BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Kemampuan mengapresiasi puisi merupakan
kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap lulusan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau Sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs.). Dengan memiliki kemampun tersebut, banyak manfaat
yang diperoleh siswa. Diantaranya, siswa memiliki wawasan yang memadai tentang
sastra, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan, dan kemampuan
berbahasa, serta bersikap positif terhadap nilai sastra dan mampu mengembangkan wawasan, kemampuan
dan sikap positifnya lebih lanjut. Hal tersebut sejalan dengan peraturan
Depdiknas (2002) dinyatakan bahwa pembelajaran sastra dimanfaatkan untuk
mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
Kesusastraan adalah bidang yang termasuk
ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia di samping kebahasaan. Materi yang
tercakup dalam kesusastraan adalah puisi, prosa, dan drama. Materi sastra tersebut tujuannya adalah agar para siswa memperoleh dan
memiliki pengalaman berapresiasi sastra secara langsung. Hal tersebut,
sejalan dengan kurikulum, karena di dalam kurikulum pokok bahasan yang termasuk
di dalam pelajaran apresiasi sastra adalah puisi, prosa, dan drama.
Salah satu materi apesiasi sastra yang
menjadi bahan pembelajaran di sekolah adalah puisi. Saat ini banyak ilmu pengetahuan tentang
puisi yang lalai dalam perhatian siswa sehingga
bentuk apresiasi terhadap puisipun masing sangat jarang dilakukan. Oleh karena
itu, Enderson (dalam Tarigan, 2011:3) berucap bahwa “puisi mengajarkan sebanyak
mungkin dengan kata-kata yang sedikit mungkin”, benar-benar meresap ke dalam
hati sanubari kita serta mempertinggi taraf apresiasi kita terhadap puisi pada
khususnya, terhadap sastra, seni, dan hidup ini pada umumnya.
Mengacu pada ujaran Enderson tersebut, jelas bahwa
tidak semata-mata kita perlu mengetahui materi dasar tentang puisi, tetapi juga
perlu dibutuhkan bentuk apresiasi terhadap puisi karena walaupun puisi menggunakan
kata-kata yang sedikit, tetapi mengajarkan banyak hal, langsung dapat mengenai
hati sanubari bagi pembaca, pendengar ataupun penikmat puisi itu sendiri.
Matthew Arnold (dalam Tarigan, 2011:2) mengemukakan
bahwa “puisi adalah satu-satunya cara yang paling indah, impresif, dan yang
paling efektif untuk mendedangkan sesuatu” maka alangkah sayangnya bila kita
tidak memanfaatkan cara tersebut, atau paling tidak mengetahui seluk-beluk,
cara mempergunakan serta memanfaatkannya untuk mengungkapkan sesuatu.
Walaupun sulit memberi batasan puisi yang memuaskan
segala pihak, namun dengan mengetahui apa sebenarnya puisi itu, bagaimana cara
memahami puisi, cara menikmati dan menilai puisi, mengetahuan tentang
jenis-jenis puisi serta cara apresiasi terhadap puisi, maka terbukalah jalan
bagi kita untuk mengerti, menikmati dan menguasai puisi itu. Dengan kata lain,
hal-hal yang telah terutarakan di atas dapat menanamkan dan menumbuhkan
apresiasi kita terhadap puisi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik mengadakan
penelitian dengan judul “Kemampuan Mengapresiasi Puisi Siswa Kelas VII Semester
Genap MTs. Ma”arif 19 Assalamah
Muarajaya Sukadana Lampung Timur”.
1.2
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut.
1. Siswa
belum mampu mengapresiasi puisi dengan baik siswa kelas VII Semester Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana
Lampung Timur.
2. Siswa
belum mampu menghayati pembacaan puisi dengan baik siswa kelas VII Semester
Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah
Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
3. Siswa
belum mampu memparafrase puisi dengan baik siswa kelas VII Semester Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana
Lampung Timur.
4. Ssiswa
belum mampu memahami isi puisi dengan baik siswa kelas VII Semester Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana
Lampung Timur.
