Saturday, 17 March 2012

Analisis Sinopsis


BAB I
 KUMPULAN DATA SINOPSIS

1.1 Prosa lama
1.1.1 Roman
Roman           : Sejarah
Judul               : Sang Jagoan Untung Surapati  (Santana)
Tokoh utamanya adalah Untung Suropati atau santana. Cerita roman ini dimulai di tepi Sungai Cikalong yang sunyi. Pasukan Pangeran Purbaya diminta untuk menyerahkan keris pada Vaandrig Kuffeler. Namun Pangeran Purbaya pantang menyerah dan tak mau menyerahkannya. Ketika suasana mulai tegang, pasukan belanda itu akan berperang dengan pasukan Pangeran Purbaya. Namun mampu di tenangkan oleh Santana. Pangeran Purbaya mau menyerahkan keris tetapi esok hari. Namun malamnya Pangeran Purbaya kabur dan pasukan Belanda tidak bisa menangkapnya. Santana adalah Untung. Untung adalah sosok jagoan. Ia menyamar menjadi Santana karena dia baru saja kabur dari sekapan Edeler Moor dengan membunuh penjaga penjara.Untung tak tahu istrinya, Suzana diasingkan ke sebuah pulau di luar Jakarta dan terus dipulangkan ke Amsterdam. Setelah diketahui pasukan Santana adalah pasukan Untung, timbulah cara licik yang ditempuh VOC. Moor, ayah Suzana didesak VOC untuk mengadakan hubungan dengan Untung. Janjinya sederhana, Moor akan merestui Suzana dan Untung, asal Untung mau menyerah. Untung memilih untuk menyelamatkan cintanya, Suzana istrinya dan Robert anaknya. Oleh VOC Untung dipercaya VOC memimpin pasukan Bali dan bertugas memadamkan pemberontakan pangeran Purbaya.
Namun akhirnya cintanya pada Suzana tetap kandas, Suzana meninggal karena patah hati di Amsterdam tak lama setelah kejadian di Cikalong, sementara Robert kemudian diangkat anak oleh keluarga Jacob Van Reijn.

1.1.2 Dongeng
Dongeng        : Mitos
Judul               : Mitos Seputar Gunung Bromo
Tokoh utama dalam mitos ini adalah Joko Seger dan Roro Anteng. Keduanya adalah titisan dewa yang dahulu turun ke bumi dan bersemayam di lereng Gunung Pananjakan, sekitar Gunung Bromo. Joko Seger  artinya Joko yang sehat dan kuat. Sedangkan Roro Anteng maksudnya lahir dengan tenang tanpa menangis. Keduanya menjalin kasih hingga akhirnya menikah.
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger. Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi.
Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumah tangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar di karuniai keturunan. Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya.
 Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
Kesuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib : ”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua. Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Hyang Widi di kawah Gunung Bromo. Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.

1.2 Prosa Baru
1.2.1 Novel 
Novel              : 80an
Judul               : Misteri Dian yang Padam
Tokoh utamanya adalah Dian Ambarwati, gadis asal Ngawi yang berusia 20 tahun. Datang ke Surabaya untuk memulai lembaran baru dalam hidupnya. Dua bulan setelah kepindahannya ia ditemui mati di bawah tanaman kolbanda di suatu tempat yang sepi oleh gelandangan. Seorang tuna wisma membungkuk di atas sesosok tubuh perempuan yang menelungkup itu di belakang lapangan tenis di Taman Aksara yang pada jam-jam pagi begitu masih sepi sekali.
Kapten polisi kosasih dan sahabatnya Gozali dibuat bingung, karena satu persatu orang yang mereka curigai ternyata mempunyai alibi yang kuat di kantor Ramanda tempat Dian bekerja.
Ternyata yang membunuh Dian adalah Sumarsono suami dari Frida Sumarsono. Sumarsono pergi diam-diam tanpa sepengetahuan istrinya. Pada malam itu dia membuat janji akan menjemput Dian di Pemondokan pukul 19:30 malam dan supaya tidak membuang-buang waktu.
Dian Ambarwati dimintanya sudah siap menunggu di luar. Dian yang masih polos tidak tahu bahwa ia diminta demikian karena Sumarsono tidak mau terlihat oleh orang lain yang ada di Pemondokan. Sumarsono mengakui bahwa ia membawa mobilnya ke jalan-jalan yang sepi dan ketika gadis itu tidak menduganya, dipukulnya sebuah pipa besi yang telah disiapkan di bawah tempat duduk mobilnya ke tengkuk gadis itu, dan Dian meninggal seketika itu juga.
Sumarsono melaksanakan perbuatan kejinya itu sekitar pukul 20:00 malam, lalu di jalan yang sepi itu jenazah Dian dipindahkan ke bagasi di belakang mobilnya dan ia kemudian pulang.
Ketika ia tiba di taman Aksara ia menemukan tempat yang ideal, jenazah Dian dibuangnya di sana, di bawah Taman Kolbanda yang lebat daun-daunnya sehingga tertutup dari pandangan mata. Pipa besinya juga dibuang di sungai yang tidak jauh dari situ. Lalu pulanglah Sumarsono ke rumahnya. Sekarang dengan sudah tertangkapnya Sumarsono, Saya mengharapkan semoga arwah Dian dapat diistirahatkan dengan tenang, kata Kosasih mengakhiri ceritanya.

