Wednesday, 17 April 2019

CONTOH PROPOSAL SKRIPSI BAHASA INDONESIA DENGAN JUDUL “Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas VII Semester Genap MTs. Ma”arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur” Oleh Afriasinta



BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang Masalah
Kemampuan mengapresiasi puisi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs.). Dengan memiliki kemampun tersebut, banyak manfaat yang diperoleh siswa. Diantaranya, siswa memiliki wawasan yang memadai tentang sastra, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan berbahasa,  serta bersikap positif terhadap nilai sastra dan mampu mengembangkan wawasan, kemampuan dan sikap positifnya lebih lanjut. Hal tersebut sejalan dengan peraturan Depdiknas (2002) dinyatakan bahwa pembelajaran sastra dimanfaatkan untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Kesusastraan adalah bidang yang termasuk ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia di samping kebahasaan. Materi yang tercakup dalam kesusastraan adalah puisi, prosa, dan drama. Materi sastra tersebut tujuannya adalah agar para siswa memperoleh dan memiliki pengalaman berapresiasi sastra secara langsung. Hal tersebut, sejalan dengan kurikulum, karena di dalam kurikulum pokok bahasan yang termasuk di dalam pelajaran apresiasi sastra adalah puisi, prosa, dan drama.
Salah satu materi apesiasi sastra yang menjadi bahan pembelajaran di sekolah adalah puisi. Saat ini banyak ilmu pengetahuan tentang puisi yang lalai dalam perhatian siswa sehingga bentuk apresiasi terhadap puisipun masing sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, Enderson (dalam Tarigan, 2011:3) berucap bahwa “puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata yang sedikit mungkin”, benar-benar meresap ke dalam hati sanubari kita serta mempertinggi taraf apresiasi kita terhadap puisi pada khususnya, terhadap sastra, seni, dan hidup ini pada umumnya.
Mengacu pada ujaran Enderson tersebut, jelas bahwa tidak semata-mata kita perlu mengetahui materi dasar tentang puisi, tetapi juga perlu dibutuhkan bentuk apresiasi terhadap puisi karena walaupun puisi menggunakan kata-kata yang sedikit, tetapi mengajarkan banyak hal, langsung dapat mengenai hati sanubari bagi pembaca, pendengar ataupun penikmat puisi itu sendiri.
Matthew Arnold (dalam Tarigan, 2011:2) mengemukakan bahwa “puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah, impresif, dan yang paling efektif untuk mendedangkan sesuatu” maka alangkah sayangnya bila kita tidak memanfaatkan cara tersebut, atau paling tidak mengetahui seluk-beluk, cara mempergunakan serta memanfaatkannya untuk mengungkapkan sesuatu.
Walaupun sulit memberi batasan puisi yang memuaskan segala pihak, namun dengan mengetahui apa sebenarnya puisi itu, bagaimana cara memahami puisi, cara menikmati dan menilai puisi, mengetahuan tentang jenis-jenis puisi serta cara apresiasi terhadap puisi, maka terbukalah jalan bagi kita untuk mengerti, menikmati dan menguasai puisi itu. Dengan kata lain, hal-hal yang telah terutarakan di atas dapat menanamkan dan menumbuhkan apresiasi kita terhadap puisi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas VII Semester Genap  MTs. Ma”arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur”.
1.2              Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut.
1.      Siswa belum mampu mengapresiasi puisi dengan baik siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
2.      Siswa belum mampu menghayati pembacaan puisi dengan baik siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
3.      Siswa belum mampu memparafrase puisi dengan baik siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
4.      Ssiswa belum mampu memahami isi puisi dengan baik siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.

1.3              Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah dalam penelitian dibatasi sebagai berikut: “Kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur”.
1.4              Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.      Bagaimanakah tingkat kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur?
2.      Apakah yang menjadi kendala dalam mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur?

1.5              Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.5.1        Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1.      Untuk mengetahui tingkat kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
2.      Untuk mengatasi kendala dalam mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.

1.5.2        Kegunaan Penelitian
1.      Penelitian ini berguna untuk siswa, khususnya siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur agar termotivasi dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi puisi.
2.      Penelitian ini berguna bagi guru bidang studi bahasa Indonesia pada umumnya, khususnya berguna bagi guru yang mengajarkan bahasa Indonesia di MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran mengapresiasi sastra, yakni apresiasi puisi.
3.      Penelitian ini berguna untuk memberikan informasi pada pihak pimpinan sekolah di MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur terhadap kemampuan mengapresiasi puisi dan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana pembelajaran selanjutnya.