1.3
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka
masalah dalam penelitian dibatasi sebagai berikut: “Kemampuan mengapresiasi
puisi siswa kelas VII Semester Genap MTs.
Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur”.
1.4
Perumusan
Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Bagaimanakah
tingkat kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana
Lampung Timur?
2. Apakah
yang menjadi kendala dalam mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester
Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah
Muarajaya Sukadana Lampung Timur?
1.5
Tujuan
dan Kegunaan Penelitian
1.5.1
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan :
1. Untuk
mengetahui tingkat kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester
Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah
Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
2. Untuk
mengatasi kendala dalam mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana
Lampung Timur.
1.5.2
Kegunaan
Penelitian
1. Penelitian
ini berguna untuk siswa, khususnya siswa kelas VII Semester Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana
Lampung Timur agar termotivasi dalam meningkatkan kemampuan mengapresiasi
puisi.
2. Penelitian
ini berguna bagi guru bidang studi bahasa Indonesia pada umumnya, khususnya
berguna bagi guru yang mengajarkan bahasa Indonesia di MTs. Ma’arif 19
Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran mengapresiasi sastra, yakni apresiasi puisi.
3. Penelitian
ini berguna untuk memberikan informasi pada pihak pimpinan sekolah di MTs.
Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur terhadap kemampuan
mengapresiasi puisi dan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun rencana
pembelajaran selanjutnya.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kemampuan mengapresiasi
puisi siswa kelas VII Semester Genap
MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
1.6.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII
Semester Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah
Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
1.6.3 Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilaksanakan di MTs. Ma’arif 19
Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
1.6.4 Waktu Penelitian
Waktu penelitian pada semester genap tahun pelajaran
2012/2013.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian
Puisi
Puisi
adalah bentuk karya sastra yang tersaji secara monolog, menggunakan kata-kata
yang indah dan kaya akan makna. Keindahan puisi ditentukan oleh diksi, majas,
rima, dan iramanya. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi
disebabkan oleh pemadatan segala unsur bahasa (Kosasih, 2008:31).
Menurut Waluyo (2010:29), Puisi adalah bentuk karya
sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan
disusun dengan mengkosentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkosentrasian
struktur fisik dan struktur batinnya.
Secara sederhana pengertian puisi itu adalah
membangun, menyebabkan, menimbulkan dan menyair. Maka sederhana itu
dikembangkan dan menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun
menurut irama, sajak, dan kata-kata kiasan (Purba, 2010:11).
Djoko Pradopo (2012:7) mengemukakan bahwa puisi itu
mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang
imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu
yang penting, yang direkam dan diekspresikan dinyatakan dengan menarik dan
member kesan. Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia
yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.
Berdasarkan pendapat para pakar tentang definisi
puisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa puisi adalah salah satu karya
sastra dengan susunan kata-kata berirama sehingga terlihat estetis, dan
pembaca/pendengarnya dapat menyelami keindahan kata-kata puitis itu serta
menikmati bahasa yang imajinatif untuk
memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata tersebut.
2.2
Jenis-Jenis
Puisi
Menurut Kosasih
(2008:40), puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasannya terbagi
menjadi tiga jenis .
1. Puisi Naratif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau
penjelasan penyair. Puisi ini terbagi menjadi beberapa macam, yakni balada dan romansa. Balada adalah
puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa atau tokoh pujaan. Romansa adalah jenis puisi cerita yang
menggunakan bahasa romantis yang berisi kisah percintaan yang diselingi oleh
perkelahian dan petualangan.
2. Puisi Lirik
Puisi lirik terbagi menjadi tiga macam,
yaitu elegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan
perasaan duka, misalnya “Elegi Jakarta” karya Asrul Sani yang mengungkapkan
perasaan duka penyair di Kota Jakarta.
Serenada adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan.
Ode
adalah puisi yang berisi pemujaan terhadap seseorang, suatu hal, atau suatu
keadaan. Pemujaan yang banyak ditulis ialah pemujaan terhadap tokoh-tokoh yang
dikagumi.