1.2.2 Cerpen
Cerpen            : Agama
Judul               : Lima Bulan Menjelang Pernikahan, Membawanya ke Islam
Tokoh utamanya adalah Eric yang lima bulan sebelum hari pernikahannya dengan Karen menjadi seorang Muslim. Pengakuan Eric bagai petir di siang bolong buat Karen yang seperti warga Rusia lainnya, tidak menganut agama apapun alias ateis.
Eric, yang semula penganut Kristen Baptis, tapi kemudian menjadi seorang atheis, selama berbulan-bulan mempelajari Islam tanpa memberitahu Karen, hingga akhirnya ia memutuskan menjadi seorang Muslim.
Meski shock Karen tetap ingin melanjutkan rencana pernikahannya dengan Eric. Karen mengakui bahwa agama Islam memberikan penjelasan paling logis tentang Tuhan dan penciptaan alam semesta dan sulit bagi Karen membantahnya.
Karen akhirnya menikah dengan Eric. Ia masih terus mempelajari Islam dan untuk pertamakalinya ia mencoba menunaikan salat, saat suaminya bekerja di kantor. Ia belajar salat sendiri dari sebuah buku. Lalu Karen dan suaminya mulai sering melakukan pertemuan dengan komunitas Muslim untuk belajar Al-Quran. Hingga akhirnya, Karen membulatkan tekad untuk mengikuti jejak suaminya memeluk agama Islam. Karen pun mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang muslimah.
Tapi pilihan Karen membuat orang tuanya kaget ketika datang dengan mengenakan gaun panjang dan jilbab saat berkujung kerumah Ray Alfred dan Jane Barret yaitu orang tua Karen. Ibu Karen mengatakan bahwa ia tidak suka dengan jilbab yang digunakan puterinya. Karen memahami kegundahan kedua orang tuanya mendengar ia sudah menjadi seorang muslimah dan mengenakan busana muslim. Karena sendiri mengaku butuh waktu berbulan-bulan sebelum ia memutuskan untuk berjilbab.
Karen mengatakan, memeluk Islam telah membuatnya melihat kehidupan dengan cara pandang yang baru. Dari seorang yang tidak percaya Tuhan menjadi orang yang percaya Tuhan, rasanya sungguh luar biasa. Islam membuka mata saya terhadap banyak hal yang selama ini saya abaikan. Terutama, bahwa kehidupan adalah sebuah karunia.