1.6       Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1    Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
1.6.2    Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
1.6.3    Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
1.6.4    Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1              Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata yang indah dan kaya akan makna. Keindahan puisi ditentukan oleh diksi, majas, rima, dan iramanya. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa (Kosasih, 2008:31).
Menurut Waluyo (2010:29), Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkosentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Secara sederhana pengertian puisi itu adalah membangun, menyebabkan, menimbulkan dan menyair. Maka sederhana itu dikembangkan dan menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut irama, sajak, dan kata-kata kiasan (Purba, 2010:11).
Djoko Pradopo (2012:7) mengemukakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan dinyatakan dengan menarik dan member kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
Berdasarkan pendapat para pakar tentang definisi puisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu karya sastra dengan susunan kata-kata berirama sehingga terlihat estetis, dan pembaca/pendengarnya dapat menyelami keindahan kata-kata puitis itu serta menikmati bahasa yang imajinatif untuk  memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata tersebut.

2.2              Jenis-Jenis Puisi
Menurut Kosasih (2008:40), puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasannya terbagi menjadi tiga jenis .
1.      Puisi Naratif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi menjadi beberapa macam, yakni balada dan romansa. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa atau tokoh pujaan. Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantis yang berisi kisah percintaan yang diselingi oleh perkelahian dan petualangan.
2.      Puisi Lirik
Puisi lirik terbagi menjadi tiga macam, yaitu elegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka, misalnya “Elegi Jakarta” karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di Kota Jakarta.
Serenada adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan.
Ode adalah puisi yang berisi pemujaan terhadap seseorang, suatu hal, atau suatu keadaan. Pemujaan yang banyak ditulis ialah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang dikagumi.
3.      Puisi Deskriptif
Dalam jenis puisi deskriptif, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatiannya. Puisi yang termasuk puisi deskriptif adalah satire, puisi yang bersifat kritik sosial dan puisi impresionistik.
Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, tetapi dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap keadaan atau diri seseorang, tetapi dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.

2.3              Struktur Puisi
Menurut Waluyo, (2010:29) Sebuah puisi adalah sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat pada karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur yang lainnya. Unsur-unsur itu bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga bersifat fungsional terhadap unsur lainnya.
Apa yang kita lihat melalui bahasanya yang Nampak, kita sebut struktur fisik puisi yang secara tradisional disebut bentuk atau bahasa atau unsur bunyi. Sedangkan makna yang terkandung di dalam puisi yang tidak secara langsung dapat kita hayati, disebut struktur batin atau struktur makna. Kedua unsur itu disebut struktur karena terdiri atas unsur-unsur  lebih kecil yang bersama-sama membangun kesatuan sebagai struktur.
Struktur fisik sering kali disebut juga struktural sintaksis puisi. Istilah ini memang tidak tepat sebab kesatuan unsur-unsur kebahasaan dalam puisi tidak berbentuk structural sintaktik tetapi membentuk baris-baris puisi. Oleh karena itu, penulis merasa sebutan fisik lebih tepat. Sedangkan struktur batin seringkali disebut struktur tematik atau struktur semantic. Penanaman tersebut kurang tepat juga, oleh sebab itu penulis menggunakan istilah struktur batin akrena berisi ungkapan batin penulisnya.
Struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Sedangkan struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, verifikasi, dan tipografi puisi.
Sejalan dengan pendapat Waluyo di atas, Kosasih (2008:32) membagi unsur-unsur puisi menjadi dua macam, yakni struktur fisik dan struktur batin.

1.      Unsur Fisik
Unsur fisik meliputi hal-hal berikut ini.
a.      Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat. Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya, maupun hubungan kata dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata memiliki kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif. Makna kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih hendaknya bersifat puitis yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya.
b.      Pengimajian
Pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair.  Secara keseluruhan, penyair dalam puisi itu menggambarkan gerak alam, seperti hembusan angin, permainan air, dan bintang bersinar. Dengan penggambaran yang cukup jelas itu, pembaca seakan-akan ikut menyaksikan girang dan kemilaunya. suasana alam itu dan keadaan hati Kelana yang tengah bersedih.
c.       Kata Konkret
Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata harus diperkonkret atau diperjelas. Jika penyair mahir memperkonkret kata, pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh penyair. Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.

d.      Bahasa Figuratif (Majas)
Majas (figurative language) adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkannya dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain.

e.       Rima/Ritma
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya a pun lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini: Dan angin mendesah/mengeluh mendesah. Di samping rima, dikenal pula istilah ritma yang diartikan sebagai pengulangan kata, frase. atau kalimat dalam bait-bait puisi.

f.       Tata Wajah (Tipografi)
Tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi, prosa, dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf, tetapi bait.