3. Puisi Deskriptif
Dalam jenis puisi
deskriptif, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa,
benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatiannya. Puisi yang termasuk
puisi deskriptif adalah satire, puisi
yang bersifat kritik sosial dan puisi impresionistik.
Satire
adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu
keadaan, tetapi dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Puisi
kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair
terhadap keadaan atau diri seseorang, tetapi dengan cara membeberkan
kepincangan atau ketidakberesan keadaan/orang tersebut. Kesan penyair juga
dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan
(impresi) penyair terhadap suatu hal.
2.3
Struktur
Puisi
Menurut Waluyo, (2010:29) Sebuah puisi adalah sebuah
struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun. Unsur-unsur tadi dinyatakan
bersifat pada karena tidak dapat dipisahkan tanpa mengaitkan unsur yang
lainnya. Unsur-unsur itu bersifat fungsional dalam kesatuannya dan juga
bersifat fungsional terhadap unsur lainnya.
Apa yang kita lihat melalui bahasanya yang Nampak,
kita sebut struktur fisik puisi yang secara tradisional disebut bentuk atau
bahasa atau unsur bunyi. Sedangkan makna yang terkandung di dalam puisi yang
tidak secara langsung dapat kita hayati, disebut struktur batin atau struktur
makna. Kedua unsur itu disebut struktur karena terdiri atas unsur-unsur lebih kecil yang bersama-sama membangun
kesatuan sebagai struktur.
Struktur fisik sering kali disebut juga struktural
sintaksis puisi. Istilah ini memang tidak tepat sebab kesatuan unsur-unsur
kebahasaan dalam puisi tidak berbentuk structural sintaktik tetapi membentuk
baris-baris puisi. Oleh karena itu, penulis merasa sebutan fisik lebih tepat.
Sedangkan struktur batin seringkali disebut struktur tematik atau struktur
semantic. Penanaman tersebut kurang tepat juga, oleh sebab itu penulis
menggunakan istilah struktur batin akrena berisi ungkapan batin penulisnya.
Struktur batin puisi terdiri atas tema, nada,
perasaan, dan amanat. Sedangkan struktur fisik puisi terdiri atas diksi,
pengimajinasian, kata konkret, majas, verifikasi, dan tipografi puisi.
Sejalan dengan pendapat Waluyo di atas, Kosasih
(2008:32) membagi unsur-unsur puisi menjadi dua macam, yakni struktur fisik dan
struktur batin.
1.
Unsur
Fisik
Unsur fisik meliputi
hal-hal berikut ini.
a. Diksi (Pemilihan Kata)
Kata-kata
yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang sangat cermat.
Kata-katanya merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya, maupun
hubungan kata dengan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Kata-kata memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam puisi. Kata-kata dalam puisi bersifat
konotatif. Makna kata-kata itu mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih
hendaknya bersifat puitis yang mempunyai efek keindahan. Bunyinya harus indah
dan memiliki keharmonisan dengan kata-kata lainnya.
b. Pengimajian
Pengimajinasian
dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan
khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah
merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Secara keseluruhan, penyair dalam puisi itu
menggambarkan gerak alam, seperti hembusan angin, permainan air, dan bintang
bersinar. Dengan penggambaran yang cukup jelas itu, pembaca seakan-akan ikut
menyaksikan girang dan kemilaunya. suasana alam itu dan keadaan hati Kelana
yang tengah bersedih.
c. Kata Konkret
Untuk membangkitkan imajinasi pembaca, kata-kata
harus diperkonkret atau diperjelas. Jika penyair mahir memperkonkret kata,
pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh
penyair. Pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang
dilukiskan oleh penyair.
d. Bahasa Figuratif (Majas)
Majas (figurative language)
adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara
membandingkannya dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau menyamakan
sesuatu dengan hal lain.
e. Rima/Ritma
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan
adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkannya a pun lebih
kuat, seperti petikan sajak berikut ini: Dan
angin mendesah/mengeluh mendesah. Di samping rima, dikenal pula istilah ritma yang diartikan sebagai pengulangan
kata, frase. atau kalimat dalam bait-bait puisi.
f. Tata Wajah (Tipografi)
Tipografi merupakan pembeda yang penting
antara puisi, prosa, dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf,
tetapi bait.