BAB II
ANALISIS/PEMBAHASAN

2.1 Prosa Lama
 2.1.1 Roman
Roman             : Sejarah
Judul               : Sang Jagoan Untung Surapati  (Santana)
Unsur Intrinsik :
ü  Tema                                       : Nasionalisme
ü  Amanat                                   : Pantang menyerah terhadap penjajahan.
ü  Alur/Plot                                 : Campuran.
ü  Penokohan                              : Tokoh utama adalah Untung Suropati.
  Tokoh tambahan adalah Pangeran Purbaya,
   Edeler Moor, Suzana, rakyat dan pasukan
   Belanda.
ü  Setting/latar                             : Di tepi sungai Cikalong suasana sunyi,
  Di tikungan sungai Cikalong suasana
  tegang.
ü  Perwataakan                            : Santana » bijaksana, jagoan dan pemberani.
  Vaandirig Kuffeler » keras kepala.
  Rakyat » Pantang menyerah.
  Pasukan belanda » jahat.
ü  Point Of View                                    : Orang ketiga (serba tahu).
ü  Suspense dan Foreshadowing : Pasukan Untung melawan Belanda.
ü  Limited Fokus dan Unity       : Santana adalah Untung yang jagoan dan
  Bijaksana.
ü  Bahasa                                     : Bahasa Nasional, daerah dan asing.
ü  Gaya Bahasa dan Majas          : Hipalase “kesunyian terpecah oleh teriakan
  sengau”.
  Hiperbola“Suara keras membelah lembah”.
  Hipalase “kesombongannya runtuh”.
  Hiperbola “pestapora memunguti nyawa”.
  Hiperbola “darah yang tertumpah”.
  Metafora “ Kesabarannya diujung tanduk”.
Unsur Ekstrinsik : Nilai-nilai patriotisme dan kemanusiaan yaitu kematian dan penderitaan.

 2.1.2 Dongeng
Dongeng         : Mitos
Judul               : Mitos Seputar Gunung Bromo
Unsur Intrinsik :
ü  Tema                                       : Ketuhanan (Kepercayaan)
ü  Amanat                                   : Jangan suka ingkar janji.
ü  Alur/Plot                                 : Maju.
ü  Penokohan                              : Tokoh utama adalah Jaka Seger dan Rara
  Anteng.
  Tokoh tambahannya adalah warga suku
  Tengger.
ü  Setting/latar                             : Di sekitar Gunung Bromo.
ü  Perwataakan                            : Jaka Seger berwatak budiman,
  Namun Jaka Seger dan Rara Anteng ingkar
   janji.
ü  Point Of View                                    : Orang ketiga (Serba tahu).

ü  Suspense dan Foreshadowing : Rara anteng dan Jaka Seger sudah
  berumahtangga namun belum juga
  dikaruniai anak.
ü  Limited Fokus dan Unity       : Setelah bersemedi akhirnya pasangan Rara
  Anteng dan Jaka seger mendapat 25 orang
  putra-putri.
ü  Bahasa                                     : Bahasa Nasional.
ü  Gaya Bahasa dan Majas          : Majas Hipalase “Gunung Bromo diselimuti
  kabut putih”.
Unsur Ekstrinsik : Mengandung nilai-nilai jalan hidup seperti moral/akhlak/budi pekerti serta metafisika ketuhanan.

2.2 Prosa Baru
2.2.1 Novel
Novel               : 80an
Judul               : Misteri Dian yang Padam
Unsur Intrinsik :
ü  Tema                                       : Moral dan sifat manusiawi.
ü  Amanat                                   : Jangan melakukan hal-hal yang buruk pada
  diri sendiri maupun orang lain karena akan
  berakhir dengan penyesalan (kekecewaan).
ü  Alur/Plot                                 : Flashback.
ü  Penokohan                              : Tokoh utama adalah Dian Ambarwati.
  Tokoh tambahan yaitu Kosasih, Gozali.
  Antagonis yaitu Sumarsono.

ü  Setting/latar                             : Di kantor, di taman dan di pemondokan.
ü  Perwataakan                            : Dian Ambarwati » lugu.
  Sumarsono » Licik dan serakah.
ü  Point Of View                                    : Orang ketiga.
ü  Suspense dan Foreshadowing : Dian Ambarwati ditemukan tewas di
  Taman.
ü  Limited Fokus dan Unity       : Sumarsono tertangkap polisi.
ü  Bahasa                                     : Bahasa Nasional
ü  Gaya Bahasa dan Majas          : Metafora “seorang tunawisma
  membungkuk”.
Unsur Ekstrinsik : Nilai filosofis/jalan hidup.