2.      Unsur Batin
Ada empat unsur batin puisi, yakni tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention).

a.      Tema
Tema puisi merupakan gagasan utama penyair dalam puisinya.  Tema puisi dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok – mengikuti isi Pancasila, yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat, dan keadilan sosial.

1)      Tema Ketuhanan
Puisi dengan tema ketuhanan antara lain menggambarkan pengalaman batin, keyakinan, atau sikap penyair terhadap Tuhan. Nilai-nilai ketuhanan dalam puisi akan tampak pada pilihan kata, ungkapan, atau lambang.
2)      Tema Kemanusiaan
Puisi bertema kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan tidak boleh menjadi sebab adanya perbedaan perlakuan.
3)      Tema Patriotisme/Kebangsaan
Puisi bertema patriotisme/kebangsaan antara lain melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah. Tema kebangsaan bisa pula berwujud pesan-pesan penyair dalam membina persatuan bangsa atau rasa cinta akan tanah air.
4)      Tema Kedaulatan Rakyat
Puisi ini biasanya mengungkapkan penindasan dan kesewenang-wenangan terhadap rakyat.

5)      Tema Keadilan Sosial
Puisi bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesenjangan sosial.

b.      Perasaan
Puisi merupakan karya sastra yang paling mewakili ekspresi perasaan penyair. Ekspresi dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau Sang Khalik. Jika penyair hendak mengagungkan keindahan alam, sebagai sarana ekspresinya ia akan memanfaatkan majas dan diksi yang mewakili dan memancarkan makna keindahan alam.

c.       Nada dan Suasana
Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasihati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi. Adapun suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.

Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada duka yang diciptakan oleh penyair dapat menimbulkan suasana iba di hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk.

3.      Amanat
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. Tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dari tema yang diungkapkan. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, tetapi lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikannya.

