Aku pikir, setelah melahirkan itu langsung bisa menyusui bayi secara normal seperti pada,kebanyakan orang. Nyatanya tidak!
Air susuku tidak langsung keluar. Payudaraku masih terasa biasa saja, malah putingnya seperti agak pecah. Pada hari keempat barulah payudaraku seperti ada isinya. Rasanya keras dan agak sakit. Itupun tidak bisa langsung disusukan karena puting belum bisa mengeluarkan asi (mungkin ada semacam sumbatan pada kelenjar asi). Kesalahannya adalah aku tidak segera mengompresnya dengan air hangat. Maklum saja kala itu aku masih awam. Rasa sakit karena bengkak makin bertambah parah sampai suatu ketika aku hampir frustasi.
Aku sudah minum pelancar asi yang dibeli dari apotik, makan sayur-sayuran yang banyak seperti daun katuk. Makan kacang tanah goreng sampai marning. Aku juga coba memompa asi agar keluar dengan lancar. Nyatanya, malah membuat putingku pecah dan terasa sakit luar biasa setiap kali menyusui. Bayi jadi sering menangis tiap malam.
Pernah suatu ketika, putingku sampai berdarah. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku minta dibelikan obat ke apotik untuk mengatasi putingku yang pecah. dari apotik mendapat semacam obat tetes sariawan (G_M). Menurut sang apoteker, itu obat yang paling aman kalau sampai terhisap oleh bayi.
Sudah kuolesi, tapi tak kunjung sembuh juga. Bagaimana mau sembuh kalau sering dihisap bayi setiap beberapa menit sekali.
Dua minggu dari setelah melahirkan, aku minta antar suamiku untum pergi ke dokter paling ternama didaerahku tinggal untum memeriksaan keadaan payudaraku yang kian meradang dan menyiksa diriku. Dari sana, aku mendapatkan obat berupa antibiotik dan asmef (sama persis dengan saran temanku yg seorang bidan) ditambah satu obat oles untum puting dan ternyata sama seperti yang dibeli di apotik. Aku jadi putus harapan untuk kesembuhanku dengan obat-obat itu.
Memang setiap habis minum obat, jadi tidak terlalu sakit saat menyusui. Aku jadi ketergantungan obat. kalau tidak asmef ya acetaminophen selalu sedia di rumah untuk ku konsumsi saat payudara kambuh dan bengkak. Sialnya, kalau payudara kiri sembuh, giliran kanan yang bengkak. Begitu seterusnya hingga bayiku hampir dua bulan.
Aku tidak percaya lagi dengan omongan orang dahulu (katanya lidah bayi memang kasar dan awal-awal menyusui menjadi sakit. nanti lama-lama sembuh sendiri kalau sudah sebulanan). Faktanya, tidak kunjung sembuh. Ada yang bilang salah posisi menyusui. Bisa saja itu terjadi. tapi aku selalu menyusui seperti yang dicontohkan. Ada yang bilang setiap hendak menyusui, diolesi dulu madu. Aku sudah melakukannya dan tak sembuh juga. Bidan juga menyarankan untuk mengolesi puting dengan asi. Aku turuti saran itu tapi tetap masih nyeri saat menyusui.
Suatu ketika, aku demam tinggi. Badan menggigil, payudara bengkak, puting pecah dan sungguh nyeri luar biasa bertambah kepala pusing. Gejala itu timbul tiap jam tiga sore hingga malam. Pagi dan siang tidak demam. Aku mencoba tahan rasa itu hingga tiga hari berturut-turut. Aku menyerah kalah pada rasa sakit. Aku kembali diantar ke bidan andalan biasa aku kontrol kehamilan. Setelah diperiksa, aku divonis terkena mastitis.
Lagi dan lagi aku mendapatkan obat yang sama juga obat oles yang mereknya sama persis. Untuk obat oles, aku menolaknya. Aku katakan bahwa sudah punya dua botol dan tak sembuh-sembuh juga.
Aku mencoba ikhlas dengan rasa sakit yang ada demi buah hati. Memang rasa sakit tak bisa semvub sempurna, tapi kini puting berangsur membaik dengan sendirinya sampai usia bayiku enam bulan kutuntaskan dalam pemberian adi eksklusif dengan penuh perjuangan.
Aku cukupkah mengonsumsi obat-obatan yang hanya bisa mengurangi rasa sakit untuk sementara saja. Aku takut berdampak buruk pada bayiku. Kini, terkadang masih sering kambuh tapi tak separah yang dulu. Semoga cepat sembuh dengan sendirinya.