2. Unsur Batin
Ada empat unsur batin puisi, yakni tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair
terhadap pembaca (tone), dan amanat (intention).
a. Tema
Tema puisi merupakan gagasan utama penyair dalam
puisinya. Tema puisi dapat
diklasifikasikan menjadi lima kelompok – mengikuti isi Pancasila, yaitu tema
ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat, dan keadilan
sosial.
1) Tema
Ketuhanan
Puisi
dengan tema ketuhanan antara lain menggambarkan pengalaman batin, keyakinan,
atau sikap penyair terhadap Tuhan. Nilai-nilai ketuhanan dalam puisi akan
tampak pada pilihan kata, ungkapan, atau lambang.
2) Tema
Kemanusiaan
Puisi
bertema kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud
meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.
Perbedaan kekayaan, pangkat, dan kedudukan tidak boleh menjadi sebab adanya
perbedaan perlakuan.
3) Tema
Patriotisme/Kebangsaan
Puisi
bertema patriotisme/kebangsaan antara lain melukiskan perjuangan merebut
kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah.
Tema kebangsaan bisa pula berwujud pesan-pesan penyair dalam membina persatuan
bangsa atau rasa cinta akan tanah air.
4) Tema
Kedaulatan Rakyat
Puisi
ini biasanya mengungkapkan penindasan dan kesewenang-wenangan terhadap rakyat.
5) Tema
Keadilan Sosial
Puisi
bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau
kesenjangan sosial.
b. Perasaan
Puisi merupakan karya sastra yang paling
mewakili ekspresi perasaan penyair. Ekspresi dapat berupa kerinduan,
kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau Sang Khalik. Jika penyair
hendak mengagungkan keindahan alam, sebagai sarana ekspresinya ia akan
memanfaatkan majas dan diksi yang mewakili dan memancarkan makna keindahan
alam.
c. Nada dan Suasana
Dalam menulis puisi,
penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui,
menasihati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu
kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi. Adapun suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa
pembaca.
Nada dan suasana puisi
saling berhubungan. Nada puisi menimbulkan suasana tertentu terhadap
pembacanya. Nada duka yang diciptakan oleh penyair dapat menimbulkan suasana
iba di hati pembaca. Nada kritik yang diberikan penyair dapat menimbulkan
suasana penuh pemberontakan bagi pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana
khusyuk.
3. Amanat
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat
ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. Tujuan/amanat
merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat
tersirat di balik kata-kata yang disusun dari tema yang diungkapkan. Amanat
yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran
penyair, tetapi lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikannya.
Berdasarkan kedua pendapat di atas yang saling
memiliki keterkaitan maka dapat disimpulkan bahwa struktur puisi terdiri atas
dua unsur pokok meliputi struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik
puisi terdiri atas diksi, pengimajinasian, kata konkret, majas, verifikasi, dan
tipografi puisi sedangkan struktur batin puisi terdiri atas tema, nada,
perasaan, dan amanat.
2.4
Langkah-Langkah
dalam Pemahaman Puisi
1. Struktur
Karya Sastra
Pada
tahap pertama, kita harus memahami struktur karya sastra secara umum. Apakah
puisi ini berstruktur sebagai puisi lama, baru, Angkatan 45, ataukah puisi
kontemporer. Penelaah memahami bait-bait dan lirik-lirik, serta memahami secara
global tema apakah yang dikemukakan oleh penyair.
2. Penyair
dan Kenyataan Sejarah
Untuk
melengkapi pemahaman secara global karya sastra yang telah kita telaah, maka
kita bahas siapakah penyairnya, bagaimana aliran filsafat, corak khas yang
menjadi cirri dari jaman penyair itu berkarya, kata-kata dan ungkapan khusus
yang berhubungan dengan penyair, aliran, filsafat, dan jaman saat puisi itu
diciptakan. Dengan dilengkapi data tentang penyair dan kenyataan sejarah ini,
totalitas puisi akan mudah diinterpretasikan.
