REMBULAN DI ATAS BOROBUDUR
Karya : Arwan Tuti Artha
Pemeran utama dalam
novel Rembulan di Atas Boroudur adalah Krisni,
seorang gadis desa yang memiliki sajuta impian. Ia dilahirkan dan
dibesarkan oleh keluarga Niti Djatmiko dan tinggal di dekat bangunan kuno yang
konon samapai saat ini kerap dikunjungi oleh para wisatawan tarmasuk dari manca
negara, yakni Candi Borobudur. Suatu hari ia harus meninggalkan kampung
halamannya itu, ya sejak ia dipersunting oleh Daniel Carter Lewis laki-laki
muda dari Kanada yang sangat mengagumi sebuah maha karya yang sulit kita temui
tandingannya di abad ini, bangunan batu yang sudah beratus-ratus tahun usianya
itu, ya.. Candi Borobudur. Karena kekagumannya itulah ia rela jauh-jauh datang
dari Kanada ke Indonesia tepatnya di Borobudur, karena rasa penasarannya
terhadap Candi Borobudur. Kedatangan Daniel pertama kali pada mulanya sebagai
turis biasa. Lalu ia datang untuk kesekian kalinya dengan visa sebagai
peneliti. Pada kedatangan yang kesekian kali itulah ia kepengin menjalani hidup
di Indonesia. Betapa tidak, karena menurut Daniel “Indonesia is paradise of hermeneutick”. Sampai-sampai ia pun
tinggal di sekitar Borobudur, hingga akhirnya dipertemukan dengan istrinya, ya
Krisni.
Awal mula pertemuan
mereka adalah ketika mereka menyaksikan perayaan Tri Suci Waisak di Candi
Mendut, Pawon dan Candi Borobudur. Sebuah perayaan keagamaan yang sangat agung,
yakni perayaan suci bagi umat Budha. Mereka mendapat berkah dari perayaan itu.
Dan, Nuning yang ditunjuk Tuhan sebagai perantara perkenalan Daniel pada
Krisni. Sejak dari situlah mereka sering jalan-jalan bersama, naik-turun
menyusuri anak tangga dan memutari candi itu, membaca relief, membicarakan
kearifan hidup. Menerjemahkan ajaran agama Budha yang terpancar dari
bangunan-bangunan dan relief-relief yang
disebut sebagai relief karmawibangga itu.
Sesering kali juga Krisni dan Daniel pergi ke Boroudur malam hari pada
saat purnama tiba, ia merasakan
malam-malam purnama iu sangat berarti. Betapa tidak. Konon, pada saat rembulan
tepat sedang purnama. Borobudur akan tampak seperti siluet megah yang indah,
besar dan lebar. Ada romantisme, tetapi juga patung-patung dan relief-relief
Candi Borobudur itu timbul birahinya padasaat bulan purnama. Pada saat-saat
seperti itu juga cintanyapun berkembang bagaikan bunga-bunga mekar yang
dikerubuti kupu-kupu dengan sayapnya berbagai warna. Hingga suatu hari, ketika
mereka datang lagi ke candi itu, tiba-tiba Daniel memegang tangan Krisni dan
mendekatkan pada dadanya seraya berkata “I
love you, Kirisni”. Krisni pun bingung mendengar kata-kata tersebut.
Hari-hari yang
kemudian mereka lalui, terasa begitu jauh. Seakan memasuki sebuah lorong waktu
yang belum diketahuinya akan sampai ke mana. Pernah terjadi perang batin yang
cukup hebat. Karena Daniel bukan lelaki satu-satunya yang menyatakan kata
tersebut. Sebab ada juga Tanto, yaitu seorang seniman yang lugu dan berterus
terang tentang semua itu. Seringkali Krisni merenungi permasalahannya dengan
memandangi kupu-kupu di taman bunga candi. Begitu banyak terbang. Ada yang
datang ada yang pergi. Tapi bunga yang dikitari kupu-kupu itu tetap bergoyang
ditiup angin. Bunga-bunga di taman tak boleh dirusak, agar kupu-kupu selalu
datang. Begitu pula rembuan di atas Borobudur. Rembulan akan selalu muncul di
langit dan krisni bisa melihatnya dari Borobudur. Pada saatnya pasti datang.
Bulat penuh. Sinarnya yang redup begitu romantis. Ada romantisme, tetapi juga
ada birahi di sana.
Tetapi sejak ia
menjadi nyonya Daniel dan meninggalkan Borobudur begitu lama, malam-malam
purnama itu tak lagi berarti. Ya, sudah berapa ratus malam purnama di Borobudur
tak lagi dinikmati oleh krisni. Karena ia harus tinggal bersama suaminya di
Balikpapan.
Cerita ini diakhiri
dengan kembalinya Krisni ke Borobudur. Ia merasa senang ketika bisa
menginjakkan kembali kakinya di Borobudur. Mungkin ia akan bisa merasakan
kembali betapa patung-patung dan relief-relief Candi Borobudur itu juga butuh
bulan purnama untuk membakar birahinya. Tetapi kepulangannya kali ini bukan
untuk bersenang-senang di Borobudur, tapi untuk melihat wajah ibunya sebelum
dibawa ke makam. Dan menyaksikan pemakaman ibunya.
No comments:
Post a Comment