Wednesday, 17 April 2019

SINOPSIS NOVEL REMBULAN DI ATAS BOROBUDUR Karya : Arwan Tuti Artha

REMBULAN DI ATAS BOROBUDUR
Karya : Arwan Tuti Artha

Pemeran utama dalam novel Rembulan di Atas Boroudur adalah Krisni,  seorang gadis desa yang memiliki sajuta impian. Ia dilahirkan dan dibesarkan oleh keluarga Niti Djatmiko dan tinggal di dekat bangunan kuno yang konon samapai saat ini kerap dikunjungi oleh para wisatawan tarmasuk dari manca negara, yakni Candi Borobudur. Suatu hari ia harus meninggalkan kampung halamannya itu, ya sejak ia dipersunting oleh Daniel Carter Lewis laki-laki muda dari Kanada yang sangat mengagumi sebuah maha karya yang sulit kita temui tandingannya di abad ini, bangunan batu yang sudah beratus-ratus tahun usianya itu, ya.. Candi Borobudur. Karena kekagumannya itulah ia rela jauh-jauh datang dari Kanada ke Indonesia tepatnya di Borobudur, karena rasa penasarannya terhadap Candi Borobudur. Kedatangan Daniel pertama kali pada mulanya sebagai turis biasa. Lalu ia datang untuk kesekian kalinya dengan visa sebagai peneliti. Pada kedatangan yang kesekian kali itulah ia kepengin menjalani hidup di Indonesia. Betapa tidak, karena menurut Daniel “Indonesia is paradise of hermeneutick”. Sampai-sampai ia pun tinggal di sekitar Borobudur, hingga akhirnya dipertemukan dengan istrinya, ya Krisni.
Awal mula pertemuan mereka adalah ketika mereka menyaksikan perayaan Tri Suci Waisak di Candi Mendut, Pawon dan Candi Borobudur. Sebuah perayaan keagamaan yang sangat agung, yakni perayaan suci bagi umat Budha. Mereka mendapat berkah dari perayaan itu. Dan, Nuning yang ditunjuk Tuhan sebagai perantara perkenalan Daniel pada Krisni. Sejak dari situlah mereka sering jalan-jalan bersama, naik-turun menyusuri anak tangga dan memutari candi itu, membaca relief, membicarakan kearifan hidup. Menerjemahkan ajaran agama Budha yang terpancar dari bangunan-bangunan dan relief-relief  yang disebut sebagai relief karmawibangga itu. Sesering kali juga Krisni dan Daniel pergi ke Boroudur malam hari pada saat  purnama tiba, ia merasakan malam-malam purnama iu sangat berarti. Betapa tidak. Konon, pada saat rembulan tepat sedang purnama. Borobudur akan tampak seperti siluet megah yang indah, besar dan lebar. Ada romantisme, tetapi juga patung-patung dan relief-relief Candi Borobudur itu timbul birahinya padasaat bulan purnama. Pada saat-saat seperti itu juga cintanyapun berkembang bagaikan bunga-bunga mekar yang dikerubuti kupu-kupu dengan sayapnya berbagai warna. Hingga suatu hari, ketika mereka datang lagi ke candi itu, tiba-tiba Daniel memegang tangan Krisni dan mendekatkan pada dadanya seraya berkata “I love you, Kirisni”. Krisni pun bingung mendengar kata-kata tersebut.
Hari-hari yang kemudian mereka lalui, terasa begitu jauh. Seakan memasuki sebuah lorong waktu yang belum diketahuinya akan sampai ke mana. Pernah terjadi perang batin yang cukup hebat. Karena Daniel bukan lelaki satu-satunya yang menyatakan kata tersebut. Sebab ada juga Tanto, yaitu seorang seniman yang lugu dan berterus terang tentang semua itu. Seringkali Krisni merenungi permasalahannya dengan memandangi kupu-kupu di taman bunga candi. Begitu banyak terbang. Ada yang datang ada yang pergi. Tapi bunga yang dikitari kupu-kupu itu tetap bergoyang ditiup angin. Bunga-bunga di taman tak boleh dirusak, agar kupu-kupu selalu datang. Begitu pula rembuan di atas Borobudur. Rembulan akan selalu muncul di langit dan krisni bisa melihatnya dari Borobudur. Pada saatnya pasti datang. Bulat penuh. Sinarnya yang redup begitu romantis. Ada romantisme, tetapi juga ada birahi di sana.
Tetapi sejak ia menjadi nyonya Daniel dan meninggalkan Borobudur begitu lama, malam-malam purnama itu tak lagi berarti. Ya, sudah berapa ratus malam purnama di Borobudur tak lagi dinikmati oleh krisni. Karena ia harus tinggal bersama suaminya di Balikpapan.

Cerita ini diakhiri dengan kembalinya Krisni ke Borobudur. Ia merasa senang ketika bisa menginjakkan kembali kakinya di Borobudur. Mungkin ia akan bisa merasakan kembali betapa patung-patung dan relief-relief Candi Borobudur itu juga butuh bulan purnama untuk membakar birahinya. Tetapi kepulangannya kali ini bukan untuk bersenang-senang di Borobudur, tapi untuk melihat wajah ibunya sebelum dibawa ke makam. Dan menyaksikan pemakaman ibunya.

No comments:

Post a Comment