2.2.2 Cerpen
Cerpen                        : Agama
Judul               : Lima Bulan Menjelang Pernikahan, Membawanya ke Islam
Unsur Intrinsik :
ü  Tema                                       : Keagamaan.
ü  Amanat                                   : Memeluk agama itu Hak Asasi Manusia,
  jadi tidak ada yang bisa melarangnya.
ü  Alur/Plot                                 : Maju.
ü  Penokohan                              : Tokoh utama adalah karen dan Erick,
  Tokoh tambahan yaitu Ray Alfred dan Jane
  Barret (orang tua Karen).
ü  Setting/latar                             : Tempat » di rumah karen.
  Suasana » Tegang.
ü  Perwataakan                            : Karen » keras kepala.
ü  Point Of View                                    : Orang ketiga.
ü  Suspense dan Foreshadowing : Ibu Karen tidak suka dengan jilbab yang
  dikenakan putrinya.
ü  Limited Fokus dan Unity       : Karen tetap menggunakan jilbab meskipun
  kedua orang tuanya tidak setuju.
ü  Bahasa                                     : Bahasa nasional.
ü  Gaya Bahasa dan Majas          : Majas perumpamaan “Bagai petir di siang
  bolong”.
Unsur Ekstrinsik : Nilai filosofis/jalan hidup, nilai metafisika ketuhanan serta kemanusiaan yaitu cinta, dan kasih sayang.














BAB III
KESIMPULAN

3.1 Prosa Lama
3.1.1 Roman
Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkapkan adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh dengan alur yang bercabang-cabang. Cerita roman melukiskan pelaku berdasarkan watak. Roman sejarah berarti roman yang disusun berdasarkan peristiwa sejarah. Pada contoh roman Sang Jagoan Untung Surapati  (Santana) menjelaskan kehidupan Untung  yang memiliki karakter pemberani dan jagoan. Roman tersebut menjabarkan tentang peristiwa sejarah zaman penjajahan belanda yaitu voc.

3.1.2 Dongeng
Dongeng adalah sebuah cerita yang bersifat khayal atau kejadiannya tidak benar-benar terjadi. Dongeng diantaranya ada mitos. Mitos merupakan salah satu dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi seperti dewa, roh halus atau peri. Cerita mitos seperti tentang dewa zaman dahulu yang mengandung arti mendalam dan diungkapkan dengan cara gaib. Pada contoh mitos seputar gunung Bromo menjelaskan pasangan Rara Anteng dan Joko Seger yang keduanya merupakan titisan dewa. Mitos ini hingga sekarang masih ada karena kebiasaan Suku Tengger yang turun temurun setiap tahunnya mengadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.

3.2 Prosa Baru
3.2.1 Novel
Suatu karangan prosa yang panjang,bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dalam kehidupan seseorang atau mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Salah satu contoh novel yaitu Misteri Dian yang Padam yang merupakan novel tahun 80an. Novel tersebut menceritakan tokoh Dian yang berwatak lugu dan akhirnya tewas di bunuh Sumarsono yang begitu licik dan serakah.
3.2.2 Cerpen

Cerpen adalah suatu karangan prosa pendek dan berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita dengan memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada tokoh. Salah satu contoh cerpen yaitu Lima Bulan Menjelang Pernikahan, Membawanya ke Islam yang tergolong cerpen agama. Dalam cerpen tersebut menceritakan bahwa memeluk islam telah membuat pelaku dalam tokoh cerpen dapat melihat kehidupan dngan cara pandang yang baru. Dari seseorang yang tidak percaya Tuhan hingga mempercayaiNya. Kehidupan adalah sebuah karunia.







DAFTAR PUSTAKA

Adi, Dwi. 2001. Kamus Praktis Bahasa Indonesia. Fajar Mulya : Surabaya

http://defry.net/2011/03/27/ Lima-Bulan-Menjelang-Pernikahan-Membawanya-ke-Islam.html

Mara, Gd. 1985. Misteri Dian yang Padam . Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

 

3 comments:

  1. Izin salin yah Bu, buat di translate Jawa terus di catat untuk tugas bahasa jawa, terima kasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terus ada yang ngga tak cantumkan Bu, terima kasih...

      Delete
    2. Maksudnya ada yang ngga saya cantumkan, terima kasih.

      Delete