3. Telaah
Unsur-Unsur
Struktur
fisik dan struktur batin puisi ditelaah unsur-unsurnya. Kedua struktur itu
harus mempunyai kepaduan dalam mendukung totalitas puisi. Telaah ini menyangkut
telaah unsur-unsur yang sekecil-kecilnya. Ditelaah bagaimana struktur fisik
digunakan untuk mengungkapkan struktur batin dan bagaimana struktur batin ditemukan.
Telaah yang demikian menghasilkan pembahasan puisi secara lebih mendalam.
a) Struktur
fisik. Dalam telaah strukutur fisik dibahas bagaimana kecakapan/kreativitas
penyair dalam menciptakan puisi. Maka struktur fisik disebut disebut pula
metode puisi. Ditelaah bagaimana penyair memilih, mengurutkan, dan member
sugesti kata (diksi); bagaimana penyair menciptakan imajinasi; bagaimana
kata-kata diperkonkret, bagaimana penyair menciptakan lambing dan kiasan
(majas); bagaimana versifikasi dalam puisi itu; dan bagaimana penyair menyusun
tata wajah puisi. Telaah struktur fisik tidak dapat dilepaskan dengan telaah
struktur batin. Dapat juga ditelaah hubungan antara struktur fisik dengan
tuntutan pengucapan batin penyair.
b)
Struktur batin. Semua unsure struktur fisik
digunakan penyair untuk mengungkapkan tema dan amanat yang hendak
disampaikannya. Dengan kata lain, struktur fisik dan struktur batin atau
struktur tematik dan struktur isntaktk tida dapat dipisahkan satu sama lain.
Kemampuan memahami struktur fisik secara mendalam dan canggih memungkinkan
pembaca memiliki kemampuan menghayati makna yang hendak disampaikan oleh
penyair karena tema, perasaan, nada dan amanat disampaikan melalyi struktur
fisik puisi.
Adanya jalinan antara struktur
fisik dan struktur batin yang begitu kuat, menyebabkan perlunya pembaca puisi
memahami kedua struktur ini secara bersama-sama. Tingkat pemikiran, luapan rasa
hati penyairm dan tingkat imajinasi (pengalaman) penyair, diungkapkan dengan
metode atau teknik pengucapan khas milik penyair. Nilai artistic sebuah karya
sastra tertelak dari tepat tidaknya penyair mengungkapkan struktur batinnya ke
dalam struktur fisik (teknik). Jika takarannya tepat, akan terasa ada
keharmonisan antara kedua struktur itu. Keharmonisan antara kedua struktur itu
tidak bersifat statis. Pembaca menghendaki sesuatu yang baru. Oleh sebab itu,
factor kreativitas penyair juga ikut berperan dalam menentukan nilai artistic
sebuah puisi. Jadi, struktur batin dan gaya pengucapan disampaikan lewat bahasa
penyair merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling menentukan.
4. Sintetis
dan Interpretasi
Setelah
menelaah secara mendalam struktur puisi hingga ke unsur-unsurnya, kemudian kita
dapat mensintesiskan telaah kita itu. Sintesis itu dapat berwujud jawaban atas pertanyaan
sebagai berikut. 1) apakah amanat (pesan) yang hendak disampaikan penyair? 2)
Mengapa penyair menggunakan bahasa yang demikian (hubungannya dengan perasaan
dan nada? 3) Apakah arti karya tersebut bagi kita (peneliti)? 4) Bagaimana
sikap Anda terhadap apa yang dikemukakan penyair? 5) Bagaimana penyair
menciptakan puisi itu, apakah cukup mahir?.
2.5
Menikmati
dan Menilai Puisi
Apabila kita menikmati dan menilai puisi, berarti
kita telah mengetahui di mana letak keindahannya dan mempertinggi taraf apresiasi
kita terhadap puisi.