Berdasarkan kedua pendapat di atas yang saling memiliki keterkaitan maka dapat disimpulkan bahwa struktur puisi terdiri atas dua unsur pokok meliputi struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, verifikasi, dan tipografi puisi sedangkan struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat.
2.4              Langkah-Langkah dalam Pemahaman Puisi
1.      Struktur Karya Sastra
Pada tahap pertama, kita harus memahami struktur karya sastra secara umum. Apakah puisi ini berstruktur sebagai puisi lama, baru, Angkatan 45, ataukah puisi kontemporer. Penelaah memahami bait-bait dan lirik-lirik, serta memahami secara global tema apakah yang dikemukakan oleh penyair.
2.      Penyair dan Kenyataan Sejarah
Untuk melengkapi pemahaman secara global karya sastra yang telah kita telaah, maka kita bahas siapakah penyairnya, bagaimana aliran filsafat, corak khas yang menjadi cirri dari jaman penyair itu berkarya, kata-kata dan ungkapan khusus yang berhubungan dengan penyair, aliran, filsafat, dan jaman saat puisi itu diciptakan. Dengan dilengkapi data tentang penyair dan kenyataan sejarah ini, totalitas puisi akan mudah diinterpretasikan.
3.      Telaah Unsur-Unsur
Struktur fisik dan struktur batin puisi ditelaah unsur-unsurnya. Kedua struktur itu harus mempunyai kepaduan dalam mendukung totalitas puisi. Telaah ini menyangkut telaah unsur-unsur yang sekecil-kecilnya. Ditelaah bagaimana struktur fisik digunakan untuk mengungkapkan struktur batin dan bagaimana struktur batin ditemukan. Telaah yang demikian menghasilkan pembahasan puisi secara lebih mendalam.
a)      Struktur fisik. Dalam telaah strukutur fisik dibahas bagaimana kecakapan/kreativitas penyair dalam menciptakan puisi. Maka struktur fisik disebut disebut pula metode puisi. Ditelaah bagaimana penyair memilih, mengurutkan, dan member sugesti kata (diksi); bagaimana penyair menciptakan imajinasi; bagaimana kata-kata diperkonkret, bagaimana penyair menciptakan lambing dan kiasan (majas); bagaimana versifikasi dalam puisi itu; dan bagaimana penyair menyusun tata wajah puisi. Telaah struktur fisik tidak dapat dilepaskan dengan telaah struktur batin. Dapat juga ditelaah hubungan antara struktur fisik dengan tuntutan pengucapan batin penyair.
b)      Struktur batin. Semua unsure struktur fisik digunakan penyair untuk mengungkapkan tema dan amanat yang hendak disampaikannya. Dengan kata lain, struktur fisik dan struktur batin atau struktur tematik dan struktur isntaktk tida dapat dipisahkan satu sama lain. Kemampuan memahami struktur fisik secara mendalam dan canggih memungkinkan pembaca memiliki kemampuan menghayati makna yang hendak disampaikan oleh penyair karena tema, perasaan, nada dan amanat disampaikan melalyi struktur fisik puisi.
Adanya jalinan antara struktur fisik dan struktur batin yang begitu kuat, menyebabkan perlunya pembaca puisi memahami kedua struktur ini secara bersama-sama. Tingkat pemikiran, luapan rasa hati penyairm dan tingkat imajinasi (pengalaman) penyair, diungkapkan dengan metode atau teknik pengucapan khas milik penyair. Nilai artistic sebuah karya sastra tertelak dari tepat tidaknya penyair mengungkapkan struktur batinnya ke dalam struktur fisik (teknik). Jika takarannya tepat, akan terasa ada keharmonisan antara kedua struktur itu. Keharmonisan antara kedua struktur itu tidak bersifat statis. Pembaca menghendaki sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, factor kreativitas penyair juga ikut berperan dalam menentukan nilai artistic sebuah puisi. Jadi, struktur batin dan gaya pengucapan disampaikan lewat bahasa penyair merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling menentukan.
4.      Sintetis dan Interpretasi
Setelah menelaah secara mendalam struktur puisi hingga ke unsur-unsurnya, kemudian kita dapat mensintesiskan telaah kita itu. Sintesis itu dapat berwujud jawaban atas pertanyaan sebagai berikut. 1) apakah amanat (pesan) yang hendak disampaikan penyair? 2) Mengapa penyair menggunakan bahasa yang demikian (hubungannya dengan perasaan dan nada? 3) Apakah arti karya tersebut bagi kita (peneliti)? 4) Bagaimana sikap Anda terhadap apa yang dikemukakan penyair? 5) Bagaimana penyair menciptakan puisi itu, apakah cukup mahir?.
2.5              Menikmati dan Menilai Puisi
Apabila kita menikmati dan menilai puisi, berarti kita telah mengetahui di mana letak keindahannya dan mempertinggi taraf apresiasi kita terhadap puisi.
Orang yang telah dapat menikmati sesuatu pada prinsipnya telah dapat memberi penilaian baik-buruknya, indah-tidaknya sesuatu itu dan lebih jauh lagi telah menjadi seorang kritikus kecil-kecilan. Kita telah sama mengetahui bahwa kritikus adalah “orang yang pekerjaannya mengamati dengan teliti, memperbandingkan dengan tepat serta mempertimbangkan dengan adil baik-buruknya kualitas, nilai, kebenaran sesuatu.”(Tarigan, 2011:62). Hubungan antara apresiasi dan kritik sangat erat. Semakin tinggi taraf apresiasi seseorang maka akan semakin tinggi pula daya kritisnya. Seseorang tidak akan mungkin menjadi seorang kritikus – apalagi kritikus terkenal – kalau dia tidak mempunyai taraf apresiasi yang tinggi, yaitu “penaksiran kualitas serta pemberian nilai yang wajar terhadap sesuatu berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas dan sadar serta kritis” terhadap sesuatu (Tarigan, 2011:62).
Jika uraian di atas tidak kita manfaatkan untuk mempertinggi taraf apresiasi puisi kita, maka sangat disayangkan.
Untuk memaknai puisi, kamu dapat melakukannya dengan langkah-langkah berikut ini.
1.      Pahami bentuk puisi, bait-bait, dan lirik-lirik. Selain itu, secara global pahami tema yang dikemukakan oleh penyair dalam puisi itu.
2.      Untuk melengkapi pemahaman global terhadap puisi, kita perlu menelaah penyair dan latar belakang penciptaan puisi. Dengan kedua data tersebut, totalitas makna puisi akan lebih mudah ditafsirkan.
3.      Telaah unsur-unsur struktur fisik dan struktur batin puisi. Kedua struktur itu harus mempunyai kepaduan dan mendukung totalitas makna puisi. Telaah ini berfokus pada penafsiran makna puisi hingga unsur yang sekecil-kecilnya. Telaah pula cara penggunaan struktur fisik untuk mengungkapkan struktur batin dan pengemukaan struktur batin. Telaah yang demikian akan menghasilkan pemahaman puisi secara mendalam.
4.      Setelah menelaah dan mendalami struktur puisi hingga unsure-unsurnya, kita merumuskan simpulannya.

