, latar, penokohan, tema dan amanat. Setelah menyimak siswa diberi tes esai sesuai dengan indikator tersebut.
3.3 Populasi, Sampel  dan Teknik Sampling
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII MTs-Al Hikamus Salafiyah Muji Rahayu tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari dua kelas seperti yang tertera di bawah ini:
Tabel 1
Siswa Kelas VIII MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu
Tahun Pelajaran 2012/2013
No
Kelas
Putra
Putri
Jumlah
1
VIII A
VIII B
9
11
14
9
23
20
2
Jumlah


43
Sumber : Data Sekolah
3.2.2 Sampel
Cara menentukan besar sampel dalam penelitian ini,  penulis mengacu pada pendapat Arikunto (2006:134) menyatakan bahwa jika populasi kurang dari 100 lebih  baik  diambil semua, apabila subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Mengacu pada pendapat di atas, maka sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi atau total sampling yang berjumlah 43 siswa.

3.2.3 Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling, karena populasi kurang dari 100 siswa. Dengan demikian dalam penelitian ini  sebanyak 43 siswa.
3.4  Teknik Pengumpulan Data
teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penugasan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data variabel kemampuan  siswa dalam menyimak cerpen dan digunakan beberapa teknik pelengkap sebagai teknik penunjang.
3.4.1 Teknik Pokok
Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes penugasan  yang terdiri dari lima soal yang  berkenaan dengan menyimak cerpen, meliputi alur, latar, penokohan, tema, dan amanat.
3.4.2 Teknik Pelengkap
Tujuan teknik ini adalah untuk melengkapi data yang  tidak dapat diungkapkan pada teknik pokok. Teknik yang digunakan sebagai berikut :
3.4.2.1 Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar di kelas VII semester genap MTs Al-Hikamus Salafiah tahun pelajaran 2012/2013.
3.4.2.2  Teknik Kepustakaan
Teknik kepustakaan digunakan untuk mengkaji teori-teori yang mendukukng penelitian, agar mencapai tujuan yang diharapkan.

3.4.2.3  Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data seperti  jumlah siswa,  guru, pimpinan sekolah, serta data tentang sarana dan prasarana sekolah.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dan diberikan  dalam penelitian ini adalah soal esai. Soal esai tersebut terdiri dari indikator : penokohan, tema, amanat, sudut pandang, alur, latar, dan gaya bahasa.
Instrumen penelitian ini dikerjakan oleh siswa kelas VII semester genap MTs Al-Hikamus Salafiyah dalam waktu 45 menit. Dengan instrumen penelitian ini akan diketahui kemampuan menyimak cerpen.
Instrumen Tes
Kemampuan menyimak cerpen “”
Kelas VII Semester  Genap MTs Al-Hikamus Salafiyah Muji Rahayu Tahun Pelajaran 2012/2013.
Waktu : 45 menit
Petunjuk:
1.      Tulislah nama, kelas, dan mata pelajaran pada sudut kanan atas lembar jawaban!
2.      Simaklah cerpen “”!
3.      Jawablah pertanyaan dengan benar!

1. bagaimanakah jalan cerita (alur) dari cerpen yang telah diperdengarkan?
2.dimanakah dan kapankah cerita tersebut terjadi ?
3. bagaimanakah sifat (penokohan) dari para tokoh yang ada dalam cerpen tersebut ?
4.apakah tema dari cerita tersebut ?
5. apakah pesan yang terkandung  dalam cerpen tersebut?
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Lembar kerja siswa dikumpulkan, kemudian dikoreksi berdasarkan indikator yang telah ditentukan.
2.      Indikator penilaian sebagai berikut :

Tabel 2
Indikator Penilaian
Indikator
Skor
Deskripsi
1.      Tema
20 sangat tepat
15  tepat
10  cukup tepat
 5   kurang tepat

Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang

2.      Alur
20 sangat tepat
15  tepat
10  cukup tepat
 5   kurang tepat

Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang

3.      Latar
20 sangat tepat
15  tepat
10  cukup tepat
 5   kurang tepat

Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang

4.      Penokohan
20 sangat tepat
15  tepat
10  cukup tepat
 5   kurang tepat

Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang

5.      Amanat
20 sangat tepat
15  tepat
10  cukup tepat
 5   kurang tepat

Baik sekali
Baik
Cukup
Kurang

Sumber : Nurgiantoro, 2012 : 253
3.      setelah dikoreksi berdasarkan indikator penilaian, maka skor yang diperoleh setiap indikator dijumlah.
4.      Kemudian nilainya dibagi dengan jumlah skor maksimal yang ditentukan, kemudian dikalikan 100% dengan rumus :
             x 100%
umber : Arikunto, 2002: 242
5.      Dari hasil perhitungan data tingkat kemampuan siswa tersebut, kemudian dicocokkan kedalam nilai pada tabel.

Tabel 3
Tolok ukur penilaian

Angka 100
Huruf
Keterangan
80 – 100
A
Baik sekali
66 – 79
B
Baik
56 – 65
C
Cukup
40 – 55
D
Kurang
30 – 39
E
Sangat kurang
Sumber : Arikunto, 2002: 251








DAFTAR PUSTAKA
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersasatra. Bandung: Yrama Widya.
Tarigan, H.G. 2011. Prinsip-prinsip dasar sastra. Bandung: Angkasa.
Purba, A. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Safari. 2002. Pengujian Dan Penilaian Bahasa Dan Sastra Indonesia. Jakarta: Cv. Roda Pengetahuan.
Suharsimi Arikunto.2002.  Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yoyakarta: Bumi Aksara.
Nurgiantoro, Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: BPFE


No comments:

Post a Comment