Orang yang telah dapat menikmati sesuatu pada
prinsipnya telah dapat memberi penilaian baik-buruknya, indah-tidaknya sesuatu
itu dan lebih jauh lagi telah menjadi seorang kritikus kecil-kecilan. Kita
telah sama mengetahui bahwa kritikus adalah “orang yang pekerjaannya mengamati
dengan teliti, memperbandingkan dengan tepat serta mempertimbangkan dengan adil
baik-buruknya kualitas, nilai, kebenaran sesuatu.”(Tarigan, 2011:62). Hubungan
antara apresiasi dan kritik sangat erat. Semakin tinggi taraf apresiasi
seseorang maka akan semakin tinggi pula daya kritisnya. Seseorang tidak akan
mungkin menjadi seorang kritikus – apalagi kritikus terkenal – kalau dia tidak
mempunyai taraf apresiasi yang tinggi, yaitu “penaksiran kualitas serta pemberian
nilai yang wajar terhadap sesuatu berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang
jelas dan sadar serta kritis” terhadap sesuatu (Tarigan, 2011:62).
Jika uraian di atas tidak kita manfaatkan untuk
mempertinggi taraf apresiasi puisi kita, maka sangat disayangkan.
Untuk memaknai puisi,
kamu dapat melakukannya dengan langkah-langkah berikut ini.
1.
Pahami bentuk puisi, bait-bait, dan
lirik-lirik. Selain itu, secara global pahami tema yang dikemukakan oleh
penyair dalam puisi itu.
2.
Untuk melengkapi pemahaman global
terhadap puisi, kita perlu menelaah penyair dan latar belakang penciptaan
puisi. Dengan kedua data tersebut, totalitas makna puisi akan lebih mudah
ditafsirkan.
3.
Telaah unsur-unsur struktur fisik dan
struktur batin puisi. Kedua struktur itu harus mempunyai kepaduan dan mendukung
totalitas makna puisi. Telaah ini berfokus pada penafsiran makna puisi hingga
unsur yang sekecil-kecilnya. Telaah pula cara penggunaan struktur fisik untuk
mengungkapkan struktur batin dan pengemukaan struktur batin. Telaah yang
demikian akan menghasilkan pemahaman puisi secara mendalam.
4.
Setelah menelaah dan mendalami struktur
puisi hingga unsure-unsurnya, kita merumuskan simpulannya.
2.6
Apresiasi
Puisi
Nurgiantoro (2012:456)mengatakan bahwa apresiasi adalah
“membaca karya sastra secara langsung”.
Apresiasi sastra adalah penaksiran kualitas karya
sastra serta pemberian nilai yang wajar kepadanya berdasarkan pengamatan dan
pengalaman yang jelas, sadar, serta kritis. (Tarigan, 2011:236).
Pada prinsipnya apresiasi bahasa dan sastra
Indonesia adalah menyangkut kemampuan merasakan, menanggapi, dan menghayati
bahasa dan sastra (Safari,2002:134).
Berdasarkan
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan
menilai, menghargai, merasakan dengan dihayati sebuah cipta atau karya sastra
dengan cara membaca karya sastra secara langsung sehingga mampu menanggapi
karya sastra tersebut.
Di dalam
kurikulum, pokok bahasan yang termasuk di dalam pembelajaran apresiasi sastra/
bahasa adalah puisi, prosa, drama, sejarah sastra, pokok dan tokok, sastra
terjemahan, kritik dan esai.
Dalam hal
ini, penulis akan menggunakan puisi sebagai pokok bahasan dalam pembelajaran
apresiasi sastra. Oleh karena itu, apresiasi puisi adalah kegiatan menilai, mengkritisi,
menghargai, merasakan, menghayati puisi dengan cara membaca atau menyimak puisi
secara langsung sehingga timbulah tanggapan dari puisi tersebut.
2.7
Kemampuan
Mengapresiasi Puisi
Kemampuan mengapresiasi puisi adalah kecakapan atau
kesanggupan dalam menilai, menanggapi, dan menghayati dengan cara
membaca puisi secara langsung.
Dalam hal ini, penulis akan menilai kemampuan
mengapresiasi puisi dari segi tema, amanat, nada, perasaan, amanat, serta majas
untuk mengungkapkan kompetensi bersastra dalam kemampuan mengapresiasi puisi
peserta didik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif kualitatif. Penulis menggunakan metode tersebut karena untuk
mendeskripsikan tingkat kemampuan apresiasi puisi siswa kelas VII Semester
Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah
Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini hanya terdiri dari
satu variabel, yaitu kemampuan mengapresiasi puisi siswa kelas VII Semester
Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah
Muarajaya Sukadana Lampung Timur.