Air susuku tidak langsung keluar. Payudaraku masih terasa biasa saja, malah putingnya seperti agak pecah. Pada hari keempat barulah payudaraku seperti ada isinya. Rasanya keras dan agak sakit. Itupun tidak bisa langsung disusukan karena puting belum bisa mengeluarkan asi (mungkin ada semacam sumbatan pada kelenjar asi). Kesalahannya adalah aku tidak segera mengompresnya dengan air hangat. Maklum saja kala itu aku masih awam. Rasa sakit karena bengkak makin bertambah parah sampai suatu ketika aku hampir frustasi.
Aku sudah minum pelancar asi yang dibeli dari apotik, makan sayur-sayuran yang banyak seperti daun katuk. Makan kacang tanah goreng sampai marning. Aku juga coba memompa asi agar keluar dengan lancar. Nyatanya, malah membuat putingku pecah dan terasa sakit luar biasa setiap kali menyusui. Bayi jadi sering menangis tiap malam.
Pernah suatu ketika, putingku sampai berdarah. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku minta dibelikan obat ke apotik untuk mengatasi putingku yang pecah. dari apotik mendapat semacam obat tetes sariawan (G_M). Menurut sang apoteker, itu obat yang paling aman kalau sampai terhisap oleh bayi.
Sudah kuolesi, tapi tak kunjung sembuh juga. Bagaimana mau sembuh kalau sering dihisap bayi setiap beberapa menit sekali.
Dua minggu dari setelah melahirkan, aku minta antar suamiku untum pergi ke dokter paling ternama didaerahku tinggal untum memeriksaan keadaan payudaraku yang kian meradang dan menyiksa diriku. Dari sana, aku mendapatkan obat berupa antibiotik dan asmef (sama persis dengan saran temanku yg seorang bidan) ditambah satu obat oles untum puting dan ternyata sama seperti yang dibeli di apotik. Aku jadi putus harapan untuk kesembuhanku dengan obat-obat itu.
Memang setiap habis minum obat, jadi tidak terlalu sakit saat menyusui. Aku jadi ketergantungan obat. kalau tidak asmef ya acetaminophen selalu sedia di rumah untuk ku konsumsi saat payudara kambuh dan bengkak. Sialnya, kalau payudara kiri sembuh, giliran kanan yang bengkak. Begitu seterusnya hingga bayiku hampir dua bulan.
Aku tidak percaya lagi dengan omongan orang dahulu (katanya lidah bayi memang kasar dan awal-awal menyusui menjadi sakit. nanti lama-lama sembuh sendiri kalau sudah sebulanan). Faktanya, tidak kunjung sembuh. Ada yang bilang salah posisi menyusui. Bisa saja itu terjadi. tapi aku selalu menyusui seperti yang dicontohkan. Ada yang bilang setiap hendak menyusui, diolesi dulu madu. Aku sudah melakukannya dan tak sembuh juga. Bidan juga menyarankan untuk mengolesi puting dengan asi. Aku turuti saran itu tapi tetap masih nyeri saat menyusui.
Suatu ketika, aku demam tinggi. Badan menggigil, payudara bengkak, puting pecah dan sungguh nyeri luar biasa bertambah kepala pusing. Gejala itu timbul tiap jam tiga sore hingga malam. Pagi dan siang tidak demam. Aku mencoba tahan rasa itu hingga tiga hari berturut-turut. Aku menyerah kalah pada rasa sakit. Aku kembali diantar ke bidan andalan biasa aku kontrol kehamilan. Setelah diperiksa, aku divonis terkena mastitis.
Lagi dan lagi aku mendapatkan obat yang sama juga obat oles yang mereknya sama persis. Untuk obat oles, aku menolaknya. Aku katakan bahwa sudah punya dua botol dan tak sembuh-sembuh juga.
Aku mencoba ikhlas dengan rasa sakit yang ada demi buah hati. Memang rasa sakit tak bisa semvub sempurna, tapi kini puting berangsur membaik dengan sendirinya sampai usia bayiku enam bulan kutuntaskan dalam pemberian adi eksklusif dengan penuh perjuangan.
Aku cukupkah mengonsumsi obat-obatan yang hanya bisa mengurangi rasa sakit untuk sementara saja. Aku takut berdampak buruk pada bayiku. Kini, terkadang masih sering kambuh tapi tak separah yang dulu. Semoga cepat sembuh dengan sendirinya.
No comments:
Post a Comment