2.6              Apresiasi Puisi
Nurgiantoro (2012:456)mengatakan bahwa apresiasi adalah “membaca karya sastra secara langsung”.
Apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis. (Tarigan, 2011:236).
Pada prinsipnya apresiasi bahasa dan sastra Indonesia adalah menyangkut kemampuan merasakan, menanggapi, dan menghayati bahasa dan sastra (Safari,2002:134).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menilai, menghargai, merasakan dengan dihayati sebuah cipta atau karya sastra dengan cara membaca karya sastra secara langsung sehingga mampu menanggapi karya sastra tersebut.
Di dalam kurikulum, pokok bahasan yang termasuk di dalam pembelajaran apresiasi sastra/ bahasa adalah puisi, prosa, drama, sejarah sastra, pokok dan tokok, sastra terjemahan, kritik dan esai.
Dalam hal ini, penulis akan menggunakan puisi sebagai pokok bahasan dalam pembelajaran apresiasi sastra. Oleh karena itu, apresiasi puisi adalah kegiatan menilai, mengkritisi, menghargai, merasakan, menghayati puisi dengan cara membaca atau menyimak puisi secara langsung sehingga timbulah tanggapan dari puisi tersebut.

2.7              Kemampuan Mengapresiasi Puisi
Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kecakapan atau kesanggupan dalam menilai, menanggapi, dan menghayati dengan cara membaca puisi secara langsung.
Dalam hal ini, penulis akan menilai kemampuan mengapresiasi puisi dari segi tema, amanat, nada, perasaan, amanat, serta majas untuk mengungkapkan kompetensi bersastra dalam kemampuan mengapresiasi puisi peserta didik.




BAB III
METODE PENELITIAN
3.1       Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penulis menggunakan metode tersebut karena untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan apresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
3.2       Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini hanya terdiri dari satu variabel, yaitu kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
3.2.1    Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel penelitian ini adalah kemampuan mengapresiasi puisi. Yang dimaksud dengan kemampuan mengapresiasi puisi dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kemampuan siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur dalam mengapresiasi puisi yang ditandai dengan indikator yang meliputi tema/pokok persoalan yang dikemukakan penyair (sense),  perasaan penyair/rasa (feeling), nada (tone), amanat atau tujuan penyair menciptakan puisi yang disajikan, serta penggunaan majas dalam syair puisi. Berdasarkan indicator tersebut, pengujiannya menggunakan bentuk tes esai  yang diwujudkan dalam bentuk skor.
3.2.2    Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur diukur dengan memberikan tes kepada siswa. Tes yang diberikan berbentuk tes esai. Siswa memperhatikan sebuah tayangan puisi dan menyimaknya dengan memperhatikan indikator yakni tema, amanat, nada, perasaan, amanat, serta majas. Selanjutnya siswa diberikan tes esai seputar indikator tersebut.
3.3       Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
3.3.1    Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswa kelas VII Semester Genap  MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari satu kelas. Secara lengkap informasi mengenai populasi disajikan pada tabel berikut:




Tabel 1
Siswa Kelas VII Semester Genap
MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur
Tahun Pelajaran 2012/2013
No.
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
VII
11
17
28
Sumber : data sekolah
3.3.2    Sampel
Cara penetapan sampel penelitian ini, penulis berpatokan kepada pendapat Arikunto (2006:134) yakni apabila subjek kurang dari 100 maka diambil semua, selanjutnya bila subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Mengacu pada pendapat di atas maka penulis menetapkan sampel penelitian ini adalah seluruh populasi atau total sampling yang berjumlah 28 siswa.
3.3.3    Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling, karena populasi kurang dari 100 siswa. Dengan demikian, dalam penelitian ini sebanyak 28 siswa.
3.4       Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penugasan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data variabel kemampuan siswa dalam mengapresiasi puisi dan digunakan beberapa teknik pelengkap sebagai teknik penunjang.
3.4.1    Teknik Pokok
Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes penugasan yang terdiri dari 5 soal yang berkenaan dengan dengan apresiasi puisi, meliputi tema, amanat, nada, perasaan, amanat, serta majas. Teknik ini diharapakan dapat mengungkapkan data variabel.
3.4.2    Teknik Pelengkap
Tujuan teknik pelengkap ini adalah untuk melengkapi data-data yang tidak dapat diungkapkan pada teknik pokok. Teknik pelengkap yang digunakan adalah sebagai berikut.
3.4.2.1 Teknik observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan belajar di kelas VII semester genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah, Muarajaya, Sukadana, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.4.2.2 Teknik kepustakaan
Teknik ini digunakan untuk mengkaji teori-teori yang mendukung penelitian ini agar penelitian ini dapat dicapai tujuan yang diharapkan.
3.4.2.3 Teknik dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah siswa, guru dan pimpinan sekoah serta data tentang sarana dan prasarana sekolah.
3.5       Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan satu instrumen, yaitu dengan menugaskan siswa dalam bentuk tugas esai. Tugas tersebut mengenai apresiasi puisi dengan aspek yang dinilai adalah tema, amanat, rasa, nada, dan majas.
Instrumen penelitian ini dikerjakan oleh siswa kelas VII semester genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah dalam waktu 45 menit. Dengan instrumen penelitian ini, akan diketahui tingkat kemampuan apresiasi puisi.
Instrumen Tes
Kemampuan Mengapresiasi Puisi “Do’a” Karya Chairil Anwar
Kelas : VII Semester Genap MTs. Ma’Arif 19 Assalamah Muarajaya, Sukadana, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013
Waktu : 45 menit.
Petunjuk :
Ø  Tulislah nama Anda, kelas, mata pelajaran pada sudut kanan atas lembar jawaban!
Ø  Simak dan bacalah puisi “Do’a” Karya Chairil Anwar.
Ø  Jawablah pertanyaan dengan benar.
1.      Apakah tema dari puisi tersebut?
2.      Apa pesan yang terkandung dalam puisi tersebut?
3.      Bagaimanakan nada yang terdapat dalam puisi tersebut?
4.      Bagaimanakah penyair dalam menggungkapkan perasaannya dalam puisi?
5.       Apa sajakah majas yang terdapat dalam puisi tersebut?

3.6       Teknik Analisis Data
Teknik analisis di dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.
1)      Mengumpulkan dari sampel yang ditetapkan berupa lembar jawaban.
2)      Mengklasifikasikan dan mengidentifikasikan ketepatan dalam mengapresiasi puisi.
3)      Aspek-aspek yang dinilai meliputi tema, amanat, nada, perasaan, amanat, dan majas.
4)      Hasil lembar kerja siswa dikoreksi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan tersebut.
Tabel 2
Indikator dan Deskriptor
Kemampuan mengapresiasi Puisi siswa kelas VII semester Genap
MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya, Sukadana, Lampung Timur

No
Indicator
Kualitatif
Skor
Deskripsi
1
Tema
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
20
15
10
5
Tema sangat tepat
Tema tepat
Tema cukup tepat
Tema kurang Tepat
2
Amanat
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
20
15
10
5
Amanat sangat tepat
Amanat tepat
Amanat cukup tepat
Amanat Kurang Tepat
3
Nada
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
20
15
10
5
Nada sangat tepat
Nada tepat
Nada cukup tepat
Nada kurang Tepat
4
Rasa
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
20
15
10
5
Rasa sangat tepat
Rasa tepat
Rasa cukup tepat
Rasa kurang Tepat
5
Majas
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
20
15
10
5
Majas sangat tepat
Majas tepat
Majas cukup tepat
Majas kurang Tepat
Suber : Nurgiantoro (2012:253)
5)      Setelah dikoreksi berdasarkan indikator penilaian, maka skor yang diperoleh setiap indikator dijmlah.
6)      Menghitung persentase ketepatan dalam mengapresiasi puisi dengan rumus:
 x 100%
umber : Arikunto, 2002: 242

7)      Dari hasil perhitungan data tingkat kemampuan siswa tersebut, kemudian dicocokkan kedalam nilai pada tabel.

Tabel 3
Tolok ukur penilaian

Angka 100
Huruf
Keterangan
80 – 100
A
Baik sekali
66 – 79
B
Baik
56 – 65
C
Cukup
40 – 55
D
Kurang
30 – 39
E
Sangat kurang
Sumber : Arikunto, 2002: 251

DAFTAR PUSTAKA
Kosasih. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Perca
Nurgiyantoro. Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran Bahasa.Yogyakarta : BPFE
Pradopo, Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu
Safari. 2002. Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Remaja Rosdakarya
Tarigan, Henry Guntur. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Waluyo, Herman J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press\

No comments:

Post a Comment