3.2.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel penelitian ini adalah
kemampuan mengapresiasi puisi. Yang dimaksud dengan kemampuan mengapresiasi
puisi dalam penelitian ini adalah kesanggupan atau kemampuan siswa kelas VII
Semester Genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah
Muarajaya Sukadana Lampung Timur dalam mengapresiasi puisi yang ditandai dengan
indikator yang meliputi tema/pokok persoalan yang dikemukakan penyair
(sense), perasaan penyair/rasa
(feeling), nada (tone), amanat atau tujuan penyair menciptakan puisi yang
disajikan, serta penggunaan majas dalam syair puisi. Berdasarkan indicator
tersebut, pengujiannya menggunakan bentuk tes esai yang diwujudkan dalam bentuk skor.
3.2.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dalam kemampuan mengapresiasi
puisi siswa kelas VII Semester Genap
MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur diukur dengan
memberikan tes kepada siswa. Tes yang diberikan berbentuk tes esai. Siswa
memperhatikan sebuah tayangan puisi dan menyimaknya dengan memperhatikan
indikator yakni tema, amanat, nada, perasaan, amanat, serta majas. Selanjutnya
siswa diberikan tes esai seputar indikator tersebut.
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswa
kelas VII Semester Genap MTs. Ma’arif 19
Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung Timur yang berjumlah 28 siswa yang terdiri
dari satu kelas. Secara lengkap informasi mengenai populasi disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 1
Siswa Kelas VII Semester Genap
MTs. Ma’arif 19 Assalamah Muarajaya Sukadana Lampung
Timur
Tahun Pelajaran 2012/2013
No.
|
Kelas
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
|
VII
|
11
|
17
|
28
|
Sumber : data sekolah
3.3.2 Sampel
Cara penetapan sampel penelitian ini, penulis
berpatokan kepada pendapat Arikunto (2006:134) yakni apabila subjek kurang dari
100 maka diambil semua, selanjutnya bila subjeknya besar dapat diambil antara
10-15% atau 20-25% atau lebih. Mengacu pada pendapat di atas maka penulis
menetapkan sampel penelitian ini adalah seluruh populasi atau total sampling yang
berjumlah 28 siswa.
3.3.3 Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total
sampling, karena populasi kurang dari 100 siswa. Dengan demikian, dalam
penelitian ini sebanyak 28 siswa.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik penugasan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data variabel kemampuan
siswa dalam mengapresiasi puisi dan digunakan beberapa teknik pelengkap sebagai
teknik penunjang.
3.4.1 Teknik Pokok
Teknik pokok yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik tes penugasan yang terdiri dari 5 soal yang berkenaan dengan
dengan apresiasi puisi, meliputi tema, amanat, nada, perasaan, amanat, serta
majas. Teknik ini diharapakan dapat mengungkapkan data variabel.
3.4.2 Teknik Pelengkap
Tujuan teknik pelengkap ini adalah untuk melengkapi
data-data yang tidak dapat diungkapkan pada teknik pokok. Teknik pelengkap yang
digunakan adalah sebagai berikut.
3.4.2.1 Teknik observasi
Teknik observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan
belajar di kelas VII semester genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah, Muarajaya,
Sukadana, Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013.
3.4.2.2 Teknik kepustakaan
Teknik ini digunakan untuk mengkaji teori-teori yang
mendukung penelitian ini agar penelitian ini dapat dicapai tujuan yang
diharapkan.
3.4.2.3 Teknik dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang
jumlah siswa, guru dan pimpinan sekoah serta data tentang sarana dan prasarana
sekolah.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menggunakan satu instrumen,
yaitu dengan menugaskan siswa dalam bentuk tugas esai. Tugas tersebut mengenai
apresiasi puisi dengan aspek yang dinilai adalah tema, amanat, rasa, nada, dan
majas.
Instrumen penelitian ini dikerjakan oleh siswa kelas
VII semester genap MTs. Ma’arif 19 Assalamah dalam waktu 45 menit. Dengan
instrumen penelitian ini, akan diketahui tingkat kemampuan apresiasi puisi.
Instrumen Tes
Kemampuan Mengapresiasi Puisi
“Do’a” Karya Chairil Anwar
Kelas
: VII Semester Genap MTs. Ma’Arif 19 Assalamah Muarajaya, Sukadana, Lampung
Timur Tahun Pelajaran 2012/2013
Waktu : 45 menit.
Petunjuk :
Ø Tulislah
nama Anda, kelas, mata pelajaran pada sudut kanan atas lembar jawaban!
Ø Simak
dan bacalah puisi “Do’a” Karya Chairil Anwar.
Ø Jawablah
pertanyaan dengan benar.
1. Apakah
tema dari puisi tersebut?
2. Apa
pesan yang terkandung dalam puisi tersebut?
3. Bagaimanakan
nada yang terdapat dalam puisi tersebut?
4. Bagaimanakah
penyair dalam menggungkapkan perasaannya dalam puisi?
5. Apa sajakah majas yang terdapat dalam puisi
tersebut?
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis di dalam penelitian ini menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut.
1) Mengumpulkan
dari sampel yang ditetapkan berupa lembar jawaban.
2) Mengklasifikasikan
dan mengidentifikasikan ketepatan dalam mengapresiasi puisi.
3) Aspek-aspek
yang dinilai meliputi tema, amanat, nada, perasaan, amanat, dan majas.
4) Hasil
lembar kerja siswa dikoreksi sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
tersebut.
Tabel 2
Indikator dan Deskriptor
Kemampuan mengapresiasi Puisi siswa
kelas VII semester Genap
MTs. Ma’arif 19 Assalamah
Muarajaya, Sukadana, Lampung Timur
No
|
Indicator
|
Kualitatif
|
Skor
|
Deskripsi
|
1
|
Tema
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
20
15
10
5
|
Tema sangat tepat
Tema tepat
Tema cukup tepat
Tema kurang Tepat
|
2
|
Amanat
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
20
15
10
5
|
Amanat sangat tepat
Amanat tepat
Amanat
cukup tepat
Amanat Kurang Tepat
|
3
|
Nada
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
20
15
10
5
|
Nada sangat tepat
Nada tepat
Nada cukup tepat
Nada kurang Tepat
|
4
|
Rasa
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
20
15
10
5
|
Rasa sangat tepat
Rasa tepat
Rasa cukup tepat
Rasa kurang Tepat
|
5
|
Majas
|
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
|
20
15
10
5
|
Majas sangat tepat
Majas tepat
Majas cukup tepat
Majas kurang Tepat
|
Suber : Nurgiantoro
(2012:253)
5) Setelah
dikoreksi berdasarkan indikator penilaian, maka skor yang diperoleh setiap
indikator dijmlah.
6) Menghitung
persentase ketepatan dalam mengapresiasi puisi dengan rumus:
7) Dari hasil perhitungan data tingkat
kemampuan siswa tersebut, kemudian dicocokkan kedalam nilai pada tabel.
Tabel
3
Tolok
ukur penilaian
Angka
100
|
Huruf
|
Keterangan
|
80
– 100
|
A
|
Baik
sekali
|
66
– 79
|
B
|
Baik
|
56
– 65
|
C
|
Cukup
|
40
– 55
|
D
|
Kurang
|
30
– 39
|
E
|
Sangat
kurang
|
Sumber : Arikunto, 2002: 251
DAFTAR PUSTAKA
Kosasih.
2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Perca
Nurgiyantoro.
Burhan. 2012. Penilaian Pembelajaran
Bahasa.Yogyakarta : BPFE
Pradopo,
Rachmat Djoko. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Purba,
Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu
Safari.
2002. Pengujian dan Penilaian Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta:
Remaja Rosdakarya
Tarigan, Henry Guntur.
2001. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Waluyo,
Herman J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga: Widya Sari Press\
No comments:
Post a Comment